Cerita tentang Rey
Aku sudah berdiri di depan sebuah bangunan berlantai dua yang berada di pinggiran kota, Rey bilang kalau ini adalah tempat dimana dia tinggal. Aku dan Rey naik kelantai dua dan berjalan menuju tempat Rey yang ada di sudut lantai dua. Ia merogoh sakunya mengeluarkan kunci kamarnya.
"Silahkan masuk mas"
Aku masuk kedalam, Kamar Rey tidak begitu besar hanya berukuran 3x3 meter, di dalam kamar itu terdapat sebuah kasur lipat yang di gulung ditaruh disudut ruangan, ada sebuah poster Tokyo Ghoul yang menempel di dinding dan sebuah rak yang diatasnya ada Magic com dan Teko berelemen.
"kecil banget kost-kostan mu Rey?" ucapku sambil duduk di tikar yang sudah di gelar. Rey hanya tersenyum sambil menuang air kedalam teko dan mulai memanaskannya.
"Heheheheh iya mas, yang pentingkan nyaman dan murah"
aku mengernyit kemudian dia menatapku sejenak.
"Ia mas Rafa, aku nyari tempat Kost yang murah aja biar gak boros dan uangnya bisa buat Ibu di kampung"
Aku terdiam mencoba mencerna perkataan Rey yang terdengar sangat menusukku.
"Emang berapa gaji mu sebulan?"
Rey mulai bercerita tentang uang yang ia dapat, ia menyisihkan uangnya sedikit tiap ia gajian, dia juga kerja part time di sebuah warnet. kata-kata Rey membuatku berfikir yaitu 'apapun pekerjaannya, selama itu halal dan gak bikin orang lain bangkrut gak masalah'.
Rey juga seorang pekerja Keras, ia pernah bekerja sebagai kuli bangunan, loper koran, pengantar Lpg dll.
"Jadi kamu pernah kerja sampai Bali juga?"
"Ia mas disana kerja di sebuah Club malam"
"Kenapa berhenti, kan lumayan Rey disana?"
Ia terdiam wajahnya muram, seperti ada sesuatu yang di sembunyikan dan tak ingin orang lain tau.
"Kata siapa mas, gak juga malah sama aja menurutku"
Rey berdiri dari duduknya, kemudian dia berdiri kearah tas yang tergantung di belakang pintu, ia merogohnya dan mengeluarkan sekotak rokok, mengambil sebatang dan menyelipkan di bibirnya kemudian dia nyalakan.
"Rokok mas?"
"Kamu ngerokok Rey?"
"Ia mas, mas Rafa gak ngerokok?"
Aku mengambil rokok yang menyelip di bibirnya kemudian aku buang rokok itu keluar.
"Kenapa di buang mas!!"
"Rokok itu gak baik buat tubuh Rey!!"
Rey terdiam dia menatapku kosong, ia menarik sudut bibirnya dan tatapan matanya seperti mengejek, kenapa bocah ini tidak seperti yang ku bayangkan. bocah polos yang pendiam dengan kelakuan baik dan tidak melakukan hal-hal yang aneh, merokok juga bukan hal aneh tapi kenapa aku tidak suka jika melihat dia merokok.
"Terus kalau aku mau sedikit mengangkat kepenatanku apa salahnya?"
Kami terdiam dan saling menatap tajam, pundak Rey naik turun emosinya sedang meningkat mungkin dia akan marah.
"Ya gak harus ngerokok juga kan!" kata-kataku terdengar sedikit menghardik dan sedetik kemudian Rey menundukan wajahnya, kemudian ia duduk sambil memeluk lututnya, sepertinya dia menangis. ku ulurkan tanganku meraih tubuh mungil yang terdiam disana kepelukanku.
"Aku capek mas....capek.." gumam Rey di pelukanku, dapat kurasakan nafasnya yang berhembus di dadaku dan bajuku yang mulai basah karena air matanya.