Mimpi

18.3K 898 5
                                    

"Ini tak akan sakit, Lena"

Suara itu berbisik ditelingaku, sangat dekat hingga aku merasakan hembusan lelaki ini ditengkukku. Mata ku sudah tertutup dari tadi, aku tak berani lagi melihat. Pasrah. Aku menarik nafas panjang ketika merasakan sesuatu yang tajam seperti menusuk kulit leher ku.

"AAAAAA"

Aku terkesiap, mimpi buruk itu lagi. Kenapa akhir-akhir ini aku selalu memimpikan hal aneh itu ? pria misterius dengan jubah hitam yang selalu berhasil menutupi wajahnya. Suara beratnya, tangan dingin yang pucat dan .. taringnya.

"Lena ? apa kau baik-baik saja ?"

Suara berat itu terdengar dibalik pintu kamarku. Aku menyingkap selimut merah muda yang menutupi tubuhku, menuruni kasur dan berjalan gontai menuju pintu dimana suara itu berasal.

"Aku baik, ayah" kata ku dengan senyum lebar

"benarkah ? aku mendengar teriakan dari kamar mu" tanyanya. Mata coklat ayah menyorotkan sinar kelembutan yang membuat siapapun yang di pandangnya akan merasa nyaman.

"Tidak apa ayah, hanya mimpi buruk"

"Vampire lagi ?"

Aku mengangguk pelan, nyaris tak terlihat. Mimpi buruk itu lagi. Ayah bahkan sudah hafal apa yang selalu aku mimpikan.

"Sudahlah Lena. Kau tahukan vampire itu hanya mitos ?"

Aku hanya menjawab pertanyaan ayah dengan anggukan.

"Lupakan tentang mimpi itu, dear. Bersihkan dirimu lalu kita sarapan" ucapnya lembut.

Aku tersenyum tipis, lalu menghembuskan nafas pelan saat punggung ayah menghilang dari pandanganku.

"Mungkin aku harus menemui dia sekarang" ucapku lirih.

---------

Angin musim gugur menerbangkan dedaunan emas. Burung-burung merpati berkumpul berebut makanan yang di lemparkan oleh seorang nenek tua. Dari kejauhan, ku lihat seorang wanita berjas abu-abu dengan topi hitam di rambut pirangnya. Wanita itu berjalan menghampiriku.

"Sudah lama ?"

Aku tidak menjawab, hanya memandang lurus dengan tatapan kosong. Wanita itu mengambil tempat di sampingku.

"Jadi mimpi itu datang lagi ?" Tanyanya.

Aku mengangguk samar dengan tatapan masih lurus ke depan.

"Sudahlah Lena. Itu hanya mimpi. Jangan siksa dirimu" ucapnya lembut.

Aku mengalihkan pandanganku ke matanya yang coklat, lalu aku menghembuskan nafas pelan.

"Tapi dia seperti nyata Bella" lirihku.

Dia mengangguk lalu tersenyum tipis.

"Ini NewYork Lena. Tidak ada vampire disini. Mereka itu mitos"

"Dan berhenti membaca novel picisan itu" tambahnya.

Aku terkekeh pelan, Bella tahu darimana aku mendapatkan ketakutan luar biasa ini. Itu karena aku selalu membaca novel yang selalu mengisahkan vampire, makhluk kejam menjijikan.

"Oh Tuhan sudah jam 3, aku harus pergi Lena. Dev sudah menunggu" katanya.

Dia berlari pelan menjauhiku, Bella sangat terburu-buru. Aku memejamkan mata sebentar, merasakan angin musim gugur menerpa wajahku dan berharap ia membawa semua ketakutan ini pergi.

Lena LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang