Sadar

5.6K 413 2
                                    

Pandangan wanita itu menerawang kosong, tangannya yang putih pucat dan dingin memegang lembut tangan putih pucat lainnya yang terbaring lemah di atas kasur. Ia menatap kelopak mata yang masih tertutup itu, sudah satu minggu lelaki didepannya ini tak sadarkan diri. Air matanya sudah mengering terbungkus oleh rasa kecewa yang mendalam.

"Mmm.."

Wanita ini bangkit dari duduknya, memandang dengan penuh harap wajah putra kesayangannya.

"Mom." Ucap lelaki itu serak. Matanya perlahan terbuka menampilkan mata coklat keemasan miliknya.

"Justin." Gumam Margareth senang, ia membantu lelaki itu untuk duduk bersandar di ranjangnya. Margareth menyodorkan lelaki itu gelas yang berisi darah segar.

"Kau sudah baikan ?"

Justin menaruh gelasnya di meja, lalu menghembuskan nafas pelan. Walau sebenarnya ia bahkan tak punya paru-paru, ia adalah vampire.

"Cassandra." Lirih Justin. Matanya terpejam dan ia memijat pelipisnya pelan.

"Mom sudah tahu apa yang terjadi, Justin. Tapi menurutmu apakah membunuh Lena adalah jalan keluarnya ? Cassandra hanya teman kecilmu."

Lelaki itu menatap Margareth tajam.

"Aku mencintainya mom. Kau tahu itukan ? Kau malah menjodohkanku dengan wanita lemah itu." Ketusnya.

Margareth beranjak dari duduknya, menerawang kosong ke arah perapian yang padam. Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Aku tak menjodohkanmu, Justin. Takdir yang menyatukan kalian, ramalan bangsa vampire."

"Persetan dengan ramalan! Wanita itu bahkan telah membuat Cassandra bunuh diri."

Margareth berbalik menatap Justin yang masih bersandar di ranjangnya. Wajahnya menatap anak lelakinya dengan raut kecewa.

"Kau mencintai Cassandra ? Wanita yang meninggalkanmu hanya demi tahta dan kekayaan dari Edward sang raja kota Hamar ?"

Lelaki itu tersentak, mata coklat keemasannya menatap ibundanya tak percaya. Margareth tak pernah membahas tentang pernikahan Cassandra dengan Edward selama ini. Senyum sinis terlukis diwajah cantik Margareth.

"Tapi ia kembali bukan ?" Jawab Justin yakin. Senyum Margareth makin berkembang, Justin sudah tersudut sekarang.

"Setelah kau jatuh cinta pada Lena Lee."

"Aku tidak mencintainya!" Bentak Justin.

Margareth melangkah perlahan ke ranjang Justin. Mendaratkan bokongnya di tepi kasur berwarna merah marun itu.

"Benarkah ?" Tanyanya menggoda.

"Bahkan berpikir mencintainya pun tidak." Ketus lelaki itu. Justin mengalihkan pandangannya ke Jendela besar, tidak ada salju malam ini hanya gelap dan dingin.

"Tapi rasanya kau berbohong pada mom."

"Hmm ?" Jawab justin malas.

"Matamu mengatakan kau mencintainya."

Justin memalingkan pandangannya kembali ke arah wanita dengan gaun hitam itu, mata coklatnya berbinar.

"Tidak." Gumam Justin pelan, ia tak ingin lagi membentak. Lelaki itu sangat jarang bertemu dengan ibunya, dan ia takkan membuat ibunya semakin jauh karena keegoisannya.

Margareth mengangguk pelan, tangannya mengusap kepala Justin lembut lalu melangkah keluar ruangan. Langkahnya terhenti ketika pintu sudah terbuka, ia menatap sekali lagi anak kesayangannya itu. Entah perasaannya yang salah atau anak itu yang tak ingin mengakui bahwa ia telah jatuh cinta pada Lena Lee.

Lena LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang