#8

2.9K 136 0
                                    

***

"Ga, gue pengen makan fried chicken, nih. KFC-an dulu, ya?"

Aga tidak menjawab ajakkan Gista. Hanya menatapnya penuh bisu dan pandangannya yang dingin.

"Yayayayayaya?" rengek Gista sambil mencak-mencak tidak bisa diam.

"Kek cacing kepanasan lo, Ta. Gak bisa diem banget. Ih!" Aga menghidupkan mesin motornya.

Gista terdiam. Masih menunggu jawaban 'ya' dari Aga.

Aga menatap Gista penuh bisu. Seolah menggantungkan jawaban yang Gista tunggu.

"Oke. Kita ke-"

"Yess! Thankyou."

Sebuah kecupan manis mendarat di pipi Aga tanpa pernah ia duga. Yap, kecupan manis dari Gista. Pertama kalinya. Untuk, pertama kalinya.

Dengan tingkahnya, Gista langsung bersorak dan naik ke motor tanpa aba-aba.

*

"Aga, kenapa sih kita harus duduk sini kenapa gak didalem aja?"

"Sssh! Diem aja deh lu ish berisik banget mulut mercon."

Aga dan Gista duduk di area smooking room. Pilihan Aga.

Aga menyalakan batang demi batang rokoknya. Sambil sesekali menatap wajah Gista yang dengan lahap menyantap fried chicken dihadapannya.

"Makan napes, Ta. Kayak bol ayam nguap-nguap gitu mulutnya," ledek Aga pada Gista yang tengah menguap-nguapkan mulutnya menahan panas.

Gista tak memperdulikan ucapan Aga, ia terus melahap seporsi makanan yang tadi ia pesan. Perutnya benar-benar sangat lapar.

"Gis," panggil Aga sambil memain-mainkan sedotan diujung hidung Gista. Membuat Gista merasa terganggu dengan tingkah Aga yang mulai usil padanya.

"Gis," panggilnya lagi.

"Apaan sih, Ga? Minggir, ish. Gue mau makan."

Aga masih memainkan sebatang sedotan dihadapan Gista. Hingga tanpa sengaja, sedotan itu masuk ke dalam lubang hidung Gista.

"Aga monyet!" teriak Gista. Membuat seluruh orang yang ada disekitarnya sontak menoleh ke arahnya.

"Sssh! Ish berisik banget Gista, yaaa."

"Ish, tai lu. Bikin emosi gue naik aja."

"Ih, Gista ngomongnya tai-tai, gak boleh tau, Ta."

"Bab-"

Belum sempat Gista menyelesaikan umpatannya pada Aga, tiba-tiba sebuah saos mendarat mulus dipipi kanannya.

Aga, sang pelaku kejahilan, langsung berdiri meninggalkan Gista dan berlari menghindari amarah Gista.

"Agaaaaa! Ya Allah Gista capek punya temen cem kek dia ni ya Allah. Cabut aja lah nyawanya biar gak iseng lagi sama Gista."

*

Sesampainya di rumah, Gista masih merenung akibat ulah jahil Aga di KFC tadi. Meski pun ia menampakkan wajah marahnya, tetap saja bagi Aga itu bukan ekspresi marah, dan membuat Aga semakin gemas untuk mengerjai Gista.

"Cie marah."

"Bodo."

"Cie, bodo."

"Tai lu."

"Cie nyebut nama sendiri."

Sepersekian detik setelah Aga meledek Gista, pukulan-pukulan kecil dari tangan Gista membuatnya meringis kesakitan.

"Ta, sakit, Ta."

"Bodoamat."

Gista terus memukul lengan Aga dengan mengencangkan pukulannya.

"Ta," pekik Aga.

"Rasain. Biar rasa, biar mampus, biar gak bisa ledek gue lagi."

"Ih, dedemit dasar."

Tiba-tiba, suara dentingan iPhone milik Aga berdering.

Ding!

1 message.

Gista menghentikan pukulannya sejenak dan meraih iPhone milik Aga yang tergeletak di atas meja.

Tania: hai, Aga. Apa kabar? Aku kangen.



When I Was Your WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang