V Pendekatan a.k.a Pdkt

337 11 2
                                    

Aku kembali ke ruanganku, mengerjakan semua yang biasa dikerjakan sekretaris. Ternyata aku agak sibuk disini. Sementara aku mengerjakan tugas-tugasku, aku sempat beberapa kali melirik ruangan Stark. Mengapa ia tak keluar sekalipun? Aku tak sempat memikirkan hal itu lebih lanjut karena tugasku disini. Ah, tak terasa waktu istirahat makan siangpun tiba, ketika aku merapikan mejaku dan siap beranjak, pintu ruangan Stark terbuka.

"Hana, aku ingin kau menemaniku rapat hari ini, setelah jam makan siang berakhir."

"Baik sir. Aku akan melakukannya" Aku menganggukkan kepalaku dan iapun pergi. Astaga. Hanya dengan melihatnya hatiku berdebar. Perasaan apa ini? Tak ingin berpikiran lebih jauh, aku segera menuju lift dan melihat jam. Ah, sepertinya aku harus menyusul mereka.

***

"Hei, Hana, disini" itu Luke. Ya, instingku tentang tempat makan mereka benar. Aku lega telah menemukan mereka.

"Hei, bagaimana kau menemukan kami disini?" Luke bertanya padaku. Semua orang sepertinya juga mengalihkan perhatian makannya padaku. Itu membuatku merasa kurang nyaman.

"Uhm, Insting? Haha, lagipula ini memang tempat favorit karyawan, bukan?" aku tampak gugup, semua orang bergumam dan kembali pada kegiatan masing-masing.

"Ah, begitu. Ya, ini memang tempat favorit karyawan. Makanannya lezat, benar begitu kan, teman-teman?" orang-orang menoleh ke arah Luke, mengangguk dan tersenyum.

"Ya, Luke. Tempat ini memang patut untuk dijadikan tempat favorit. Makanannya lezat, dan kita bisa berbincang-bincang disini" salah satu dari orang-orang itu tampak bersemangat menceritakan tempat ini.

"Hei, ini pasti sekretaris CEO baru itu kan? Yang bisa membuat bos kita tampak senang hari ini?" perkataannya membuat bingung, sejujurnya.

"Ya, Errr, Hana, ini Zac. Zac, ini Hana" Luke mencoba memperkenalkan kami.

"Hai, Hana. Aku zac. Zac Charlotte. Senang bertemu denganmu. Namamu Hana. Seperti bunga. Kau keturunan Jepang, eh?" Zac berceloteh. Sepertinya pria ini baik.

"Ah, tidak. Kedua orang tuaku sedang berada di Jepang ketika sedang mengandungku, dan mereka terkesima oleh bunga sakura disana, kemudian menamaiku Hana" jelasku. Ah, aku lapar. Aku memesan makanan seperti yang dimakan Luke. Sepertinya enak.

"Wow. Keren, Hana. aku tak menyangkanya" Luke. Berlebihan. Tak ada yang istimewa sebenarnya. Aku hanya mengangguk sembari mengunyah makananku. Makanan ini benar-benar enak.

"Dengar. Luke, kau benar. Astaga. Makanan disini enak. Sepertinya aku akan betah di kantor ini" aku mengatakannya setelah aku menelan makanan dimulutku. Aku menampakkan ekspresi terkesima.

"Kau akan betah disini tak hanya karena makanan ini, Hana. kurasa kau membawa pengaruh positif untuk bos kita" Zac tampak kagum padaku. Astaga.

"Kau salah Zac. Aku tak melakukan apapun untuk merubah sikap bos kita. Kurasa, bos kita merubah sikapnya sendiri mengingat kalian terkadang terlalu santai menanggapi pekerjaan kalian" ujarku sambil tertawa. Aku hanya bercanda.

"Yah, kuakui kau benar akan hal itu, Hana. tapi, oh ayolah, bos kita sebelumnya tak pernah seperti ini. Aku sudah mengatakannya padamu tadi" kata Luke.

"Biar kuperjelas" Zac tampakn bersemangat dengan bahasan ini. Matanya berbinar.

"Dengar, Hana. Kau tak tahu apa-apa tentang bos kita. Belum, lebih tepatnya" Zac berhenti sejenak, tampak sedikit berfikir.

"Dia, Bos kita, James Stark Alfred, adalah orang yang kejam. Tak berperasaan. Dia dingin, tegas, angkuh. Dan dia adalah tipe bos yang suka mengendalikan seluruh karyawannya. Mengendalikan semuanya, sesukanya. Dia bossy. Dia perfect. Menyukai kesempurnaan. Segalanya harus sempurna. Tak heran, kinerjanya membuat perusahaan ini berkembang pesat. Aku kagum dengannya. dengan segala kesempurnaannya ia ubah perusahaan bobrok ini menjadi perusahaan terkenal di negeri ini. Kau tahu? setiap bulan ada saja karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Aku tahu, kami memang kadang-kadang lalai. Tapi, oh ayolah, kelalaian kami tak terlalu berpengaruh bagi perusahaan" Astaga. Apa yang dipikirkannya? Aku kesal. Menurutku Stark benar. Kelalaian memberikan dampak buruk. Aku mendengus mendengar ucapannya selanjutnya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang