8

129 19 3
                                    

Harry pov's

Keluar cafetaria langkah kami berhenti. Seseorang dan beberapa temannya menghadang kami............Sial! Mereka teman-teman ku pasti mereka meminta penjelasan ku tentang semua ini. Ayolah, aku benci mereka tidak mengerti keadaan ku.

Mata mereka tertuju padaku. Entahlah Gwen hanya fokus pada handphone nya yang mungkin lebih menarik dari wajah ku. Persetan mereka membunuhku dengan tatapan mereka. Mereka adalah Louis , Niall , dan Patt . Patt daritadi hanya tersenyum melihat tangan kami. Tidak ! Jangan lepaskan tautan ini. Jika di lepaskan maka hubungan ini akan terlihat tidak real.

Gwen yang sadar jika kita berhenti mendongakan kepalanya . Gadis bodoh ini justru menatap Louis , Niall dan Patt dengan mata yang menyipit. Seakan bertanya apa yang terjadi

"Hey! Jelaskan pada kami tentang hubungan kalian." Kata Louis. Oh astaga apakah mereka marah .

"Jelaskan sekarang!" Tegas pria berambut blonde.

Aku pun menyuruh mereka bertiga untuk duduk sebentar sambil menjelaskan apa yang terjadi. Tentang semua ini sekarang.

"Kalian sekarang kekasih?" Tanya Louis.

"Kalau iya, Kenapa?" Oh ayolah Gwen jawaban macam apa itu? Kenapa justru seperti ini semuanya. Aku bingung kenapa kau murid terpintar padahal cara berfikir mu seperti anak SD. Mungkin kau dapat first rank karena faktor hoki.

Lihat! Ekspresi Patt yang masih senyum . Louis dengan ekspresi bertanya-tanya dan Niall dengan mulut membentuk 'o'. Mereka gila?

"Apa lagi yang ingin kalian tanyakan?" Tanya ku.

Mereka bertiga sepakat menggeleng. Niall masih pada posisi 'o' nya. Dan akhirnya Patt angkat bicara. Ia menyuruh kami kembali ke kelas dengan senyum maut. Aku tidak dapat melihat arti dari senyumannya.

*************************

Gwen pov's

Sial! Patt seperti menelantarkan ku. Dia sudah pulang 2 jam yang lalu dan meninggalkan aku. Aku pun harus naik bus umum otomatis aku harus jalan ke halte terlebih dahulu. Huft untunglah aku pakai sneakers hari ini. Bayangkan jika aku pakai flatshoes. Oh ini hari kesialan ku sekarang handphone ku lowbat.

Tiba - tiba sebuah motor menghampiri ku tepat di gerbang sekolah. Laki-laki itu membuka helm nya. Sebenarnya jika ia tidak membuka helm nya aku dapat menebak siapa dia. Dia adalah Harry . Mata hijau yang tajam telah membunuhku barusan. Aku suka matanya. Sambil merapikan rambutnya diam-diam aku memperhatikan tiap inch wajahnya dengan saksama. Ternyata wajah nya sangat ta----. Sudahlah anggap saja kata-kata tadi tidak pernah aku katakan.

"Naiklah kau mau pulang kan?"

Tanpa basa-basi lagi aku menaiki motor Harry. Dengan mudah aku sudah nyaman di posisi ku.

"Peluk aku dari belakang"

"Apa kata mu enak saja!" Bentak ku.

"Pelankam suaramu sayang peluk saja agar ini menjadi real" Jawab nya.

Menjadi real atau terlihat lebih real. Apa maksudnya dengan menjadi real . Kenapa kata-kata nya terus terngiang di otakku. Aku yang terlalu percaya diri atau memang---. Sudahlah. Tapi jujur saja jika boleh mengaku posisi memeluk Harry serasa nyaman. Walaupun jantung ku terus berdetak lebih cepat. Aku nyaman memeluk nya. Apa dia juga--. Persetan! Dengan hatiku ini.

Harry pov's

Aku menyuruh Gwen memelukku tapi ini memperburuk. Maksudku sedari ujung parkiran tadi jantung ku sudah tak terkontrol. Tuhan tolong aku eh bukan tolong jantungku yang sebentar lagi copot. Ku rasakan jantung Gwen juga berdetak lebih cepat. Apa dia takut? Apa aku terlalu cepat mengendari motornya? Dari kaca spion dapat ku lihat dengan jelas wajah cantik nya. Hidung nya mancung . Bibir nya yang pink menggoda. Rambut coklat nya yang di gerai sesekali menutupi wajah cantik nya. Dia sempurna. Apa? Tidak ! Lupakan hal tadi ! Aku tak sengaja ! Sumpah !

Enemy , Friend , LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang