"Rina! Kamu tuh ya, sudah dewasa masih saja bangun jam segini" Coba Dahlia membangunkan anak perempuannya itu.
"Lima menit lagi, Ma" pinta Andrina masih didalam selimut bed cover nya yang menyelimuti dirinya dengan nyaman memberikan kehangatan di kamar tidurnya yang ber-AC. Dahlia menggeleng kesal, ia mulai menarik selimut tersebut sampai selimut tersebut lepas dari Andrina.
"Kamu bukannya ada meeting penting ya hari ini?" ucap Dahlia heran dengan keadaan anaknya yang masih bisa santai-santai dengan jadwalnya yang padat.
Andrina langsung bangun dari tidurnya dan segera mengambil ponselnya dan terbelalak tak percaya melihat jam yang tertera sekarang pukul 07.05 pagi.
"Oh tidak― Aku terlambat!" Andrina langsung bergegas turun dari tempat tidurnya dan dengan panik langsung bergegas kekamar mandinya, mempersiapkan diri.
Dahlia yang melihat kelakuan anak perempuan nya itu hanya bisa menggeleng dan tertawa geli. Umur anaknya―Andrina―yang sudah memasuki 25 tahun itu masih memiliki kelakuan seperti anak kecil.
"Mama siapin ya baju kamu" teriak Dahlia dari luar kamar mandi Andrina.
Ia menuju lemari pakaian Andrina dan ketika membuka lemari tersebut ia mendengar teriakan Andrina, "Aku sudah menyiapkan digantungan paling terakhir di deretan baju kantor, Ma!" Dahlia langsung mengambil pakaian tersebut dan meletakannya di tempat tidur anaknya.
"Sarapan sudah Mama siapkan ya sayang!" teriaknya.
"Okay" balas Andrina dengan teriak kembali. Dahlia turun kebawah dan mendapati suaminya masih minum kopi sambil membaca koran harian langganan mereka.
"Rina baru bangun?" tanya Tommy, suaminya.
Dahlia hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaan suaminya itu.
"Anak itu, sudah gadis tapi masih kelakuan seperti anak kecil" ucap Tommy, Dahlia duduk disebelahnya dan membuka majalah fashion langganannya.
"Papa kok ngomongnya gitu. Maklumlah Pa, tugas dari kantornya menumpuk gara-gara ia cuti seminggu karena pesta pernikahan keponakan kita, Jordy"
"Tapikan anak perempuan tidak boleh bangun siang" elak Tommy, karena ia tahu ia tak akan bisa melawan kata-kata istrinya itu.
"Rina kelelahan, Pa" ucap Dahlia.
Tiba-tiba mereka berdua menoleh kearah tangga dan didapatinya Rina dengan segala bawaannya untuk meeting nanti. Tommy dan Dahlia menatap geli anaknya itu.
"Mama! Rina berangkat dulu ya!" ucap Andrina setelah mengambil kotak bekal yang sudah disiapkan Ibunya itu untuk ia makan didalam perjalanannya.
"Hati-hati!" teriak Tommy dan Dahlia bersamaan dan lalu melanjuti acara membaca mereka.
Andrina bergegas menuju mobil Toyota Camry Black miliknya dan memasukan barang-barang bawaan nya dengan asal kursi penumpang belakang.
"Pak Muklis, tolong bukain pagar ya!" teriaknya lalu bergegas masuk ke dalam mobil. Muklis yang bertugas sebagai satpam di rumahnya, langsung membukakan pagar untuknya dan Andrina langsung menuju kantornya.
Didalam perjalananya ia dihubungi oleh atasannya―Natasha, yang merangkap menjadi sahabatnya.
"Rina, kau dimana? Ini perusahaan Demitrio Group sudah menghubungi kita dan menanyakan kita dapat hadir meeting atau tidak?"
"Sebentar lagi aku sampai, kau mendingan bersiap di lobby jadi ketika aku sampai, kita bisa langsung menuju kesana. Katakan kita bisa hadir" ucap Andrina dan meletakan kembali ponselnya ke dashboard mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Mr. Arrogant
Romansa"Jika memang Tuhan mengizinkan diriku untuk memperbaiki segalanya, maukah kau kembali dan hidup menua bersamaku, lagi?" - Evan Giovanni Demetrio "Jika Tuhan memang mentakdirkan diriku untuk kembali bersamamu, aku akan kembali kepadamu dan hidup menu...