Stark POV
Ah, sudah pagi. Kemarin adalah hari yang sangat, uhm, menyita waktu, tenaga, pikiran dan perasaanku walaupun aku dengan senang hati menerima apa yang dirasakan hatiku. Lupakan. Hari ini juga sepertinya akan menyita waktu dan tenagaku karena aku, sekali lagi, akan mengunjungi dunia manusia terkait pekerjaanku. Yah, meskipun aku putra mahkota di dunia vampire, aku tetap memiliki perkerjaan lain di dunia manusia. Aku adalah CEO sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perjalanan wisata. Tugasku mudah sebenarnya, hanya mengontrol kerja karyawanku setiap sebulan sekali namun akan menyita banyak waktu dan tenagaku karena aku harus, dalam sehari itu mengoreksi dan meneliti semua kegiatan dan laporan-laporan kinerja bawahanku. Siapapun yang lalai membuat kesalahan fatal akan kupecat. Sadis bukan?
Sebenarnya aku tidak sadis, hanya tegas dan menjalankan apa yang seharusnya ditegakkan. Lagipula, vampire memang memiliki aura yang berbeda dengan manusia. Aura kami lebih tajam. Dingin, kokoh, mengintimidasi dan lain semacamnya, apalagi seorang calon rjaa sepertiku. Aku sesungguhnya tipe vampire penurut dan penyayang. Aku jarang melanggar peraturan ayahku dan aku akan melindungi orang-orang yang sangat aku sayangi meski harus mengorbankan nyawaku. Aku menunjukkan sikap dinginku karena tak suka orang menyepelekanku karena aku hanya mengunjungi perusahaanku sebulan sekali. Aku harus menampakkan diriku yang tegas dan dingin dalam mengambil sikap. Itu sebabnya anak buahku tunduk dan patuh padaku. Mereka seakan takut untuk berbuat kesalahan. Itu bagus bukan? Hari ini, entah mengapa aku ingin mengunjungi perusahaan meski aku tahu hari ini bukan jadwalku mengunjungi perusahaan. Aku hanya merasa akan ada suatu hal yang membuatku akan menyukai hari ini.
Hana POV
Sudah beberapa hari berlalu sejak pertemuanku dengan seseorang bernama Stark, dan kemarin aku telah dihubungi oleh perusahaan perjalanan wisata bahwa aku lulus tes dan akan mulai bekerja hari ini sebagai sekretaris CEO yang tiba-tiba memutuskan untuk berhenti tanpa ada alasan yang cukup kuat. Aku tak mengerti, sebegitu kejamnyakah atasanku hingga membuat sekretarisnya mundur tanpa alasan yang masuk akal? Aku sedikit menciut sebenarnya, tapi aku tidak peduli. Aku akan bekerja melebihi batas kemampuanku, jika perlu, agar atasanku tak menyesal karena memilihku.
Setelah sekali lagi bercermin untuk memastikan riasanku sempurna, kulangkahkan kaki meninggalkan kamar menuju lantai bawah untuk menyapa ayahaku sebelum bekerja. "Morning, dad" ucapku sambil mencium pipi ayahku. "Morning too, jenny" balasnya sambil meletakkan Koran diatas meja. Ya, hanya dia yang memanggilku dengan nama depanku. Special menurutnya. Aku mengambil roti dan mengoleskan selai coklat crunchy kesukaanku dan melahapnya ketika ayah melanjutkan ucapannya, "kau sungguh ingin bekerja disana, Jenny? Apa kau sudah mempertimbangkannya matang-matang?" aku menghentikan aktivitasku dan menatap ayahku dengan tatapan tegas sembari berkata, "seribu persen yakin dad. Aku akan mengambil kesempatan dan menggunakan sebaik-baiknya. Aku putri daddy yang bisa melakukan apa saja. Percaya padaku, dad. Aku akan baik-baik saja." Sambil melirik arlojiku, akupun melanjutkan, "dan sekarang aku ahrus bergegas menuju kantor, dad. Bye, aku mencintaimu."
Aku meninggalkan meja makan dan bergegas menuju garasi untuk mengemudikan audi-ku ke tempat kerja baruku. Kunyalakan GPS dan radio sambil melaju menuju ramainya jalanan hingga akhirnya aku sampai di pelataran parkir tempatku bekerja. Kuparkirkan audi-ku di jajaran mobil-mobil di parkiran khusus karyawan dan melangkahkan kakiku menuju lift. Kantorku berada di lantai duabelas, tempat yang sama dengan CEO ku berada tentu saja, namun aku harus mengunjungi ruangan kepala staff di lantai lima untuk mendapat arahan serta ketentuan-ketentuan yang harus aku patuhi selama aku bekerja disini.
