Chapter 17

25 3 0
                                    

Lisbol atau Liga Sepak Bola antar koalisi kelas pun dimulai. Yap! Saatnya pasang mata lebar-lebar untuk melihat kakak-kakak kelas ganteng yang selama 3 bulan ini masih belum ditemukan keberadaannya hehe.

Berhubung Dewi mengambil jurusan IPS, jadi tim koalisi kelas Dewi sesama anak IPS juga. Kelas Tata yang berkoalisi dengan kelas Vero.

Acara pembukaan Lisbol pun dimulai! Lisbol dilaksanakan di lapangan sepak bola provinsi mereka. Dalam acara Lisbol setiap koalisi diwajibkan untuk mempunyai seragam sepak bola khas koalisi mereka. Sama seperti susunan acara-acara biasanya ada pidato dari Kepala Sekolah, pidato dari panitia acara, berdoa, dll. Setelah acara formal tersebut dilaksanakan saatnya acara informal, dimana semua tim koalisi menyanyikan yel-yel kebanggan untuk koalisi mereka sambil memakai baju kebanggaan koalisi.

Dengan penuh semangat yang menggelora satu persatu tim koalisi menyanyikan yel-yel mereka. Selama acara ini berlangsung mata Dewi jelalatan mencari keberadaan Vero.

"Dimana ya Vero?" dalam hati Dewi bertanya.

Matanya terus mencari keberadaan Vero hingga sampai disuatu titik sudut matanya menangkap wajah Vero. Vero sedang bersama tim koalisinya sambil melompat-lompat kegirangan menyanyikan yel-yel.

"Cih dasar. Padahal bisa santai aja ga perlu lompat-lompat segala. Dasar heboh sendiri" sambil cekikikan Dewi berkata dalam hatinya.

"Wiii..." panggil Akmal

"Wiiiii.." suara Akmal lebih keras.

"Ya Allah ini anak kupingnya budeg atau gimana sih? Gila ya aku udah teriak masih juga ga denger. Eh malah cengengesan sendiri" kata Akmal sambil menepuk jidatnya.

"Hoi!" Teriak Akmal kali ini persis dikupingku sambil menepuk bahuku.

"Apasih ih?! Ga usah teriak-teriak mal. Ini stadion udah berisik, ditambah kamu teriak-teriak makin berisik tau ga sih!" Jawabku kesal. Aduh ini Akmal gangguin banget sih, orang lagi enak-enaknya merhatiin doi dari jauh dia malah teriak-teriak.

"Yah yah. Siapa yang salah, siapa yang marah coba? Bentar lagi giliran koalisi kita nyanyiin yel-yel. Kamu udah hapal belum? Nanti dimarahin yang lain kalo belum hapal lho! Salah sendiri sih dari tadi dipanggilin baik-baik ga nyaut, malah sibuk ketawa sendiri. Aku pikir kamu kesurupan kuntilanak stadion, kan ga lucu Wi" kata Akmal kesal.

"Iya iya maaf deh. Udah hapal kok tenang aja. Yaudah ini giliran kita lagi yang nyanyiin yel-yel." Sontak aku berdiri untuk menyanyikan jargon unggulan koalisi kami dengan penuh semangat dan suara yang menggelegar.

Semua koalisi kelas sudah menunjukkan jargon terbaik mereka dengan semangat berapi-api. Sekarang sedang berlangsung pertandingan antara All Star dan para guru sekolah kami.
Tim All Star sendiri berisi pentolan anak agit (anak kelas tiga) dari kelas MIPA-IPS.

Kalian tentu sudah tau bukan siapa pemenang pertandingan ini tanpa kuberi tau kalian? Tentu saja tim All Star yang memenangkan pertandingan ini!
Dari segi umur saja sudah beda jauh terpaut, apalagi kemampuan bermain dan kekuatan fisik mereka.

Aku dan teman-temanku menonton hingga pertandingan pembuka berakhir, dan mulai besok akan dilangsungkan pertandingan yang sebenarnya.

**keeskoan harinya**

K

ami utas (anak kelas satu) jurusan IPS bergegas menuju stadion setelah bel pelajaran selesai.

Bukan. Ini bukan pertandingan tim koalisi kami, tapi kami sebagai utas yang jelas-jelas baru pertama kali mengikuti pertandingan ini dan merupakan anak bawang di sekolah, kami diminta oleh agit jurusan IPS untuk mendukung mereka. Jadi, bisa dikatakan bahwa jurusan IPS akan saling mendukung satu sama lain sekalipun pertandingan itu antara agit dan utas jurusan IPS.

Fyi, di sekolah ku itu jurusan IPS menjadi minoritas, hanya ada satu kelas. Baru pada tahunku ini, ada penambahan kelas jurusan IPS sehingga menjadi dua kelas. Tapi sebenarnya hal itu tidak mengubah apapun, anak jurusan IPS tetap menjadi minoritas di sekolah.

Tunggu, tapi jangan salah! Walaupun kami menjadi minoritas di sekolah, popularitas anak jurusan IPS itu number one di sekolah. Tentu saja semua guru mengenal anak IPS. Lima enam karena memang pintar, selebihnya karena mereka begitu menarik perhatian guru.

Tapi sungguh aku jamin, tidak ada yang salah dengan menjadi anak IPS, tidak ada yang memalukan karena memilih jurusan IPS, dan tentunya tidak perlu malu. Toh sama saja semua jurusan itu. Kalau kata ibu guruku anak-anak IPS itu tugasnya bukan untuk mempelajari ilmu-ilmu pasti, tapi untuk mempelajari bagaimana cara mempresentasikan hasil dan lain-lain. Ya, kata ibu guru Bahasa Indonesia ku itu nantinya anak IPA atau ia menyebutnya para ilmuan itu yang meciptakan sebuah barang yang berguna, nantinya hasil dari apa yang mereka buat itu anak IPS lah yang akan mempresentasikannya kepada khalayak umum.

Baiklah, mari kita kembali lagi pada cerita pertandingan Lisbol. Agit IPS melawan aud MIPA. Pertandingan sempat berjalan sengit diantara kedua tim, namun dengan kekompakan para agit IPS, mereka dapat memenangkan pertandingan dengan skor 4-2.

Setelah pertandingan itu, aku dan teman-teman utas IPS tidak langsung pulang. Kami sempat menonton beberapa pertandingan lagi antara agit dan utas MIPA. Ya lumayan lah untuk cuci mata. Tentu kalian paham maksudku kan hehe. Melihat-lihat kakak kelas yang wajahnya sedikit dianugerahi oleh Tuhan, merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi para utas sepertiku dan teman-temanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear heart, why him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang