17

78 15 1
                                    

Harry pov

Natal kemarin berjalan indah. Seluruh keluargaku berkumpul dirumah pada malam natal. Semuanya bersuka cita menyambut natal. Aku masih mendapatkan banyak hadiah natal dari keluarga besarnya. Sedangkan, Gemma dilamar saat natal kemarin. Membuatku iri. Dan sadar teryata aku masih single. Apapun yang terjadi toh pasti ada jalannya nanti. Aku dapat jam tangan rolex dari kekasihnya Gemma. Dia sepertinya benar-benar ingin memikat keluargaku bagaimanapun caranya.

Aku menyesap hot chocolate ku yang mulai mengahangat malam ini. Salju di bulan Januari yang tebal membuat orang enggan keluar dan memilih menghabiskan waktu dirumah bersama keluarga. Tapi, malam ini adalah hari terakhir libur musim dinginku. Besok setumpuk file dan perjalanan bisnis menungguku. Menghebuskan nafas panjang aku kembali ke kamar. Aku harua tidur lebih awal. Besok kegiatan kantor akan dimulai jadi sebaiknya aku tidak telat. Barbara sudah menge-mailku jadwal ku. Lagipula nanti aku akan liburan di London juga kan? Liburan sendiri. Tapi ada Barbara yang cerewet.

Aku mulai memejamkan mataku. Berharap sesuatu hal yang indah tengah menungguku di alam mimpiku. Sebelum memejamkan mataku, aku melihat bingkai foto dipojok kamar yang lama tak sentuh. Ya, foto itu diambil ketika aku lulus SMA. Foto aku bersama orang yang kucintai sampai saat ini. Dialah yang selalu tersenyum di pojok kamarku. Ketika aku stress dialah yang kupandangi. Dia adalah Gwen Lux Labio. Wanita yang dulu dan sekarang mengisi ruang hatiku.

Gwen pov

Aku masih enggan bangun pagi ini. Padahal pekerjaan menungguku. Aku sudah bilang Helen untuk membangunkanku. Tapi, nyatanya tidurku belum terganggu sedikitpun. Baguslah.

Anyways, Natal kemarin sangat menakjubkan. Aku pulang kerumah dan merayakannya. Apalagi ditambah dengan Teressa tahun depan. Ibu sempat menggodaku dengan berkata "Tahun ini kita kedatangan Teressa tahun depan siapa ya? Kau tahu jawabannya Gweny?" Aku hanya diam tak menggapinya. Aku masih sulit membuka hati. Besok partner buisness ku dari LA akan datang ke London dan menawarkan kerjasama. Perusahaan yang memiliki puluhan pusat perbelanjaan di penjuru Amerika dan beberapa di Asia juga Eropa. Menarik? Mereka menawarkan membangun pusat perbelanjaan disamping hotelku. Tujuannya agar membuat pengunjung mendapat akses yang mudah. Tapi tunggu? Aku juga memikirkan untung dan rugi. Kemarin Lea juga bilang bahwa besok partnerku ini bukan orang sembarangan yang menawarkan kerjasama. Dan aku hanya ber-oh-ria.

Aku bersiap dan bergegas pergi ke ruanganku bersama Helen tentunya. Namun, aku tiba-tiba merasa lapar. Aku ingin sarapan di tempat yang tidak biasa. Lea mengusulkan sarapan di kafe dekat London Eye. Kafe yang menjual sarapan yang enak. Seperti bacon sampai bubur.

Setelah menyantap sarapanku, aku pergu kembali ke kantor. Aku disambut puluhan berkas yang tersenyum manis sambil melambaikan tangannya. Mengambil nafas panjang aku mulai membuka lembar per lembar berkas-berkas tersebut.

Sore ini badanku terasa remuk. Tak ada kegiatan yang menyenangkan. Tak ada meeting penting. Tak ada pertemuan dengan beberapa partner. Tak ada yang perlu ku lakukan di hotel selain menatap berkas-berkas ini.

*********************************
Stuck bangets anjir gak ada idee

Pibesdey suami kuh lui wiliem tomlinsen


Udah

Gua gabuts



Boseeeen

Enemy , Friend , LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang