Chapter 2

1.9K 68 7
                                    

Disaat sedang berlangsungnya pelajaran yang kebetulan gurunya merupakan wali kelas ku sendiri.

Tiba-tiba entah mengapa seisi kelas menjadi gaduh dan berbisik-bisik

"itukan ayahnya"

"mau apa ayahnya datang ke sekolah ini?"

Dalam benak ku, siapa yang datang ke sekolah dan mengintip melalui jendela tadi? Mengapa mereka menjadi seheboh ini?

Tak berapa lama kemudian Bu Wulin pun mohon izin untuk pergi keluar sebentar. Kami ditinggalkan dengan setumpuk tugas yang sangat menjenuhkan.

Oh Tuhan, pelajaran ini sangat kubenci, mengapa Ibu Wulin memberikan begitu banyak tugas, seberapa pentingkah keperluan itu hingga ia harus meninggalkan kami?

*bel istirahat*

Akhirnya bel istirahat berbunyi. Karena kaki ku yang sedang luka dan tak dapat berjalan dengan leluasa maka akupun hanya duduk diam di kelas.

**********************

Hari-hari kulewati seperti biasa di sekolah, masih bersama dengan cemoohoan mereka tentangku.

Tiba-tiba wanita gila itu datang ke hadapanku sambil berteriak

"hey kau babi!! Kau mengadu ke guru huh? Bodoh! Idiot! Kau pikir dengan begitu aku akan takut kepadamu dan memberikan belas kasihan kepadamu? HAHAHAHA TIDAK!!"

Tak ku hiraukan ocehan wanita gila itu. Aku hanya sibuk dengan bukuku saat itu.

"HEY KAU PUNYA MULUTKAN?!!!"

"HEY TULI!!!"

BRAAAKKKK...

Ia menghentak meja dan membanting meja yg sedang kugunakan.
Emosiku sudah memuncak. Sudah ku tahan dari tadi.

"ADA MASALAH?!"

"YA ADA BABI. MASALAH DENGANMU. APA MAKSUDMU MENGADU KEPADA GURU HUH?! DASAR PENGECUT"

"MENGADU? SIAPA YG KAU BILANG PENGADU?"

"YA KAU BODOH! KAU MENGADUKAN MASALAH INI KEPADA GURU. IDIOT!"

"DIAM KAU!! BERHENTI MEMANGGILKU IDIOT!! TENTU SAJA KAU LEBIH IDIOT DARIKU. TAK PERNAH AKU MENGADU KEPADA GURU!"

"KAU BERANI HUH?"

Dia mulai mendorongku dan menarik-narik rambutku. Saat itu tanganku entah mengapa sedang memegang sebuah gunting.

Darah segar mengalir. Tidak, tidak. Bukan aku. Tentu bukan aku yang melakukan ini.

Tanpa terasa tanganku sudah luka terkenan gunting yang ku pegang tadi. Entahlah aku tak tahu mengapa hal itu bisa terjadi. Seketika anak-anak kelas yang melihat darah segar mengalir dari tanganku pun memisahkan kami berdua.

Semua anak yang berada di dalam kelas berusaha untuk menjauhkan wanita gila itu dari hadapanku

"MAMPUS KAU!"

Kata wanita gila itu. Untunglah dengan cepat mereka menangani luka tersebut. Ya, walaupun mereka semua juga benci terhadapku, tetapi rasanya mereka juga punya rasa kemanusiaan untuk menolongku kan.

*beberapa bulan kemudian*

Kaki ku sudah lama sembuh. Sudah beberapa bulan yang lalu.

Aku bergegas berangkat sekolah dengan wajah yang sumringah. Walau sebenarnya bukan itu yang ku rasakan, tapi aku berusaha untuk menutupi itu dari kedua orang tua ku.

Dear heart, why him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang