"Aku ingin menceritakan segalanya padamu, Hana. Ayo" Stark menciumku sekilas dan membantuku berdiri, menggendeng tanganku dan meninggalkan apartemen.
Kita... akan kemana?
***
Disinilah Stark membawa Hana pergi. Sebuah hutan alami yang dikunjungi mereka beberapa hari yang lalu. Stark menepikan mobil, keluar dan berlari kecil menuju pintu penumpang bagian depan berada. Ia membuka pintu dan mempersilakan Hana keluar dari mobilnya.
"Kau tahu kau tak perlu seperti ini, Stark. Aku bisa sendiri" Sahut Hana tergelak.
"You are the most beautiful girl in the world" Ucap Stark, mengecup telapak tanganku dan tersenyum menampilkan senyum-seribu-megawattnya. Hana hanya tertawa menanggapi jawaban nyeleneh yang diberikan Stark. Sungguh, jawabannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang Hana lontarkan. Namun cukup untuk membuat Hana memerah.
Stark membawa Hana semakin dalam menembus hutan. Hawa dingin hutan tak menyurutkan niat Stark untuk mengatakan yang sebenarnya pada Hana.
"Kau tahu, ini adalah hutan yang indah" Hana mendecak kagum ketika mengarahkan pandangannya ke sekeliling hutan, namun tetap melangkah mengikuti Stark yang sedari tadi tak melepas genggaman jemarinya.
"I know, sweetheart. Aku setuju denganmu" Ucap Stark berusaha bersikap normal dengan tidak menunjukkan kegelisahannya. Namun sepertinya gagal.
"Kau tak tampak seperti biasanya, Stark. Ada apa?" Hana mengerutkan kening memandang Stark.
Stark menghentikan langkahnya dan menangkup kedua pipi Hana. "Kau akan mengetahuinya sebentar lagi, Hana". Stark menatap penuh pengharapan agar Hana mengerti. Hana hanya mengangguk dan kembali mengikuti Stark menyusuri hutan. Hening. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.
Stark POV
Sial. Oh, hingga saat ini aku belum tahu bagaimana memulai percakapan ini. Aku gugup. Sangat gugup. Aku membawanya ke hutan agar ketenangan mampu membuatku jujur padanya. Kutarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Oke. Aku bisa melakukan ini. Stark adalah calon raja vampire yang kuat. Aku akan mengatasi masalah ini.
Aku tiba di sebuah pohon besar di hadapan danau, tempat yang sama seperti yang kukunjungi dengan Hana beberapa waktu lalu. Kupeluk dirinya dan melesat ke udara, membawanya ke cabang ranting pohon yang kokoh. Kutuntun dirinya untuk duduk.
"Entah harus berapa kali aku mengatakannya, tapi ini sangat indah, Stark. Terima kasih" Hana memandang danau di hadapan kami dengan tatapan berbinar. Oh astaga. Ekspresinya mebuatku takut. Akankah ekspresi itu masih akan muncul ketika aku memberitahukan kebenarannya?
"ini, makanlah. Aku tahu kau sebenarnya lapar. Maaf hanya membawa ini" kusodorkan sebuah burger padanya. Ia hanya menatapku. Oh tidak. Apa ada yang salah?
"Oh, Stark. Aku tidak lapar. Sungguh" Ujar Hana.
Krucuuukk krucuuuuuk....
Aku tergelak. Hana terkesiap.
Oh, raja vampire. Ini sangat konyol.
"Hahaha... oh Hana, kau bisa saja berbohong padaku namun kau tak dapat membohongi dirimu sendiri. Kau. Lapar. Cepatlah makan atau kau yang akan kumakan" godaku. Oh, dia sangat lucu. Hal ini membuatku rileks. Sedikit.
"Ckck. Sungguh tidak lucu, Stark" Ucap Hana cemberut.
Hana merampas burger yang kugenggam dan memakannya. Aku masih tsak dapat mengontrol gelak tawaku, membuat Hana semakin cemberut. Betapa lucu wajahnya saat ini.
Aku masih tertawa ketika Hana telah selesai memakannya.
"Oh, Hana. kau bahkan menghabiskannya meski kau bilang tak lapar" Aku berkata sembari memegangi perutku yang mulai sakit akibat tertawa berlebihan.
Hana tidak menjawab. Ia meremas kertas pembungkus burger dan melemparkannya padaku. Gotcha. Tepat mengenai mulutku, membuatku mengentikan tawaku. Sasaran yang tepat. Ia bisa jadi pemanah handal klan vampire ketika kami memerintah kerajaan.
Oke. Cukup tertawanya. Sepertinya Hana marah. Aku memandangnya dengan senyuman terbaikku. Ia tak menghiraukanku dan tetap bergeming. Entah berapa lama aku melakukan ini hingga membuat Hana melirikku, risih.
"Apa?" sahutnya ketus.
Cup....
Aku mencium sudut bibirnya.
Hana terkesiap, wajahnya memerah.
"Kau cantik meskipun kau sedang marah, sayang. Aku mencintaimu" ujarku tulus.
Hening seketika. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Di lain sisi, diantara semak tak jauh dari pohon tempat Stark dan Hana menghabiskan waktu bersama, sekumpulan serigala menatap tajam dan menggeram tertahan pada pasangan kekasih itu. Mereka sudah tak sabar ingin segera mengambil Healer-nya.
"Apa lagi yag kita tunggu? Kita harus segera mengambilnya, sebelum gadis itu semakin jatuh cinta padanya" ucap serigala berbulu coklat madu sambil menggeram.
"Tenanglah, kita harus mempertimbangkan segala sesuatunya. Kita tidak ingin kejadian yang sama terulang, bukan?" ujar serigala abu-abu tenang.
"Tapi kak, aku masih berpikir ini bukanlah hal yang baik" ucap serigala merbulu putih takut-takut"
"Ssshhh... berisik kalian. Aku memimpin kalian untuk menuntaskan misi ini. Jika salah satu dari kalian menggagalkan misi ini, aku tak akan segan-segan untuk menguliti kalian hidup-hidup" geram serigala berbulu hitam yang paling besar.
***
"Jadi, apa yang hendak kau katakan, Stark?" Hana berujar setelah keheningan yang entah berapa lama berlalu.
Stark tampak terkesiap namun dengan cepat ia berkata, "ya, Hana. Aku, James Stark Alfred, mencintaimu. Maukah kau menjadi kekasihku?"
***
Sorry pendek banget. Iya, aku tau ini pendek, dan lama update.
Aku mint maaf banget banget bangeeeeeeet......
Bulan oktober bulan yang sangat berat buatku, ada newborn baby n uts yang harus aku urus >.<
Kalian jgn berfikir macam-macam ya...
Bayi itu anak kakakku alias keponakanku.
Tsaahh... aku malah curcol.
Oke, aku usahain malam ini atau besok sudah update.
See ya,
Ndellu
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
VampireMy first story seorang gadis yang akan merubah takdir calon pemimpin vampir. dua dunia. 18+ dewasa ya, dewasa