"Miss Rosette, disini." Aku menoleh. Seseorang tampak melambaikan tangannya kearahku, ketika aku bingung harus kearah mana untuk menemui kepala staff disini. "Morning, Miss. Saya Luke Robinson. Saya adalah kepala staff disini. Panggil saja Luke" Kepala staff itupun mengulurkan tangannya untuk berjabatan denganku. "Saya Jennifer Hana Rosette, sekretaris baru CEO disini. Panggil saja Hana." "Ah, baiklah Hana, mari kutunjukkan aturan-aturan dan tugas apa saja yang kau akan kerjakan disini." Ah, jadi ini kepala staffnya. Masih sangat muda, kutebak sekitar tiga sampai empat tahun diatasku. Kurasa aku akan betah dikantor ini. Dia tampan, bermata biru ceria dan rambut keperakan, semakin tampan dengan setelan jas hitamnya yang sangat cocok dengannya namun entah mengapa aku tak tertarik—memiliki semacam perasaan lebih—padanya. "Baiklah, kurasa cukup pidatoku. Kau bisa mulai mengerjakan tugasmu, Hana. Selamat bekerja dan semoga sukses dihari pertamamu." Ujar Luke dengan senyumannya. Akupun bergegas menuju lift ke lantai duabelas. Aku harap hari ini tak seberat yang aku bayangkan.
Stark POV
Aku tiba di gedung kantorku. Setelah memastikan penampilanku sempurna, kulangkahkan kakiku menuju lift ke lantai duabelas. Kudengar akan ada sekretaris baru untukku hari ini. Aku tidak begitu peduli akan hal itu. Kutekan tombol angka duabelas dan memasukinya. Satu, dua, tiga, beberapa lantai telah terlewati hingga di lantai lima, seseorang masuk dengan anggun sembari membawa map dan file di tangannya. Aku sedikit menoleh dan, astaga, dia Hana. Takdirku. Milikku. Kenapa dia ada disini? Agak sedikit salah tingkah, kugaruk tengkukku yang tidak gatal. Aku berusaha tenang namun gagal. Ada apa denganku? Aku bagai remaja yang baru merasakan jatuh cinta, blingsatan kesana kemari, bergerak-gerak gelisah hingga membuatnya menoleh. Deggg.... Dia menoleh, menampakkan denyuman indah dengan deretan gigi rapinya yang tak mengucapkan sepatah katapun. Mengapa dia hanya bereaksi seperti itu? Apakah dia lupa denganku? Ah sial.
Lift berdenting, tepat di lantai duabelas. Aku melangkah keluar bersamaan dengan langkah kakinya, hingga membuat kami bertabrakan. "Ah, ma maaf sir. Saya ceroboh." Dia mengucapkannya sambil menunduk takut-takut. Ah, gadisku. Mengapa kau sangat menggemaskan? Sebelum aku sempat membalasnya, gadis itu melangkah keluar lift dan pergi. Tunggu. Ini lantai duabelas. Hanya ada ruanganku dan sekretarisku disini. Oh, apakah dia sekretaris baru itu? Sepertinya hari ini akan menyenangkan.
Kulangkahkan kakiku mendekatinya yang mulai duduk di kursi sekretaris sambil menata barang yang dibawanya. Aku berdeham, "apa yang kau lakukan disini?" "ah, oh... Saya Jennifer Hana Rosette, sekretaris baru CEO disini. Anda....?" Meski agak sedikit terkejut, dia menjawab pertanyaanku dengan tenang. "Saya James Stark Alfred, CEO disini." Ah, tampaknya dia salah tingkah. Membuatku gemas ingin melahapnya. "Ah, maafkan aku karena tak mengenalimu, Mr. Alfred." Ucapnya ragu-ragu. Bibir ranumnya terkulum kedalam, menunjukkan ekspresi terkejut dan takut-takutnya yang membuatku ingin melumatnya sekarang juga. Gila. Ini gila. Ini bukan diriku. Biasanya aku tak pernah seperti ini. Aku selalu bisa mengendalikan semuanya, namun berada didekatnya membuatku kehilangan kendali. Sebelum aku menyerbunya, kulangkahkan kakiku menuju pintu ruanganku, meninggalkannya sendiri. Kuhempaskan duri ke kursi, mengatupkan tangan dan memikirkan langkah apa yang harus kuambil sekarang. Dia, Hana ada disini. Itu bagus, karena aku tak harus bersusah payah mencari informasi tentangnya. Dia berada sangat dekat denganku, namun aku tak tahu harus bagaimana. Bahkan dia melupakan dua kali pertemuan kami yang berlangsung singkat namun berdampak dahsyat padaku. Apakah dia tak tertarik padaku? Ah, aku harus memikirkan cara agar dia menyukaiku.
Stark. OMG. keren kan?
sepintas aku berpikir si Stark alias Alex Pettyfer ini lebih cocok memerankan Christian Grey.
haha...
Kritik dan saran aku tunggu yaaaaaaaa..........
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
VampiroMy first story seorang gadis yang akan merubah takdir calon pemimpin vampir. dua dunia. 18+ dewasa ya, dewasa