Kami berdebat, terdiam, sesekali bercanda hingga aku tak menyadari kita sudah sampai. Dimana ini? Kurasa ini seperti gedung... APA? Stark Enterprises? Mengapa dia membawaku kesini?
***
Stark menghentikan mobil tepan di depan pintu masuk Stark Enterprises. Hah? Bagaimana bisa ia memarkirkannya disini? Ini adalah tempat terlarang untuk mobil parkir. Oh. bodohnya aku. Tentu saja ia bisa melakukannya. Gedung ini miliknya. Sial.
Aku hendak membuka pintu mobil bagianku ketika Stark berseru, "jangan dibuka. Biar aku yang membukanya. Wait a minute" sebelum aku sempat menjawabnya, ia membuka pintu pengemudi dan berlari kecil menuju pintuku. Oh.
"Silakan, nona" ia membukakan pintu untukku sambil memamerkan senyum seribu megawattnya. Oh, dewi. Aku meleleh.
Kusambut uluran tangannya. Aku berusaha mati-matian untuk tampak anggun. Aku harap aku tak berbuat kesalahan.
"Terimakasih, Stark" Stark menutup pintunya dan menggandeng tanganku. Aku masih tak tau kita akan kemana, maksudku, aku tau ini gedung Stark Enterprises, tapi apa yang akan kita lakukan disini?
Stark mengarahkanku masuk lift dan menekan lantai paling atas. Rooftop? Untuk apa?
"Ehm, Stark, untuk apa kita kesini?" tanyaku dengan mengerutkan keningku.
Stark menampilkan senyum-seribu-megawatt-nya padaku sembari berkata, "tak akan menjadi kejutan bila aku memberitahumu sekarang" oh yaampun. Baiklah, tuan penuh teka-teki, jika ini yang kau inginkan, aku akan mengikuti permainanmu.
"Sekarang, aku harap kau mau memakai ini" imbuhnya. Stark mengeluarkan sehelai kain satin berwarna merah. Oh. apa itu? Sebuah penutup mata? Untuk apa?
Tanpa menunggu jawabanku, ia menutup mataku. Semua berubah menjadi gelap. Ini seperti... oh sial.
"Stark... aku..."
"Ssttt.... Aku tak akan mencelakaimu, Hana. percayalah padaku. Aku akan membimbingmu mulai sekarang" setelah mengucapkan itu, ia menggenggam tanganku erat. Aku membalasnya dengan meremas tangannya. Sungguh, ini sangat... aku tak bisa menemukan kata yang pas untuk menggambarkan perasaanku. Was-was, penasaran, gugup dan... sensual. Ini seperti yang ada pada novel kesukaanku dimana mata sang wanita ditutup dengan kain sementara sang lelaki melucuti pakaiannya, siap bertempur. Apa Stark akan... bodoh. Stark tak akan melakukannya. Terlebih di tempat seperti ini. Aku merutuki diriku sendiri karena imajinasiku yang kelewat batas.
TING... akhirnya. Lift berhenti. Aku mengeratkan genggamanku pada jemarinya.
"Ayo" ucapnya. Stark membimbingku keluar dari lift dan menuntunku berjalan. Dia sangat perhatian. Setelah beberapa langkah kami berjalan, Stark berhenti dan mendudukkanku di kursi. Oh. apa lagi ini?
Stark berdeham, kemudian melepas penutup mataku. Kubuka mataku. Ouch. Semua tampak buram. Kukerjapkan mataku beberapa kali hingga semuanya mulai jelas. Sekejap, mataku terbelalak dan mulutku menganga. Bagaimana tidak? Didepanku ada lelaki berwajah dewa tengah menatapku dengan senyuman-seribu-megawatt-nya. Dan kami dikelilingi cahaya dari lilin-lilin merah menyala hangat. Terlebih, dibelakang Stark nampak kota New York dengan segala gemerlap malamnya. Ini sempurna. Sungguh, aku tak bisa berkata-kata.
"Kau menyukainya?" Stark menatapku masih dengan senyuman-seribu-megawatt-nya, namun dengan sorot mata yang sedikit memancarkan kekhawatiran. Apa yang dikhawatirkannya?
"Ini... luar biasa. Menakjubkan berada disini denganmu, Stark. Terimakasih" setelah beberapa saat kuterdiam, akhirnya aku menemukan suaraku dan menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
VampireMy first story seorang gadis yang akan merubah takdir calon pemimpin vampir. dua dunia. 18+ dewasa ya, dewasa