∙❁∙ Bab Sepuluh ∙❁∙

1.4K 39 6
                                    


A/N: Maafkeun author yang terlambat untuk mem-post! Selamat membaca dan menikmati!◾(~ ̄▽ ̄)~


Andrina sudah diperbolehkan pulang hari ini. Evan dan James membantu Andrina merapihkan barang-barang yang ada. Andrina sementara harus menggunakan kursi roda. Memang tak ada tulang yang patah, tetapi dokter hanya menyarankan untuk menggunakannya saja dulu.

Sesampainya di rumah Aldy, Evan selayaknya suami, membawa barang bawaan Andrina. "Aku ke kamar deluan ya" ucap Andrina dan Evan mengangguk.

Andrina naik ke lantai dua, menuju kamar tamu yang ia tempat selama ini. Ia mengelus perutnya, memandang keluarg jendela yang ada di kamarnya. Ia membuka jendela itu lalu merasakan angin yang sedang berhembus masuk ke kamarnya.

Tak lama, hujan pun turun dan Andrina hanya mengamati, terdiam disana. Pintu kamar terbuka dan Evan disana. Evan tersenyum kearahnya dan Andrina membalas senyumannya. Ia kembali mengamati hujan yang turun dan Evan jalan kearahnya dan memeluk Andrina dari belakang.

Andrina tersenyum kecil, Evan mencium puncak kepalanya, "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Evan lembut masih dengan memeluk Andrina dari belakang. Andrina menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, tidak ada"

"Kapan kita pulang? Aku ingin bertemu Alex" tutur Andrina. Evan tertawa kecil, "Siapa suruh kabur dari rumah 5 bulan?" goda Evan. Andrina menyikut perut Evan. "Akukan kabur gara-gara kamu, Van" ucap Andrina membela diri. Evan kembali tertawa kecil, "Iya iya, sayang"

"Rin, kamu gak mau lanjut ceritain ke aku yang di rumah sakit?" Andrina terdiam akan pertanyaan Evan. Andrina menghela napasnya, ketika ia ingin membuka mulutnya, ketukan di pintu terdengar. "Aku yang buka" ucap Andrina cepat. Andrina melepaskan pelukan Evan dan menuju pintu dan membukanya.

"Rin, Van, makan malam sudah siap ya" ucap Aubrey. Evan dan Andrina mengangguk dengan cepat dan tersenyum kecil, "Iya Mba, sebentar lagi kami turun" tutur Andrina. Aubrey tersenyum dan turun ke lantai bawah.

Andrina menutup pintu tersebut dan tersenyum melas kearah Evan. "Tidak apa, kamu bisa ceritakan lain waktu" hibur Evan kepada dirinya dan Andrina. Masalahnya, Evan ingin sekali tahu masa lalu Andrina. Masa lalu yang Andrina kubur dalam-dalam dan tidak membiarkannya tahu.

Andrina dan Evan beriringan turun kebawah menuju meja makan yang disana sudah ada Aldy, Aubrey, James dan kedua anak dari Aldy dan Aubrey. Evan dan Andrina mengambil tempat duduk yang tersisa, saling berhadapan.

Aldy memimpin doa dan mereka mulai mengambil bagian mereka. Andrina dan Aubrey mengutamakan suaminya terlebih dahulu. Lalu Aubrey mengambilkan untuk Fharell. "James, mau ku bantu ambilkan?" tawar Andrina setelah mengambilkan makanan untuk Evan.

James mengangguk, "Tolong ambilkan sayurnya untukku" pinta James lalu menujuk sayur yang tak jauh dari Andrina. Andrina mengangguk dan mengambilkannya untuk James.

"Kapan kalian akan kembali ke Indonesia? Mama nanyain" tanya Aldy ditengah kunyahannya itu. "Habiskan dahulu makanan di mulut, Papa!" tegur Fharell. Aldy tertawa sambil mengangguk dan mengacak rambut anaknya itu.

"Kami berencana pulang lusa, Mas" jawab Evan lalu menyendokan makanan ke dalam mulutnya.

Aldy hanya mengangguk kepalanya dalam diam sambil mengunyahkan makanan di dalam mulutnya.

"Rin, sebaiknya kamu sehabis makan langsung istirahat, besok suruh Evan temani kamu ke apartemen kamu yang di Harlem" Andrina mengangguk akan perintah ataupun saran yang dikatakan Aldy tadi.

Rencananya untuk tinggal di apatartemen yang ada di Harlem berubah bukan anya satu bulan, tetapi menjadi lebih karena ia merasa tak enak menjadi beban Aldy dan Aubrey. Untuk kelanjutan uang apartemen, Andrina yang membayarnya. Ia bekerja sebagai pelayan kafe yang tak jauh dari apartemennya itu.

I Love You, Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang