A/N: Hey semua! Selamat menjalankan ibadah puasa ya!
(~ ̄▽ ̄)~
"Papa dengar Jessica sempat menemui kamu ya?" Evan langsung memutar kepalanya 90 derajat. "Papa tahu darimana?" tanya Evan dengan alis berkerut.
"Kamu tak perlu tahu Papa tahu darimana. Jawab saja pertanyaan Papa terlebih dahulu" ucap Ronald. Evan menghela napasnya. "Jelaskan dahulu sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dan Andrina kemarin"
Evan menatap Ronald lurus sejenak, lalu menghela napasnya kembali. "Andrina melihatku berduaan dengan Jessica beberapa kali. Dan.." Evan terdiam sejenak.
Ronal menautkan alisnya, "Dan apa, Van?" tanya Ronald, mengintimidasi.
"Dia mempergoki diriku sedang mencium Jessica" Ronald menatap Evan lurus, diam. Ketika Ia membuka mulutnya, belum sempat mengatakan sepatah katapun, Evan langsung menghentikannya kembali. "Tunggu dulu! Aku tidak mencium Jessica. Jessica yang menciumku tiba-tiba. Aku sangat bodoh pada saat itu hanya diam tak menghindar" ucap Evan dengan wajah menunduk.
Ronald mengangguk, "Baru Papa mau bilang bahwa kamu itu bodoh, tapi kamu menyadarinya sendiri. Syukurlah" Evan tertawa kecil ketika mendengar kalimat yang dilontarkan Ayahnya barusan.
"Yang terpenting kalian sudah menyelesaikannya bukan?" tanya Ronald. Evan menganggukan kepalanya. "Papa titip pesan dengan kamu," Evan memperhatikan Ayahnya, "Kalau bisa bikin lagi ya, biar Papa cucunya banyak" Ronald menepuk pundak anaknya itu beberapa kali.
Evan langsung tersenyum lebar, "Dengan senang hati kalau Andrina bersedia" Ronald tertawa dan meninggalkan Evan dibelakangnya. Evan mengikuti ayahnya itu dari belakang. Evan menyusul menuju dimana istri dan anaknya sedang bermain.
Terlihat disana, Andrina dan Alex sedang tertawa bersama karena Andrina sedang menggelitiki anaknya itu. Evan menghampiri mereka dan ikut juga menggelitiki anaknya itu. "Papa! Alex sudah capek" ucap anaknya sembari tertawa. Andrina menghindar dari mereka dan melihat suami dan anaknya yang sedang bermain. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Ia diam sejenak. Ia menutup matanya, berharap pusingnya menghilang.
Evan menatap istrinya itu dan menghentikan kegiatanya dengan Alex. "Rin," panggil Evan dan Andrina langsung membuka matanya dan menatap Evan bingung. "Kenapa?" tanya Andrina. "Kamu tidak papa?" tanya Evan lagi, "Wajah kamu pucat" Andrina dengan cepat menggelengkan kepalanya dan tersenyum kearah Evan dan Alex yang menatapnya dengan khawatir. Andrina menggendong anaknya dan menarik tangan Evan dan menggenggamnya. "Ayo kita makan siang, tadi Oma bilang ke Mama kalau Oma membuat makanan kesukaan Alex dan Papa" ucap Andrina dengan senyum lebar.
Evan yang dibelakang Andrina menatap Andrina dan tak lama, ia tersenyum.
Sesampainya di ruang makan, disana sudah terpampang beberapa makanan lezat buatan Dahlia yang mengeluarkan aroma lezat yang siapapun akan menjadi lapar jika menciumnya. Dahlia dari dapur membawa beberapa piring kaca. Andrina dengan cepat memberikan Alex kepada Evan untuk digendong olehnya. Andrina menghampiri Dahlia dan menerima piring-piring yang dibawa Dahlia. Andrina menaruhnya di meja makan dengan rapih dan segera menyusul Dahlia yang sedang di dapur.
"Kamu sudah baikan dengan Evan?" tanya Dahlia kepada Andrina yang sedang berdiri disebelahnya. Andrina hanya tersenyum tak menjawab pertanyaan Dahlia. Dahlia memberikan piring yang berisikan lauk kepada Andrina, Andrina menerimanya dan meninggalkan Dahlia begitu saja.
Dahlia hanya bisa menghela napasnya dan menggelengkan kepalanya atas perilaku anak perempuannya itu.
Tak lama, Dahliapun menyusul ke ruang makan. Disana mereka semua sudah duduk di tempat mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Mr. Arrogant
Roman d'amour"Jika memang Tuhan mengizinkan diriku untuk memperbaiki segalanya, maukah kau kembali dan hidup menua bersamaku, lagi?" - Evan Giovanni Demetrio "Jika Tuhan memang mentakdirkan diriku untuk kembali bersamamu, aku akan kembali kepadamu dan hidup menu...