#7

3K 135 0
                                    

***

Untuk pertama kalinya, Gista dan Aga kembali menginjakkan kakinya di kampus tercinta. Dengan status barunya yang mereka rahasiakan tentunya.

Gista bahkan tidak siap jika harus mengakui pernikahannya. Yang bahkan ia lakukan bukan atas dasar cinta.

"Woy, Gis, kemana aja lu?" tanya Dinda, teman karib Gista di kampus, selain Aga tentunya.

Gista hanya tersenyum simpul, sambil memutar otak untuk menjawabnya.

"Hmm, liburan tempat nyokap," jawabnya bohong.

"Nyokap? Lah, bukannya nyokap di Jakarta ya, Ta?"

Gista menghembuskan nafas, tiap kali ia harus selalu menjawab pertanyaan mengenai hal apapun tentang keluarganya.

"Nyokap kan abis cere ama bokap, terus langsung pindah gitu," jawab Gista singkat.

"Sama Aga juga?"

Sejenak, Gista melirik ke arah Aga yang sedang asik main COC di iPhonenya.

"Hmm."

Dinda menyeruput teh hangat di hadapannya, sambil memandang penuh tanda tanya ke arah Gista yang sejak tadi terus memainkan iPhonenya.

"Gis?" panggil Dinda.

"Hmm."

"Gis!" panggil Dinda sekali lagi.

Gista mengalihkan pandangannya dari layar iPhone.

"Anjir, apaan sih lo?"

"Gue mau nanya."

"Iye, gue mau jawab," Gista kembali memandangi layar iPhonenya. Entah apa yang ia sejak tadi lihat di iPhonenya. Membuatnya sangat enggan berpaling.

"Lo sama Aga..."

Dinda menggantungkan ucapannya.

"Lo gak pernah ada rasa suka gitu sama Aga? Secara kan lo bareng-bareng terus tuh sama dia," lanjut Dinda.

Seketika, suara menggelegar Gista berbunyi nyaring membuat seluruh teman sekelasnya menoleh padanya.

"HAHAHAHAHAHA."

Sontak membuat seluruh pasang mata yang berada didalam ruangan kelas menoleh ke arah Gista yang masih tertawa terbahak-bahak.

"Gue? Sama dia?" sambil menunjuk ke arah Aga yang juga sedang melihatnya.

"Ya gak mungkinlah gue suka sama Aga. Beeh, tiap hari aja berantem. Apalagi kalo gue pacaran sama dia, bunuh-bunuhan kali," lanjutnya diiringi dengan tawa kecil.

Aga hanya terdiam, menyaksikan, melihat, dan mendengarkan apa yang Gista bicarakan. Semenjak hari itu, semuanya terasa berbeda. Dirinya, dan hatinya.

Aga masih terdiam memandangi lekat-lekat sosok wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya, secara teknis. Namun, belum menjadi pasangan hatinya secara sah. Bahkan, ia sendiri menebak-nebak, akan berakhir kemana semua kisah ini.



When I Was Your WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang