∙❁∙Bab Delapan∙❁∙

1.3K 37 2
                                    

"James, dengarkan aku dulu!" teriakan Evan menggema di seluruh lobby, membuat semua orang dan karyawan yang ada disana menatap mereka.

James masih dengan ketidakpeduliannya tetap berjalan lurus, menuju lift dan menekan tombol keatas dengan santai.

"Bisakah kita bicara? Berdua saja? Dengan kepala dingin?" ucap Evan mulai frustasi.

James menghela napas dengan berat dan ketika pintu lift terbuka, ia menyuruh Evan ikut juga.

Di dalam lift, mereka berdua hanya berdiam diri. Sesampainya di lantai dimana ruang kerja James berada, James keluar dari lift diikuti Evan dibelakangnya.

James dan Evan masih saling diam ketika sudah berada di ruang kerja James. Ketika James sudah tak tahan Evan masih diam saja, ia bangkit dari tempat duduknya dan jalan menuju pintu untuk keluar.

"Joyce disini" hanya itu yang diucapkan Evan.

James menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya, "Apa?" tanya James heran. Ia tak yakin dengan perkataan Evan barusan.

"Joyce disini, ia menemuiku. Dan semuanya terjadi begitu saja" ucap Evan lagi, dengan nada yang kini lebih frustasi. Evan bingung dengan dirinya sendiri.

James tertawa sinis, "Dan kau menerimanya kembali? Setelah apa yang telah ia perbuat? Setelah kau sudah menikah dengan Andrina selama 5 tahun? Aku tak mengerti dengan dirimu, Van"

"Hey, do you see Joyce?" tanya Evan kepada salah satu temannya di jurusan mata kuliahnya.

"I heard that someone said that she is with Michael going to... I don't know, man. It's all that I heard" tutur temannya itu. Evan menepuk pundak temannya, "Thanks, man"

Michael, pria tampan warga asli Inggris, mahasiswa kedokteran Oxford. Evan di Oxford mengambil mata kuliah yang sama dengan Ronald yaitu management business. Dan Joyce adalah pacarnya yang sudah berjalan 4 tahun. Joyce berasal dari Indonesia, sama dengan dirinya dan mengambil jurusan fashion.

"Thomas!" panggil Evan. Evan menghampiri Thomas yang menunggunya disana.

"What's up, man?" tanya Thomas. Thomas adalah salah satu temannya dari jurusan kedokteran dan kebetulan sekelas dengan Michael.

"Do you know where is Michael right now?" tanya Evan.

"He is on his dorm, his room" jawab Thomas. Evan mengucapkan terimakasih kepada Thomas dan segera menuju asrama dimana kamar Michael berada.

Sesampainya disana, ia bertanya kepada siswa yang sedang ada dilingkungan sana nomor berapa Michael tinggal dan mereka mengatakan Michael tinggal di kamar 105.

Evan kini sudah berdiri tepat di depan pintu kamar 105. Tetapi ia menegang di depan pintu. Awalnya ia mendengar suara yang tak mungkin ia dengar dan ia percaya, tetapi suara itu semakin nyata di telinganya dan semakin besar. Suara desahan.

Evan tertawa getir, hatinya sakit. Paru-parunya seakan tak mau bekerja sama dengan tubuhnya untuk Bernapas dengan normal. Evan jalan menjauh dari kamar itu dan kembali ke gedung fakultasnya untuk mengambil mata kuliah selanjutnya.

Keesekokan harinya, Joyce dengan santainya menggelayutkan dirinya di Evan dengan manja. Dulunya ia suka cara Joyce bermanja dengan dirinya, tetapi sekarang ia benar-benar merasa risih.

Evan berusaha untuk melepaskan gelayutan manja Joyce, tetapi Joyce tetap bersikeras. Akhirnya Evan naik emosi.

"Memangnya aku tak tahu apa yang kau lakukan kemarin dengan Michael?" Joyce membeku seketika dan dengan perlahan ia melepaskan gelayutan manjanya.

I Love You, Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang