∙❁∙Bab Sembilan∙❁∙

1.6K 31 2
                                    

Happy Lunar New Year everybody! Karna gue sempet gak post minggu lalu, special hari ini gue post karena gue merayakan! Jadi, selamat membaca!

"Ma, aku titip Alex ya," ucap Evan, "Alex, Papa pergi sebentar ya. Ada urusan kantor yang harus Papa urusi" Evan tersenyum.

Alex mengangguk sambil tersenyum, "Papa ati-ati ya! Jangan lupa bawain Alex mainan super heroes!"

Evan mengangguk sambil masih tersenyum kecil, "Iya sayang. Yasudah Papa berangkat dulu ya" Evan mengecup pipi tembam Alex lalu memeluk Dahlia.

"Evan berangkat ya, Ma" Dahlia memeluk Evan lama, "Tolong jaga Rina ya, Van" ucap Dahlia dalam tangis kecilnya itu agar Alex tak melihat ataupun mendengar Dahlia menangis.

Evan melepaskan pelukan tersebut dan masuk kedalam mobil James dan segera menuju ke bandara Soekarno-Hatta.

Sesampainya di bandara, James dan Evan turun dan James memberikan kuncinya kepada pekerja parkir valet dan mengikuti di belakang Evan.

Mereka memesan tiket yang paling cepat pada hari itu, mereka segera mengurusi beberapa hal yang harus diurusi dan lalu menunggu di ruang tunggu.

Mereka mendapatkan tiket keberangkat pada pukul 19.25 dan itu masih kira-kira dua jam lagi. Evan tak bisa menunggu selama ini. Apa lagi, jika mau langsung menuju ke New York, membutuhkan waktu 14 jam untuk ke Armsterdam Schipol Airport, Armsterdam lalu lanjut penerbangan pada pukul 16.55 membutuhkan 11 jam untuk ke LaGuardia Airport, New York. Ia baru akan bertemu dengan Andrina 2 hari lagi, 2 hari!

Setelah menunggu, akhirnya sudah saatnya waktu keberangkatan. Evan dan James segara menuju ke pesawat dan segera mencari tempat duduk mereka.

Ketika mereka sudah mendapati dimana mereka harus duduk, Evan mendapati tempat duduknya tepat di samping jendela. Ia langsung memperhatikan pemandangan luar jendela.

"Apakah kau tahu bahwa Andrina sedang mengandung?" tanya James.

Evan menggeleng pelan, "Andrina tidak pernah memberitahuku"

"Tidak pernah?" tanya James heran dan Evan menggeleng, "Tidak pernah sama sekali?" tanya James kembali dan masih sama, Evan menggeleng.

"Usia kandungnya sudah masuk lima bulan, Van, dan kau tidak tahu sama sekali?" ucap James tak percaya akan jawaban Evan sedaritadi.

"Kau lupa bahwa Andrina sudah tak kembali 5 bulan kepadaku?" sindir Evan.

James menghela napasnya dengan keras, "Bukan begitu, Van. Aku hanya tak percaya bahwa― Andrina tak pernah mual-mual atau gejala hamil apapun di hadapanmu?"

Evan menggeleng dengan tak yakin, mengingat-ingat kembali. Evan kemudian tersentak.

"Rina pernah mengalami gejala morning sickness menurutku, tapi ia hanya mengatakan bahwa ia sedang masuk angin" tutur Evan dengan suara pelan.

James hanya bisa kembali menghela napasnya.

"Jika," James tertunduk, "Jika, dokter menyuruhmu untuk memilih salah satu dari mereka? Siapa yang kau pilih? Andrina atau calon anakmu?"

Napas Evan tercekat, "Aku memilih Andrina," James menatap Evan, "Walaupun aku tahu nantinya ia akan membenci diriku akan pilihanku. Aku akan memilihnya"

James menepuk pundak Evan, berusaha untuk meghibur Evan, "Kau senang proses membuatnya ya?" ejek James dan hanya ditanggapi senyuman kecil dari Evan.

James menghela napasnya kembali, "Maafkan aku yang malah membawa lelucon untuk keadaan seperti ini," Ia menepuk pundak Evan pelan, Evan menatapnya dengan mata sendu, "Aku tahu Andrina adalah wanita yang kuat, ia tak akan mau kembali ke masa-masa kelamnya seperti dahulu"

I Love You, Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang