#9

2.8K 129 0
                                    

***

Gista membacanya penuh keseriusan. Membuat Aga penasaran dengan apa yang Gista baca.

"Apaan sih, Ta?"

Aga meraih iPhonenya dari tangan Gista yang begitu serius membaca isi pesan singkat tersebut.

"Cie, dari siapa tuh, Ga?"

Aga melihat dengan jeli isi sms tersebut. Tanpa ia balas, ia langsung menaruh kembali iPhonenya keatas meja dan tidak menghiraukan ejekkan Gista. Wajahnya terlihat pucat pasi saat ia membaca isi sms tersebut.

"Loh, kok gak dibales, sih?"

"Ngapain? Emang penting?"

"Dih, dih. Jawab duluuu itu siapaa?" dengan rasa penasarannya, Gista mendesak Aga untuk memberitahu dirinya siapa sosok Tania yang mengirimkan pesan singkat pada Aga yang berstatus sebagai suaminya saat ini.

"Bukan siapa-siapa."

Aga tidak begitu menghiraukan ke-kepoan Gista pada dirinya. Ia terus membungkam, membiarkan Gista larut dalam rasa penasarannya terhadap sosok Tania.

"Ish, nyebelin."

Seketika, suasana diantara mereka menjadi hening. Tapi, bukan Gista namanya kalo tidak membuat satu kehebohan dihidupnya dengan tingkahnya yang konyol.

"Ahaaaa! Gue ada ide." Teriak Gista tepat disamping kuping Aga.

"Anjir, heh mulut mercon. Bisa diem gak sih. Gila, cewe kok gak ada kalem-kalemnya."

"Gue beteeee, Ga. Makanya gue berisik."

"Halah, bete gak bete tetep aja berisik."

"Ish, au ah. Eh, iya kita main truth or dare yuk, Gaaaa!" rengek Gista pada Aga yang masih pucat pasi setelah membaca sms dari sosok yang bernama Tania tersebut.

"Woyyyyy!"

Sontak, teriakkan Gista membuat lamunannya buyar. Aga mencubit pelan hidung Gista yang tampak sangat minimalis itu.

"Awww!"

Gista mengelus hidunya yang mulai merah dicubit Aga.

"Ish, monyet. Idung gue kasian nih lo cubitin terus."

"Bodo. Lo ngeselin abisan teriak-teriak mulu."

"Lah, lo kerjaannya ngelamun mulu. Udah ah, ayooo mainnnnnnn Gaaaaa."

"Iya, iya. Bawel."

"Oke, oke kita suit ya, siapa duluan yang jawab dan nanya."

Gista dan Aga melakukan suit untuk menentukkan siapa pemenangnya.

"Yes, gue menang." Teriak Gista.

"Oke, lo jawab pertanyaan gue. Truth or dare?"

Aga diam sejenak memikirkan jawaban apa yang akan ia lontarkan.

"Ish, jawab cepet jangan kelamaan mikir."

"Hm, truth."

"Oke, gue tanya. Gue cantik apa gak?"

"Gak."

"Ish! Oke, oke. Terus sekarang lo nanya gue."

"Truth or dare, Gista?"

"Hm, truth aja deh biar cepet."

"Hal apa yang lo benci?"

"Waktu lo mencet-mencet idung gue. Oke next, gue. Hm, truth or dare?"

"Truth."

"Hal apa yang paling lo sukain?

"Mencet idung lo sampe merah."

"Nah, nah. Oke lanjut, lo tanya gue sekarang."

"Truth or dare?"

"Truth, truth."

"Hal apa yang paling lo sukain?"

"Waktu gue isengin lo sampe marah. Oke, sekarang gue yang nanya. Siapa orang paling pengen lo musnahin di dunia ini?"

"Elo!"

Mendengar jawaban Aga, Gista memicingkan sebelah matanya.

"Dih, gue. Yaudah lupain, lagi lagi, Ga. Gue sekarang tanya..."

"Truth."

"Hm, siapa Tania?"

"Cinta kedua gue." Jawab Aga dengan spontan.

Gista tertegun mendengar jawaban Aga. Bola matanya berputar, menatap Aga penuh tatapan interupsi.

"Sejak kapan lo jatuh cinta? Kok gue gak tau? Kok lo gak pernah cerita? Cinta kedua? Cinta pertamnya siapa? Lo nyembunyiin-"

"Awww, Aga, ish sakit!" Gista memukul tangan Aga yang mencubit hidungnya.

"Bawel lo." Aga hanya menjawab dengan nada dingin. Membuat Gista semakin penasaran.

"Ish, Aga jawab!" Gista menarik-narik lengan Aga sambil merengek manja dihadapannya.

"Dih, najis. Mukanya kayak eek ayam."

"Agaaaaa! Ish."

Gista memalingkan wajahnya dari Aga.

Aga terkekeh kecil saat melihat wajah Gista yang mulai ngambek.

"Iya, iya. Gue cerita. Ngadep sini dong lo nya."

Gista langsung menghadap Aga, mendengarkan dengan seksama. Tatapan matanya lurus tak berkedip.

"Iya, jadi ceritanya gini...."

Aga menceritakan segala hal tentang Tania. Segalanya. Tak ada yang tersisa. Segala hal tentang sosok Tania yang berhasil membuat Aga berpaling dari Gista.

"Oh, jadi lo suka sama dia sejak SMA. Dan, gak pernah terealisasikan?"

"Hhh. Bahasa lo gak usah bikin bingung napa."

"Ish, jawab. Iya?"

"Iya."

"Oh, oke oke. I see. Terus lo masih suka sama dia sekarang?"

Aga tertegun mendengar pertanyaan Gista. Seakan ia tidak mengerti dengan hatinya. Terus bertanya pada siapa saat ini hatinya berlabuh.

"Hmm."

"Ish, jawab!"

"Bawel. "

"Jawaaaaab!"

"Iya, kayaknya sih gitu."

"Tuh, kaaan. Gue udah duga soalnya lo deg-degan, kan lo gitu kalo lagi suka sama cewe."

Aga terlihat pasrah, mendengarkan segala celotehan Gista yang tak kunjung berhenti.

"Kok cinta kedua sih? Kok bisa?"

"Iya, waktu itu sebelumnya gue suka sama cewe lain. Terus gak kesampean, terus gue move on deh ke dia. Abisnya dia ngasih gue perhatian lebih, udah gitu baik banget sama gue."

"Terus terus, kenapa gitu waktu itu lo gak nembak dia aja?"

"Karena waktu itu gue belum bener-bener yakin move on dari tuh cewe."

"Yaelaaaah, menyedihkan banget sih lo, Ga." Ledek Gista sambil menepuk-nepuk jahil pundak Aga.

"Terus, siapa emangnya cewenya?"

Aga terdiam. Mulutnya seolah keluh untuk menjawab.

"Terus, terus, cinta pertama lo siapa, Ga? Kalo Tania itu cinta kedua."

Aga masih terdiam. Ia enggan menjawab detail pertanyaan demi pertanyaan yang dicecar Gista.

Elo, Ta. Itu Elo!



When I Was Your WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang