"Kau dengan siapa?"
"Entahlah aku tak tahu dengan siapa. Tidak ada satupun yang ingin menerima ku menjadi anggota kelompoknya di kelas ini."
"Yasudah bagaimana kalau kau denganku saja?."
"Baiklah." jawabku sambil tersenyum bahagia. Laki-laki itu sangat baik kepadaku yang membuatku tambah menyunggingkan senyum lebih lebar lagi.
Perkenalkan, aku merupakan salah satu anak dari korban pembullyan di sekolah. Bagaimana tidak aku berkata seperti itu. Mereka semua memperlakukan ku selayaknya gelandangan yang bisa seenaknya mereka cemooh dan mereka hina.
Aku pun tak tahu mengapa ini bisa terjadi. Pembullyan ini. Aku merasa tak pernah berbuat salah dengan wanita gila itu.
Ya, wanita gila!. Yang tiba-tiba saja mencemooh dan menghinaku.Tahun pertama kulewatkan masa masa yang seharusnya indah untuk menyambut tahun ajaran baru dan sekolah baru. Ya, aku saat itu baru memasuki tahun ajaran yang baru yang berarti aku berada di jenjang pendidikan SMP. Selama setahun itu hidupku tersiksa.
Kau tahu?
Di kelas aku dikucilkan,dihina. Bahkan mereka memanggilku dengan panggilan yang tak pantas dan kasar "babi".Apapun yg kulakukan dikelas, baik itu benar sekalipun akan mereka cemooh. Seperti aku mengagumi seorang kakak kelas, kalian tahu apa yang mereka katakan padaku?
"Hey babi kau tahu? Kau dengan kakak itu berbeda jauh. Kau itu hanya ibaratkan sebuah kotorannya."
Deg kata-kata mereka sungguh menyakitkan, selama ini tak masalah mereka memanggilku begitu, mencemoohku, hingga membuat sebuah grup di sosial media yang isinya sungguh menusuk nusuk hatiku serta mengusik ketenanganku. Itu tak masalah. Tapi, sampai sebegitu besarkah salah ku hingga mereka berkata demikian?
Aku tak mengerti salahku apa?! Demi Tuhan aku tak mengerti pernah berbuat salah apa pada mereka!
Ya Tuhan, air mata mulai menggenangi pelupuk mataku. Tahan dewi.
Kuatkan dirimu!
Kau bisa melewatkan ini! Kuyakinkan diriku sendiri dengan berkata dalam hati sambil terus melanjutkan aktivitas belajarku."Hey kau kotoran!!".
Brakk aku sudah tak kuat lagi, segera ku berlari sekuat tenaga menuju toilet.
Brakk pintu toilet kubanting. Aku meluapkan apa yg sedari tadi ku pendam.
Semua aku tumpahkan dengan menangis. Menangis. Dan hanya bisa menangis.
Kalian tentunya berfikir mengapa aku tak menceritakan ini kepada kedua orangtua ku? Aku hanya tak ingin menambah beban pikiran mereka dengan masalahku ini. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Sudah sepantasnya aku sebagai anak tertua bersikap mandiri, setidaknya dengan tidak membebani kedua orangtua ku dengan masalah seperti ini.
Aku menangis di dalam toilet hingga bel pulang berbunyi, aku sudah tak perduli lagi dengan tugas yang diberikan oleh guru tadi.
Begitu setiap harinya aku melewati berbagai cemooh dan hinaan dari merka di sekolah yang seharusnya membuatku tertawa lepas dan tersenyum penuh kebahagiaan.
Sampai pada suatu hari dimana kondisi ku pada saat itu sedang tidak baik, kemarin aku mengalami kecelakaan dan kaki ku patah.
Memang tidak parah, tapi setidaknya aku membutuhkan waktu beberapa hari untuk memulihkan kaki itu.Dan dengan bantuan tongkat aku berjalan. Kebetulan kelasku berada di lantai 2. Aku dipapah oleh bunda untuk masuk ke dalam kelas.
Bunda mengantarkanku sampai pada tempat duduk ku yang penuh dengan coretan bertuliskan babi, tai, dan segala macam lainnya. Aku langsung duduk dan bunda pun pulang kerumah.
Hallo semuanya:) gimana ceritanya? seru? kepo kah kalian akan kelanjutannya? atau malah tidak menarik? berikan komentar dan saran kalian terhadap cerita ini yaa:)
apa yang kalian sampaikan akan sangat bermanfaat bagi saya dalam menulis cerita pada chapter berikutnya. Terimakasih sudah membaca^_^ maafkan jika terdapat banyak typo dan kesalah lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear heart, why him?
RandomTerimakasih atas semua memori indah yang pernah kau berikan padaku. Walau kita tak pernah satu, setidaknya kita akan selalu berdampingan. Jaga dirimu baik-baik di masa yang akan datang. Berjanjilah bahwa kita akan bertemu lagi dan akan tertawa bahag...