Satu hal yang harus kalian tahu. Aku dan Vero berbeda keyakinan. Tuhan kami berbeda. Ini yang membuatku dan Vero takut untuk lebih dekat lagi. Kami masih SMP. Yaaa Tuhan.... ini pertama kalinya aku jatuh cinta pada ciptaanmu, namun ia tidak meyembah padamu seperti aku selalu menyembahmu dalam setiap shalat;')
Satu lagi hal berat yang harus kulalui. Perbedaan keyakinan ini. Pikiranku terkadang cukup melayang jauh membayangkan jika memang pada akhirnya kami akan mempunyai sebuah status, apakah Bunda dan Ayah akan setuju. Sedangkan Ayah merupakan orang yang sangat amat keras tentang persoalan ini.
Tak beberapa lama suara peluit membuyarkan lamunanku tentangnya. Aku berdiri di pinggir lapangan sambil melihatnya bermain. Ya hanya berdiri. Tak lebih dari itu. Berteriak hanya sekedar berkata 'semangat' saja aku pun tak berani.
Tapi...tunggu sebentar. Amel juga berada di sebelahku. Ia persis berdiri di sebelahku sambil meneriaki seseorang. Kalian tahu siapa yang dia teriaki? Huuh. Yaaaaa Vero yang di teriaki dari pinggir lapangan itu.
"VEROOO AYOOO! SEMANGAT VEROOO!!" teriaknya dengan penuh semangat yang menggelora.
Aku yang berada di sebelahnya hanya bisa memandangnya seperti "Wahhh gila Amel sangat berani" dalam hatiku.
Vero sempat melirik ke arah Amel, namun aku tak tahu apa yang ada di benaknya melihat Amel yang meneriakinya dari pinggir lapangan itu.
********
Permainan telah selesai. Tim Vero menang. Ya menang. Memang timnya itu sangat hebat dalam bermain bola.
Setelah selesai permainan aku langsung pergi menuju kelas dan bercerita tentang apa yang aku lihat tentang Amel tadi kepada Riri.
"Ri, tau ga tadi kalo Amel neriakin Vero dari pinggir lapangan, terus Vero ngelirik gitu kearah Amel. Gimana menurut kamu?" Kataku antusias bercerita dan tak sabar mendengar tanggapan Riri tentang hal itu.
"Demi apaa? Ih gila berani banget Amel. Wah wah ga ada malunya lagi itu anak. Mungkin bisa jadi si Vero ilfeel ngeliat Amel gitu Wi." Kata Riri.
"Oh iyaa masa? Masa iya sih Vero ilfeel sama Amel? Ga mungkin deh kayaknya." Kataku lebih antusias lagi.
"Aku sih tadi sempat ngelihat Vero main bola. Sadar ga sih kalo dia itu juga ngelirik ke arah kamu?".
"APAAAA?!! NGELIRIK AKU? HAHAHAHAHAHAHAHA SERIUS?" pipiku merona mendengar perkataan Riri.
"Apanya yang apa? Iya Vero ngeliatin kamu tadi. Ga percaya sama aku Wi?" Kata Riri lebih meyakinkanku.
"Ohhh yaampun Ri, kamu tahu apa yang kamu katakan membuatku melayang hingga langit ketujuh."
"Lebay banget sih Wi, biasa aja." Tanggap Riri dengan muka datar.
"Apanya yang kamu bilang biasa hah? Dia tu ngelirik aku Ri!! Ngelirik. N-G-E-L-I-R-I-K." Nada suaraku sedikit meninggi meyakinkan Riri bahwa ini suatu keajaiban.
"Eh kalo Vero datengin kamu pas dia lagi main tadi, terus minta minum ke kamu baru itu luar biasa. Kalo perlu aku salto dari depan kelas 8d sampe 8f deh kalo itu beneran terjadi." Riri mengejekku-_-
"Yaelah itumah cuma angan-angan doang. Kebayang ga sih kamu tu dilirik sama anak yang super duper cuek banget?"
"Udah deh gausah lebay. Temen Vero yang cuek juga sering ngeliatin aku. Aku malah melototin dia. HAHAHAHAHAHA" tawa Riri pecah.
"......." aku hanya bisa terdiam melihat Riri tertawa terbahak-bahak sambil melamunkan apakah benar Vero melirik kearahku? Ya Tuhan jika memang benar aku sungguh senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear heart, why him?
RandomTerimakasih atas semua memori indah yang pernah kau berikan padaku. Walau kita tak pernah satu, setidaknya kita akan selalu berdampingan. Jaga dirimu baik-baik di masa yang akan datang. Berjanjilah bahwa kita akan bertemu lagi dan akan tertawa bahag...