19

93 14 3
                                    


Gwen pov

Aku sampai di depan pintu tempat makan private di hotel ini. Dua pelayan di kanan dan kiri pintu membukakan pintu untukku. Terlihat seorang wanita yang berumur 40an duduk disana. Partnerku laki-laki kata Lea. Namun, entahlah...

"Selamat siang Mrs. Labio , Aku Barbara Vean. Aku adalah sekertaris dari--." Ujarnya sopan. Namun, aku memotong ucapannya. Dalam benak ku sekarang adalah geez untung aku tak telat.

"Ah ya Aku Gwen Labio dan panggil aku Miss.Gwen saja, kulihat kau lebih tua dariku,  Barbara. Aku tak enak jadinya. Ini sekertarisku, Helen." Kataku sambil memperlkenalkan Helen.

"Aku Helen"

"Barbara"

"Dimana atasanmu? Dia sedikit telat?" Tanyaku menghilangkan kesunyian.

"Ya, dia butuh waktu mengatur rambut keritingnya." Katanya sambil terkekeh. Aku hanya ber-oh-ria.

Harry pov

Shit! Ini sudah jam 11 siang. Aku ada janji makan siang nanti jam setengah satu siang. Dengan sigap aku mandi dengan kilat. Astaga! Nyawaku belum seluruhnya terkumpul. Aku masih bingung apa yang setelah ini aku lakukan. Aku pun mengeringkan rambutku. Ku pakai pakaian ku. Setelah itu aku memilih jam tangan yang akan kupakai. Menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhku. Aku bercermin sambil merapihkan rambutku. Aku menyisirnya perlahan. Rambutku sudah mulai panjang. Rencannya aku ingin menggunakannya untuk sebuah amal. Namun, rambutku harus panjang sekitar 9 inch terlebih dahulu. Ku ambil handphoneku yang ku charge diatas nakas. God! Bahkan Barbara sudah mencoba menelfonku. Maklumi saja aku tidur pukul 1 malam. Aku tak bisa tidur dipesawat.

Aku berjalan ke tempat makan disalah satu sisi hotel ini. Aku berjalan dengan santai sambil menikmati jalanku. Sampai didepan tempat makan itu dua pelayan disisi pintu membukakan pintu untukku. Mereka sedikit menunduk padaku. Kulihat Barbara, dan Helen juga seseorang yang membelakangiku. Aku sudah mengenal Helen. Semalam dia yang menjemputku di Bandara dan mengurus check-in . Wanita yang membelakangiku terlihat muda dan feminime dengan rambut yang panjang menjuntai. Rambut yang bagian bawahnya bergelombang. Siapa dia? Apa aku mengenalnya?

"Ah kau sudah datang!" Ujar Barbara membuat ketiga wanita itu berdiri. Helen tersenyum hormat padaku. Lalu........

Detik terasa tak berjalan. Jantungku berhenti memompa darahku. Paru-paruku berhenti bekerja. Sungai Thames serasa mengering. Suasana salju menambah kaku tubuhku. Dia? Aku mengenalnya. Wanita yang setia di hatiku.

"Gwen Lux Labio" Ujarku kaku. Seperti Anna yang masuk kedalam air di tengah salju.

"Harry Edward Styles?" Ujarnya yang menuju ke pertanyaan. Wajahnya memucat seperti melihat hantu. Hey! Tak ada hantu setampan aku.

"Duduklah!" Ujarnya namun menuju ke perintah. Senyumnya memudar dan sekarang dia fakesmile. Astaga! Rasanya aku ingin memeluknya lalu menciumnya sekarang, Tuhan. Namun, kedua mahluk lain mengganggu.

"Jadi kau----." Ucapanku terpotong.

"Setelah makan siang temui aku di ruanganku! Kita butuh waktu untuk masalah pribadi! Ingat? Pribadi. Jangan bicarakan apapun disini yang keluar dari pekerjaan! Jangan bawa siapapun!" Ujarnya dingin dan agak ketus?

Hatiku melonjak girang saat Gwen menyebut kata kata "Kita butuh waktu untuk masalah pribadi". Dia mengatakan aku dan dia sebagai-- kita. Triliunan kupu-kupi terbang di perutku. Laki-laki juga bisa kasmaran! Aku tak perduli dia menjadi dingin. Tetap saja aku mencintainya.

Aku makan siang bersama dengan senyum merekah. Gwen makan berhadapan denganku. Aku puas memperhatikannya. Dia terlihat lebih anggun dan feminime. Dia berhasil dengan kuliahnya. Dia berhasil dengan jurusanya. Aku sangat dengan wanitaku.

Enemy , Friend , LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang