∙❁∙Bab Empat∙❁∙

1.9K 48 4
                                    

"Andrina?―" Ucap Evan tak percaya sambil menatap lurus Andrina yang tak menatap dirinya. Evan lalu menatap James yang sedang menertawai dirinya.

Evan menatap James dengan tak suka.

"Kenapa kau tak memberitahuku?" James yang mendengar nada bicara Evan kepada dirinya malah semakin menertawai Evan.

James lalu menggelengkan kepalanya pelan, "Aku tadi sudah mengajakmu tapi kaunya yang tak mau. Jadi, jangan memberikan tatapan seperti itu kepadaku" Ucap James masih dengan nada mengejek kepada Evan.

Evan mengendus kesal, "Kenapa kau tak―"

"Bukan urusanmu" potong Andrina langsung dengan dingin yang sama sekali tak menatap Evan dan malah sibuk melihat berkas-berkas yang tadi diberikan James kepadanya.

Evan duduk disebelah Andrina dan mengambil berkas yang sedang dibolak-balikan halamannya dengan Andrina dan memberikannya kepada James.

"Jamie, boleh tinggalkan kami berdua?" Sebetulnya itu bukan pertanyaan ataupun permintaan, untuk James barusan yang dikatakan Evan adalah perintah untuknya.

James mengangguk.

"Jika Evan berbuat macam-macam kepadamu, teriak saja Rina. Aku akan menyelamatkanmu" Goda James dan malah didapati tatapan mematikan dari Evan dan tawa pelan dari Andrina dan lalu Andrina mengangguk mengerti.

James langsung bergegas keluar dari ruangan tersebut dan meninggalkan Andrina dan Evan hanya berdua diruangan tersebut.

Keadaan ruangan kembali sunyi.

Evan berdeham pelan, "Kau dekat dengan James?" Tanya Evan.

Andrina masih melakukan aksi diamnya. Evan menghembuskan napasnya pelan.

"Tak apa, tak perlu dijawab. Aku yakin kalian dekat" Evan kini melembut. Ia tak bisa memperlakukan Andrina dengan keras, jika ia melakukannya maka Andrina lebih keras dari dirinya.

"Aku mencarimu seminggu lebih ini" Evan tertawa kecil, "Aku seperti orang gila, kau tahu? Aku mondar-mandir ke proyek hanya untuk mencari dan menemuimu yang biasanya aku serahkan kepada bawahanku untuk mengurusnya. Aku ke apartemenmu hanya ingin tahu kabarmu dan aku tak mendapatimu disana"

Evan kembali tertawa geli akan tingkah lakunya selama ini, "Dan kau tahu, Jamie selalu menggodaku jika ia sudah melihatku hanya berbaring tak melakukan apapun padahal banyak sekali pekerjaan yang harusnya aku lakukan"

Andrina mulai menatapnya, Evan tersenyum kepada Andrina dengan lembut kepada Andrina. "Kau tak memberi tahu Natasha bahwa kau menjadi CEO disini? Kejam sekali dirimu"

Andrina tersenyum kecil, "Aku tak mau ia merasa bahwa ia harus sopan kepadaku karena kini aku atasannya"

"Oh, kau salah― Kau harus memberitahunya, dan kau tahu? Ia bisa saja membencimu karena kau merahasiakan ini dari dirinya" Andrina mengangguk, menyetujui ucapan Evan barusan.

"Aku akan. Kenapa kau menjadi perhatian seperti itu? Menyeramkan" Ucap Andrina dan kembali tersenyum kecil.

Evan hanya menanggapi kalimat Andrina dengan tersenyum.

"Addamson's Group― Bagaimana bisa?" Tanya Evan heran kali ini.

Andrina membenarkan posisi duduknya dan menghela napas. "Addamson itu nama kakek ku. Ketika perusahaan ini pindah ke tangan Papa, Papa tak ingin mengubah namanya karena ini adalah kerja keras kakek"

Evan hanya bisa mengangguk dan tersenyum kecil akan penjelasan Andrina.

Andrina mendengar helaan napas dari Evan, ia memperhatikan Evan yang mulai bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya kepada Andrina. Andrina hanya menatap dalam diam, bingung.

I Love You, Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang