Chapter 10

464 35 2
                                    

Aku duduk di bangku kelas 8. Sudah tahun ke 2 aku menyukai Vero. Suka. Ya benar. Aku sangat menyukainya. Tapi aku tidak mengerti bagaimana perasaannya kepadaku. Mungkin bisa jadi ia hanya menganggapku sebagai teman dekatnya, dan mungkin lainnya bisa saja ia memang benar-benar menyukaiku. Entahlah, aku tidak bisa mengerti dan membaca apa yang ia rasakan terhadapku.

********

Aku perlahan membuka kado darinya. Kalian tahu bungkusnya saja berwarna pink dengan motif hati. Bagaimana tidak aku tertawa terbahak-bahak, seorang Vero yang sangat cuek dan cool. Memberikan kado sebuah boneka berwarna pink dengan kertas kado berwarna pink pula dan motif hati.

Yaaaa. Ia memberikanku sebuah boneka. Boneka yang sangat lucu dan bewarna pink. Oh iya aku ingat! Aku akan meminta bantuan dari Riri untuk menanyakan bagaimana bisa ia membeli boneka tersebut tanpa sepengetahuan dari Mamanya.

** di sekolah **

"RIRIIIII...."

"Apaaa Wi? Pasti ada maunya nih. Tumben-tumbenan manggil kayak gitu. Ga salah lagi kalo nada nya udah beda kalo manggil pasti ada maunya. Iya kan? Bener kan?"

"Hehehe iyaaa.....Kok tau sih Ri?"

"Jelaslah. Aku tuh tau banget sama kamu. Jadi, kamu mau apa? Mau disalamin sama Vero?"

"Ih engga. Bukan itu Ri. Aku mau minta tolong sama kamu buat tanyain ke Vero gimana bisa dia beli kado itu tanpa sepengetahuan Mamanya. Kan kemarin dia bilang kalo Mamanya sampe tau dia bakal disengin mati-matian. Nah gimana bisa gitu. Serius deh aku penasaran hahahahahahah"

"Iyaa iyaaa nanti aku tanyain deh Wi"

"Okedeh kalo gitu. Sayanggggg banget deh sama kamu Ri"

"Yahhh jadi gini, kamu baru sayang ke aku kalo gini? Cukup tau aja deh kalo gitu" ujar Riri sambil memasang tampang pura-pura sedih.

"Dihh marah gitu marah hahaha. Terus peduli? Ga tuh wekkk" cibirku.

"Yaudah kalo gitu ga jadi deh ditanyain ke Vero."

"Main ngancem deh."

"HAHAHAHAHAH" tawa Riri terbahak-bahak.

Bel istirahat sudah berbunyi. Saat ini aku sedang tidak mood untuk jajan. Jadi, aku hanya berada di dalam kelas bermain bersama anak-anak lainnya. Riri dan Ana entah pergi kemana aku tahu, yang jelas sejak awal istirahat tadi hingga hampir jam istirahat berakhir batang hidung kedua sahabatku itu tak terlihat. Untungnya pelajaran setelah jam istirahat ini kosong dikarenakan Ibunya sedang melahirkan. Kami hanya diberikan tugas. Kemana mereka berdua hingga jam pelajaran ini juga belum masuk. Astaga apa yang mereka coba lakukan??!! Berbolos?! Tidakk!! Tidak!! Mereka tidak akan berbolos jika tidak mengajakku. Eh.

Akhirnya tak berapa lama kemudian mereka berdua masuk ke kelas.

"Kalian darimana sajaaaa?" kataku sedikit khawatir.

"Lebay banget sih. Kita ga kemana-mana kok, kita tadi cuma ke kelas Vero buat nanyain hal yang bikin kamu penasaran tadi." sahut Ana.

"Yaampun kalian ini, ga juga langsung ditanyain gitu dong-_- kan nanti pas pulang bisa. Untung aja gurunya lagi berhalangan, coba kalo engga, kalian bisa dimarahin habis-habisan deh."

"Biasa hahaha kayak kita ga pernah dimarahin guru aja. Kan kamu yang ngajarin kalo dimarah guru itu santai aja."

"Sejak kapan coba aku ngajarin gitu?"

"Sejak negara api menyerang negara air"

Aku yang mendengar jawaban dari Riri hanya bisa memasang wajah poker face.

Dear heart, why him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang