∙❁∙Bab Tiga∙❁∙

2K 48 3
                                    

Andrina ditemani Evan menjemput Aldy dan Aubrey di bandara Soekarno-Hatta.

Pada saat bertemu, Andrina langsung memeluk Aldy dan menangis. Aubrey dan Evan yang melihatnya hanya bisa diam, memandang kasihan kepada Kakak-beradik itu.

"Sudah, jangan menangis. Mas sudah bilang kalau Papa akan baik-baik saja kan?" Ucap Aldy masih memeluk Andrina dan mengelus punggung Andrina, menenangkan Andrina.

Andrina hanya mengangguk sambil menangis dalam pelukan Aldy.

Kemarin, pada saat Evan menemani Andrina di rumah sakit, Andrina seperti mayat hidup. Bicara seperlunya, lebih banyak diam dan menatap kosong segala hal yang ditatapnya. Setiap Andrina mengedipkan matanya, airmatanya menetes.

Evan yang melihatnya sangatlah teriris secara tidak langsung, Evan rasa ia memang benar-benar sudah jatuh hati kepada Andrina.

Padahal ia hanya ingin membuat Andrina tertarik kepadanya, tapi malah Evan yang jatuh hati kepada Andrina secepat ini.

Kemarin juga, Andrina tidak bernapsu makan. Evan sudah berusaha membujuk Andrina untuk makan, Evan menyebutkan beberapa makanan favorit Andrina berusaha untuk membujuk Andrina malah mendapat gelengan kepala dari Andrina bahwa ia tidak ingin memakan makanan yang disebutkan Evan.

Aldy melepaskan pelukan tersebut, sebetulnya ia enggan. Ia tidak ingin melihat Andrina menangis, ia segera menghapus airmata yang membasahi pipi Andrina dan tersenyum.

"Sudah, jangan menangis. Mukamu itu sangat jelek kalau menangis" Hibur serta goda Aldy kepada Andrina. Andrina mencoba tertawa kecil mendengar ucapan Aldy.

Ia melihat kearah Aubrey dan tersenyum, "Mba Aubrey, apa kabar? Bagaimana keadaan keponakanku saat ini?" Ucap dan Tanya Andrina lalu mengusap pelan perut yang sudah membesar milik Aubrey.

Evan yang melihat perubahan drastis wajah Andrina hanya bisa menatap dalam diam.

"Baik dong, Tante Rina" Ucap Aubrey dan tersenyum.

Andrina memeluk Aubrey dan Aubrey membalas pelukan tersebut.

"Sehat-sehat ya Mba. Mama sudah tidak sabar menimang cucu, tuh" Goda Andrina dan mendapat tawa dari Aubrey.

"Tinggal satu bulan lagi. Aku rasa kita akan menetap disini sementara sampai bayi kami lahir" Ucap Aubrey dan Aldy tersenyum dan mengangguk.

Andrina yang mendengarnya tersenyum lebar.

"Eh, aku lupa. Mas, Mba. Ini Evan" Evan mendekati mereka dan saling berjabat tangan dan memperkenalkan satu sama lain.

"Pacar kamu?" Tanya Aldy dan Aubrey bersamaan.

Evan tertawa dan sedangkan wajah Andrina sudah memerah. Evan menatap Andrina, membiarkan Andrina yang menjawab.

Melihat Andrina mengangguk kecil dengan malu-malu, Evan tertawa kecil dengan geli.

"Sudah yuk. Mama sudah menunggu" Ajak Andrina dan langsung menarik Aldy menuju mobil milik Evan.

Evan yang melihat salah tingkah Andrina hanya bisa menggeleng dan segera membawakan tas milik Aubrey yang sempat Aubrey tolak pertolonganya itu.

Evan membuka bagasi belakang mobil miliknya itu dan memasukan tas milik Aubrey dan Aldy memasukan sendiri tas miliknya kedalam bagasi mobil Evan.

"Audi R8? Kau bekerja apa memangnya?" Tanya Aldy, mengintimidasi Evan ketika Andrina dan Aubrey sedang sibuk dengan perbincangan mereka yang sudah masuk didalam mobil Evan.

"Saya bekerja sebagai CEO di Demetrio Group, sir" Jawab Evan dengan malu-malu lalu menutup pintu bagasinya. Aldy hanya mengangguk mengerti.

"Panggil aku sama seperti Rina, jangan sungkan denganku" Ucap Aldy sebelum masuk kedalam mobil dan Evan tersenyum kepadanya dan lalu masuk mereka kedalam mobil.

I Love You, Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang