Setelah Vero masuk, aku langsung berlari menuju kelas. Tak sanggup menahan rona merah di pipiku ini.
Saat sampai di dalam kelas aku tak kuasa untuk berteriak dan melompat kegirangan.
"Aaaaaaaaaaaaa...." teriakku keras. Tapi tak terlalu keras. Jika aku berteriak dengan keras, mungkin kelas lain akan mendengarnya. Bahkan bisa saja suaraku terdengar hingga kelasnya.
Seketika orang-orang yang berada di dalam kelas menatapku kaget sekaligus aneh.
"DEWIII!!" bentak temanku.
"Hehe maaf. Aku lagi senang pake banget banget." Jika saja mereka menyaksikan bagaimana aku berfoto dengan Vero. Mungkin mereka bisa mengerti bagaimana kesenanganku ini. Alay? Lebay? Terserah kalian mengatakanku apa. Yang jelas inilah hidupku. Masa SMP ku. Cinta kedua ku. Mengapa tak ku sebut cinta pertama? Cinta pertamaku adalah Ayahku sendiri. Ia adalah seorang lelaki yang akan atau bahkan lebih, lebih, dan lebih dari lelaki manapun.
"Kenapa sih?!! Heboh banget deh" cetus yang lainnya.
"Maafin deh. Hehe.." aku hanya bisa memamerkan senyumku.
Riri masuk ke dalam kelas.
"Ri, itu Dewi abis kesambet apasih? Masuk ke kelas tiba-tiba langsung teriak. Aku kira dia kesurupan." Iya aku memang rasanya seperti orang kesurupan.
"Oh biasa. Maklumin aja deh. Tadi dia habis foto sama Vero. Ini mungkin efeknya. Tapi ga bakal bertahan lama kok. Tenang aja." Celoteh Riri
Apanya yang tidak akan bertahan lama? Mungkin bisa satu minggu penuh moodku akan bagus setiap kali aku mengingat kejadian ini.
********
Hubunganku dengan Vero semakin dekat. Ya dekat. Tetapi hanya dekat di dunia maya saja. Tak satupun dari kami berani untuk menyapa satu sama lain. Menyapa saja tak berani, apalagi harus mengobrol. Kalian bisa bayangkan sendiri kan, betapa gugupnya kita berada di dekat orang yang kita sukai.
Setelah beberapa hari semenjak kejadian 'foto' tersebut, aku diceritakan oleh Riri sebuah pengakuan yang membuatku sedikit terkejut. Kalian mau tahu apa itu? Sini kuberitahu.
"Wi tau ga sih kamu, kata Tia tuh kemarin si Amel juga minta foto sama Vero, tapi Veronya gamau. Eh pas giliran kamu yang minta foto dia mau lohhh." Cerita Riri kepadaku yang langsung membuatku tersentak.
Aku yang saat itu sedang minum, mendengar apa yang dikatakan oleh Riri membuatku tersedak.
"Hukkk..uhuukk..uukk.."
"Yelah pelan-pelan Wi minumnya, aku tau kamu senang banget pasti dengernya kan."
Apanya yang senang? Bagaimana bisa seorang Amel yang begitu menawan Vero tolak untuk berfoto berdua? Bahkan kupikir mereka akan lebih dari sekedar itu. Bayangkan saja. Amel sekelas dengan Vero, ia memiliki waktu lebih banyak untuk bisa dekat dengan Vero. Lebih banyak mengborol tanpa beban. Mereka sekelas. Dan Amel merupakan anak yang lumayan terkenal di sekolah. Ini semua membuatku penasaran.
"APA IYA? KUPIKIR SEBELUM AKU BERFOTO MALAH AMEL YANG SUDAH DULUAN BERFOTO DENGAN VERO LOH." Kataku terkaget-kaget.
"Memang sebelum kita minta foto kemarin itu, Amel udah minta duluan buat foto berdua sama Vero. Tapi, Vero nya gamau. Gitu sih kalo kata Tia."
"Huahahahaha gilaa aku jadi merasa spesial banget. Terus kenapa dia mau foto sama aku Ri? Kira-kira kenapa Ri?" Kataku sambil membayangkan sesuatu yang membuatku begitu bahagia. Apakah dia juga... AH! Bodoh! Jangan berpikiran seperti itu Dewi! Sudah cukup!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear heart, why him?
RandomTerimakasih atas semua memori indah yang pernah kau berikan padaku. Walau kita tak pernah satu, setidaknya kita akan selalu berdampingan. Jaga dirimu baik-baik di masa yang akan datang. Berjanjilah bahwa kita akan bertemu lagi dan akan tertawa bahag...