Chapter 12

404 28 7
                                    

"Sudah Wi. Sudah. Berhenti. Ini baru Try Out. Jangan menangis. Lihat bagaimana nilainya yang lebih rendah dari kamu." Sahut Riri mencoba menghiburku.

"Tapi tetap saja Ri, nilai ku masih di bawah dan malah jauh di bawah Vero. Aku seperti orang bodoh."

"Nah karena itulah. Jika kau malu nilai mu rendah, berusaha lah lebih keras lagi Wi. Jangan menyerah. Ini baru awal perang kita. Aku yakin kamu pasti bisa." Sambil mengepalkan tangannya dengan semangat.

"Hiks...hiks..makasih Ri. Bantuin aku ya biar nilaiku bisa naik. Hikss..."

"Iyaa pasti bakalan aku bantuin kok. Tenang aja. Udah gausah nangis kayak anak kecil gitu deh. Mau dibeliin apa? Permen? Balon? Es krim? Hahahahahaa"

"Apaan sih Ri ga lucu deh" wajahku cemberut.

"Dih tadi nangis sekarang cemberut, bentar lagi apalagi ha? Dasar aneh."

"Hahahahahaha bodo wek" tawaku pecah. Memang Riri yang terhebat bisa membuatku tertawa kembali.

********

Mulai sejak itu. Aku belajar mati-matian untuk Try Out keempat yang berarti juga Try Out terakhir yang harus kujalani. Akhirnyaaaa tinggal 3 langkah lagi menuju SMA. Semangat Dewi!!

********

Try Out keempat sudah selesai. Dan hasilnya sangat memuaskan. Nilaiku naik. NILAIKU NAIK. YA NAIK. Memang pepatah benar. Usaha tak akan pernah mengkhianati hasilnya. Semakin giat kau berusaha semakin baik dan bagus hasil yang akan kau dapatkan. Jadi jangan pernah berhenti untuk berusaha. Begitupun berusaha tentang cinta.

Ya tentang cinta.

Jika kau sudah menyukai satu orang berfokuslah padanya. Tapi tetap menggunakan otak. Mengerti kan? Pastinya kalian mengerti apa yang kumaksudkan itu.

*******

Ujian Praktik.

Sebentar lagi.

Ujian Praktik.

"Dewiiiii sebentar lagi kita bakalan ujian praktik. Udah dapat jadwalnya belum?" Kata Tata

"Belum nih. Seperti biasa. Kayaknya kelas aku paling terakhir dapat jadwalnya."

"Yaudah nih jadwalnya. Ini udah ada semua kok jadwal dari kelas a-g. Oh iya mau belajar bareng buat ujian praktik ga?"

"Aaahhhhh memang deh top banget Tata. Sahabatku tercintah yang paling pintar yang rela ngajarin aku mati-matian." Ekspresi lebayku keluar.

"Lebay."

"Lah yang ngajarin lebay siapa? Kan kamu Ta. Wekkk"

"Eh iya lupa hahahahahaha"

"Hahahahahahah"

Kami berdua tertawa terbahak-bahak. Seakan tak ada beban di dalam diri kami masing-masing. Seakan tak ada kepedihan di dalam hati kami yang berusaha untuk kami simpan sendiri.

"Eh iya Ta, bantuin aku belajar Fisika sama Matematika ya. Itu pelajaran paling sulit menurutku." Kataku meminta bantuan Tata.

"Pasti kok pasti. Ntar aku bakalan bantuin kamu."

"Sayanggg Tata." sahutku sambil memeluknya.

Dear heart, why him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang