Flashlight

72 4 0
                                    

Stefa Milano P.O.V

Ponselku berbunyi terus menerus, entah ini mimpi atau bukan yang jelas suara ini berisik sekali dan ingin rasanya aku melempar ponsel itu keluar jendela kamar flatku. Tapi aku menyerah pada dering ke... entahlah mungkin sepuluh. Aku mengambil ponselku dari meja samping tempat tidurku. Ada panggilan masuk dari Niall. Ada apa memangnya sampai-sampai dia menelponku sepagi ini?

"whats up?" tanyaku saat telepon terhubung.

"I'll come about 15 minutes again" kata Niall diujung telpon yang membuat mataku terbelalak.

"WHATS???" tanyaku sekali lagi lebih seperti berteriak.

"You forgot baby? We will take Ariel and Diana to the airport remember?"

"OH MY FUCKING GOD I FORGOT ABOUT THAT NIALL" kataku yang sekarang mulai gusar. Aku bangun dari tempat tidur dan setengah berlari kearah lemari pakaianku masih dengan ponsel yang menempel di telingaku. Aku mengambil baju secara asal dan langsung berlari ke kamar mandi masih dengan Niall yang mengoceh di ujung telpon.

"Okay.. okay.. i'll take a shower now"

"Dont be late baby, I almost there"

"Kay" kataku dan langsung menutup telponnya, menaruh ponselku di meja westafel dan langsung mandi.

Aku menyabuni tubuhku, mencuci muka dan menyikat gigiku dengan sangat cepat agar aku selesai mandi tepat saat Niall sampai diflatku. Aku tidak sempat mencuci rambutku hari ini karna kalau aku harus mencuci rambutku dulu itu akan memakan waktu sangat lama dan membuat Niall menunggu dan bisa-bisa aku tidak sempat mengantar Ariel dan Diana ke bandara. Bicara soal mereka berdua, aku sebenarnya sedih hari ini telah tiba. Maksudku, waktu aku tau Ariel akan ke London untuk study exchange aku sangat senang! Karena setelah sekian lama aku tidak bertemu dengannya dan akhirnya akan bertemu dengannya lagi. Apalagi saat aku tau Diana juga ke London untuk liburan, aku sangat senang bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama mereka berdua lagi setelah kami kuliah di universitas bahkan negara yang berbeda. Aku juga sangat senang saat kami bisa menjadi pacar dari idola kami.. dan entah suatu keberuntungan atau apa. Tapi yang jelas aku, Diana dan Ariel sangat beruntung bisa mewujudkan impian kami, menjadi pacar dari seorang laki-laki hebat seperti Niall Horan, Louis Tomlinson dan Zayn Malik.

***

Aku langsung memakai baju yang tadi aku ambil secara acak. Ternyata aku hanya mengambil dress biru selutut tanpa lengan. Terdengar bunyi bel dari pintu flatku, aku langsung berlari ke pintu untuk membukanya, aku tau itu pasti Niall.

"Have you ready?" tanyanya saat aku membuka pintu.

"Not yet honey. I'm sorry" kataku memasang puppy eyes. Dia berjalan masuk dan langsung tiduran di tempat tidurku.

"Niall can you help me?" Kataku dan langsung menghampiri Niall, menyodorkan punggungku meminta bantuannya untuk menaikkan retsleting dress ku. Niall melakukannya dengan benar. Dan aku bersumpah merasakan tangan Niall mengelus punggungku dua kali dan sesuatu yang dingin mengecup pundakku sebelum dia menutup retsleting nya. Aku tahu itu pasti bibir Niall.

"Hey you're nasty!" Kataku lebih seperti meledek bukan protes.

Niall hanya tertawa dan aku berjalan ke meja rias untuk menyisir dan memakai make up tipis untuk wajahku. Setelah ku rasa sudah perfect aku langsung mengambil handphoneku di dalam kamar mandi dan memasukkannya kedalam tas dan segera memakai tasku.

"C'mon Niall we'll be late" kataku menarik tangan Niall keluar flat.

"But its because of you baby" kata Niall sambil merangkul pinggangku dan dia mencium puncak kepalaku gemas.

Right NowWhere stories live. Discover now