#16

3.1K 126 0
                                    

***

1 bulan sudah berlalu sejak perceriannya dengan Gista.

Aga mencoba membangun kembali hidupnya bersama Tania. Namun, entah mengapa ia merasakan berbeda saat ia bersama Tania.

Memang Tania lebih anggun dan perhatian dibanding Gista. Tapi, jauh dilubuk hatinya yang paling dalam, ia merindukan tingkah konyol dan kekanak-kanakan Gista.

Ia merindukan suara nyaringnya Gista.

Ia merindukan tingkah Gista yang kerap membuatnya kesal.

Ia merindukan segala hal tentang Gista.

"Sayang, kamu kenapa sih?" tanya Tania.

Tania melihat Aga tampak murung beberapa belakangan ini. Entah apa yang tengah Aga rasakan, Tania pun tak mampu untuk menebaknya.

"Ga," panggilnya.

Aga masih tak sadar dari lamunannya.

"Agaa!"

"Ish, apaan sih, Gista. Berisik tau gak!"

Tanpa Aga sadari, ia mengucap nama Gista pada Tania. Yang sontak membuat Tania terdiam dan marah kala ia dipanggil dengan nama Gista saat itu.

"Gista?"

"Hm-Hm-Sorry, Tania. Aku lagi gak fokus dan banyak pikiran. Maaf, ya. Maaf banget."

Aga menarik tangan Tania ke dalam genggamanya. Tapi, sontak Tania menarik kembali tangannya.

"Jadi daritadi kamu mikirin Gista??"

Aga tertegun. Lidahnya begitu keluh untuk berbicara.

Pikirannya sedang benar-benar kacau saat ini.

"Kamu suka ya sama Gista?"

Pertanyaan itu seolah membuat Aga terdiam. Ia bahkan tidak dapat menjawab dan selalu bertanya-tanya akan perasaannya pada Gista selama ini.

Ia menatap Tania dengan tatapan hampa. Matanya jauh menerawang ke memori yang pernah ia lewati bersama Gista.

Perasaan rindu itu hinggap dimatanya.

"Sorry, Tan.."

Tania yang sejak tadi sudah memendam emosinya, kini harus berderai airmata.

"Lo bohong sama perasaan lo sendiri, Ga. Lo bohong kalo lo ngelak lo gak ada rasa sama Gista."

Aga hanya diam membisu melihat sosok gadis itu meluapkan amarahnya dihadapannya.

"Gue tau gue salah. Tapi, soal lo cinta pertama gue itu gak pernah salah, Tan. Jujur, waktu gue pertama kali ngeliat lo lagi, gak gue pungkirin, rasa itu dateng lagi, Tan.."

Tania masih membiarkan airmatanya memenuhi pipinya.

"Tapi, setelah gue berpisah sama Gista. Gue ngerasa kosong. Gue hampa. Gue bahkan ngerasa ada sesuatu yang hilang. Gue sadar, kalo selama ini perasaan gue udah beralih ke Gista."

Deg!

Tania terkejut bukan main. Hatinya seolah tertusuk belati yang tajam. Ya bisa kapan saja membunuhnya. Ia nampak bak gadis bodoh yang sedang mengemis cinta. Benar-benar tak percaya dengan apa yang telah Aga bicarakan.

"Tania.." Aga mendekati tubuh Gista yang masih berdiri mematung dihadapan Aga.

"Maaf, maaf, banget. Tapi, sebelum ini, gue udah menikah sama Gista."

Lagi, ia membuat Tania benar-benar merasakan hancur tak karuan. Aliran darahnya memanas, sampai memuncak ke atas kepala.

Tania menahan nafas dan mengeluarkannya perlahan. Beriringan dengan airmata yang tak kunjung berhenti.

"Maaf. Gue terlalu banyak kebohongan dan gak jujur sama lo. Mungkin, gue emang bajingan. Gue salah. Gue akuin itu. Tapi, gak ada lagi yang bisa gue lakuin selain nemuin Gista dan bilang yang sebenernya sama dia."

Aga mencoba menarik tangan Tania pelan. Sambil mencoba menenangkan isakan tangis Tania yang semakin tak terbendung.

"Tania.. maaf. Gue udah coba yakinin diri gue kalo rasa yang kembali dateng lagi itu adalah cinta. Tapi, ternyata gue salah. Itu Cuma rasa kangen yang hinggap sementara. Bukan cinta."

Aga memeluk gadis yang masih sesegukkan itu. Memeluk erat tubuhnya dan merasakan jutaan rasa bersalah dalam dirinya.

Ingin rasanya segera ia berlari menemui Gista saat itu. Tapi, dilain sisi, ia juga harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia buat.

Salah satunya; mencoba menenangkan Tania yang terus menangis tiada henti. Tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

Sekali tepuk, 2 lalat mati ditangannya.

Peribahasa itulah yang pas untuk menggambarkan keadaan Aga saat ini.

Hanya dengan membagi seluruh perhatiannya dengan 2 sosok wanita. Ia membuat kedua orang wanita itu sakit hati dan hancur karenanya.

Meski tak ada niatan Aga sekali pun untuk membuat 2 orang wanita itu menangis karenanya.

Aga tersesat, dalam perasaan bimbangnya yang tak menentu kala ia melihat kembali sosok yang datang dari masa lalunya.


When I Was Your WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang