Christian Beadles

9.8K 565 4
                                    

Ayah terus saja menasihati ku, sudah 30 menit ia berbicara seperti itu. Memandang ku kesal, menggerutu tetapi ia tetap saja membuatkan ku dua cangkir teh panas. Aku menyeruput teh ku, lalu memandang lelaki berperawakan tinggi dengan kulit putih pucat dan mata coklat keemasan yang berada di seberangku.

"Jadi tuan Beadles, anda adalah tetangga baru kami?" tanya ku kepadanya.

Seketika ayah berhenti, sepertinya ayah juga tertarik dengan asal usul lelaki yang telah menyelamatkan ku dari kecerobohan yang selalu aku perbuat.

"Cukup Christian saja, Ya. Mungkin bisa di bilang begitu nona. Aku baru pindah kemarin, dan sebenarnya aku bukan pengutit seperti yang anda pikirkan. Hanya saja rumah kita berada di blok yang sama." tuturnya.

Aku mengangguk lalu tersenyum lembut kepada lelaki ini.

"Maaf atas pemikiran saya yang tidak berkenan Christian, hanya saja belakang ini saya sering mimpi buruk"

"tentang vampire ?" tanyanya pernasaran

Aku mengerutkan kening, lelaki ini pembaca mimpi ? atau benar dia pengutit ? Dia bisa mengetahui mimpi yang bahkan belum ku ceritakan kepadanya. Seperti menyadari perubahan wajahku. Akhirnya Christian memperbaiki posisi duduknya

"Aku hanya menebak nona"

Aku mengangguk lagi.

"Benar Christian. Dan anda boleh memanggil saya Lena. Lena Lee"

Ia mengangguk, lalu matanya menyorotkan pandangan yang tidak dapat ku artikan.

"Jam 3 pagi, sepertinya Lena harus istirahat tuan Beadles" tegas ayah memecah keheningan.
Christian tersenyum tipis lalu bangkit dari duduknya.

"Terimakasih atas kunjungan menyenangkan ini nona Lee"

"Cukup Lena saja"

Lalu ia terkekeh, dan berjalan di tengah gelapnya malam.

-----------

Lelaki ini duduk di sofa rumahnya dengan tenang, sesekali ia menyeruput cairan merah kental yang ada di gelasnya. Matanya yang kecoklatan tidak terlihat lelah sama sekali padahal jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Lalu pintu depan rumahnya terbuka, di lihatnya seorang lelaki lain bermata coklat keemasan memasuki ruang tamunya. Lelaki itu mengambil tempat duduk di seberang nya.

"Jadi bagaimana Christian ?"

Christian tersenyum tipis, mata coklat keemasannya menyorotkan perasaan yang bahagia.

"Ya Justin, dia orangnya"

Justin tersenyum, lalu mulai menyeruput minumannya lagi.

"Raja pasti akan senang Christian, kita telah mendapatkannya" ucapnya dingin.

"Tugasmu masih panjang Justin. Kau masih belum bisa pulang sebelum tugasmu itu selesai" lirihnya.

Lalu Justin menatap Christian tajam, mengenggam lebih erat gelasnya hingga pecah. Christian hanya diam, tidak menampakkan perasaan takut sama sekali.

"Aku akan mengambil secangkir darah. Aku haus" kata Christiam santai.

Justin menghembuskan nafas kasar. Christian benar, tugasnya masih panjang. 

----------

Angin musim gugur semakin sering berhembus sekarang. Aku menyantap makan siang ku, semangkuk salad bayam dan segelas air putih sudah cukup untuk membuat energi ku kembali. Tadi malam adalah tidur ternyenyak yang aku rasakan selama dua bulan bekalangan ini. Ya benar, mimpi buruk itu tidak datang. Tidak ada vampire lagi. Aku tersenyum senang, apakah ini artinya aku bebas ?

"Well, mimpi itu tidak datang tadi malam ?"

Aku menoleh senyum tulus terpancar di wajahnya yang rupawan.

Aku mengangguk senang.

"Rasanya seperti aku baru merasakan tidur setelah dua bulan lamanya"

"Dan itu karena aku membakar semua novel picisan ku"

Bella terkekeh, lalu meminum jus jeruk yang ia pesan.

"Lena, kau dan pak Justin. Maksudku.. apakah kalian berhubungan ?" Tanyanya memecah keheningan.

Seketika itu aku langsung tersedak, Bella dengan sigap memberiku air.

"Tidak Lena, yang kemarin kau lihat, itu hanya sebatas rekan kerja" ucapku tenang setelah aku menemukan suaraku.

"Tapi sepertinya boss baru kita itu tertarik padamu"

Mataku melotot, Bella tidak tahu bagaimana tersiksanya aku dengan semua pekerjaan yang diberikan boss baru itu.

"Tidak Bella! Dia benci padaku. Bahkan berniat membunuh dengan semua tugasnya"

Bella tertawa puas, lalu berhenti seketika.

"Lihat dibelakangmu" bisiknya.

Aku berbalik, menelan ludah ku kasar dan tak dapat berkutik lagi. Membeku.

"Mrs. Lee setelah jam makan siang, keruangan saya" ucapnya dingin lalu beranjak pergi dari meja kami. Bella mengelus punggung tanganku mencoba memberiku ketenangan. Pak Justin ingin menerkamku.

--------

Sudah 30 menit aku berada diruangan dengan cat putih gading ini. Mata ku terus mengikuti kemana arah tubuh lelaki ini berjalan. Ia sudah menelpon sejak 30 menit yang lalu, membuat ku menunggu layaknya patung di sofa merah di ruangan ini.

"Mrs. Lee"

Mataku mengerjap, sejak kapan ia berhenti menelpon ?

"Jadi, maksud saya memanggil anda kesini. Tugas yang telah anda berikan tadi pagi cukup memuaskan. Dan ini beberapa tugas lagi yang harus anda kerjakan" ketusnya lalu menyerahkan setumpuk dokumen.

"Tapi pak .." bantahku

"Jangan membantah dan kerjakan sekarang" ucapnya dingin. Matanya yang coklat menatap ku dengan tatapan intimidasi dan ia berhasil aku terintimidasi sekarang. Sial!

Aku keluar dari ruangan dengan perasaan yang bahkan lebih buruk dari perasaan ku kemarin. Boss menyebalkan.

----

Jalan sudah sangat sangat sepi sekarang. Pukul 03.05 pagi. Jelas saja sepi semua penghuni perumahan tentu sedang tidur dengan nyenyak di atas kasur yang empuk. Aku berjalan lemas, dengan kantung mata yang menghitam, seragam yang jauh dari kata rapi, dan telanjang kaki. Kekuatan ku bahkan tidak cukup lagi untuk menggunakan high heels.

"Justin sialan!" umpat ku keras.

"Siapa yang sialan Mrs. Lee ?"

Aku berhenti, suara ini seperti tidak asing di telinga. Disamping ku, Justin masih menggunakan kemeja hitamnya berdiri dengan wajah yang menyeramkan. Kancing kemejanya telah dia lepas dua memberi kesan lelaki yang harus ku akui tampan ini bekerja keras.

"Ku.. kucing. Ya kucing yang sialan" ucapku sesopan mungkin.
Ia menaikan alisnya lalu mengalihkan pandangan kedepan.

"Kau terlihat sangat lelah" ucapnya lagi.

Aku mengerenyit, ia memperhatikan ku ? Apakah ia tak sadar kalau dia yang membuat ku seberantakan ini.

"Mau pulang bersama ? Ternyata rumah kita berdekatan Mrs. Lee"
Aku masih tak berkutik, terpaku. Dia memang menyerupai Justin, tapi sifatnya bukan Justin. Justin bukan orang yang perhatian terhadap karyawannya.

"Ayo jalan, sampai kapan anda mau berdiri di situ"

Aku terkesiap, lalu segera menyusul Justin mengiringi langkahnya. Kami hanya terdiam. Tanpa kata, hanya suara gesekan sepatu yang terdengar.

"Terimakasih telah mengantarku Pak" ucapku lalu tersenyum tulus.

Ia hanya mengangguk, lalu berjalan meninggalkan halaman rumahku.

"Tanpa senyuman" lirihku. Aku sudah cukup lelah untuk mengumpat sifat dinginnya, aku hanya ingin tidur sekarang.

Lena LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang