Chapter 13

389 28 3
                                    

Penampilannya cukup singkat. Mungkin hanya berkisar kurang lebih 5 menit.

Andaikan kau tahu Ver, sebenarnya entah mungkin memang kau sudah tahu atau pura-pura tak tahu apapun atau memang benar tak tahu bagaimana perasaan ku ini kepadamu?

Hey! Aku disini! Lihat kan ada seorang gadis yang menyukaimu disini? Apa kau buta? Tapi reaksi mu kepadaku tak bisa di jelaskan. Kau membuatku merasa spesial atas perlakuanmu kepadaku tetapi juga membuat luka yang tak berdarah untukku. Aku bingung.

Mereka bilang kau menyukaiku. Ya itu kata mereka. Tapi tak seorangpun tahu apa yang ada di dalam hatimu itu kan? Hanya kau dan Tuhan yang tahu.

Aku harus bagaimana? Aku lelah. Atau memang selama ini aku yang terlalu baper  berlebihan? Terlalu berharap banyak padamu. Ini salahku?

Ini hampir 3 tahun aku memendam rasa padamu, dan rasanya sungguh sangat aneh jika kau memang benar-benar tidak tahu akan perasaanku ini. Anak kelasmu sudah beberapa kali memergoki ku bertingkah aneh di depanmu. Mereka tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui bahwa aku menyukaimu kan?

Riri membuyarkan lamunanku. Ia segera menarikku ke kelas.

"Wi, jadi foto sama Vero? Kali ini selfie kan?" Tanya Riri antusias.

"Hmmm iyadeh iya. Tapi aku ga berani ya kalo di koridor depan kelasnya rame sama anak kelas Vero. Bisa-bisa mampus diomongin nanti." Jawabku khawatir.

"Aahhh itumah gampang. Yaudah buruan yuk. Aku panggil Ana dulu. Kamu pinjem hp sama Vio sana."

Aku segera menagguk menuju ke arah Vio.

"Vi, boleh pinjem hp ga? Aku mau selfie bareng Vero. Tadi lupa bawa handphone. Cuma bawa kamera doang. Kan ga lucu gitu selfie make kamera." Kataku.

"Ehh boleh ko. Nih hp nya. Foto yang banyak ya kalian berdua. Siapa tahu ntar pisah sekolah kan. Jadinya itu foto bisa dipandang terus hehehe." Ledek Vio.

"Apaan sih Vi, doa nya jelek banget. Doain bakal satu sekolah lagi dong."

"Iyaaa Wi iyaaa. Cuma godain kamu doang. Duh duh kisah cinta sinetron banget sih kalian ini."

"Apalah Vi hahahaha." Tawa Dewi.

Tak berapa lama kemudian Riri datang bersama Ana.

"Yuk buruan! Ini udah ada Ana. Buruan kita ke kelasnya."

"Iyaaaiyaaa."

Sampai di depan kelas Vero, Dewi hanya diam. Dia tidak berani untuk memanggil Vero yang berada di dalam kelas sekarang.

Riri sudah bisa membaca apa isi pikiran Dewi. Ia segera masuk ke kelas Vero dan membawa Vero keluar.

"DEG! DEG! " jantung Dewi tak berhenti berdetak kencang.

"Please. Jangan sampe kedengeran. Sumpah malu kalo sampe kedengeran ntar." Kata Dewi dalam hati.

Ini foto untuk kedua kalinya bagi mereka.

Vero masih mengenakan pakaian pentas nya tadi. Ia masih terlihat ganteng. Malah lebih. Vero mendekat ke arah kami.

Aku mencengkram tangan Ana kuat-kuat. Dingin. Itulah yang kurasakan.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mendekat ke arah Vero.

"Ver, boleh minta foto?" Tanyaku menyimpan rasa gugup.

"Boleh." Senyumnya.

Astaga!!! Jangan tersenyum!!! Senyummu itu membuat hatiku berdetak lebih kencang lagi!! Berhenti tersenyum sekarang juga Vero!!

Dear heart, why him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang