Teman Jahat

7.2K 456 3
                                    

Aku berjalan pelan menyusuri tangga. Mencari keberadaan wanita bermata biru itu, sejak tadi pagi aku tak melihat senyuman menawannya. Biasanya ia akan selalu datang ke kamar dan mengajakku berkeliling kota Rjukan, Nowergia. Ini sudah menjadi bulan keempat aku menjadi bagian dari keluarga Bieber. Mereka sangat ramah, ya tentu saja kecuali Robert dan Justin yang mempertahanakan sikap dinginnya.

"Emma, apakah kau lihat Rowena ?" tanyaku saat melihat wanita itu berjalan di depanku.

"Nona Rowena dan Christian pergi ke Olso selama dua hari, nona."

Aku menepuk jidatku, astaga! Aku lupa kalau hari ini Rowena dan Christian akan mengunjungi kerabat Rowena yang berada di Olso.

"Lalu kenapa rumah tampak sepi sekali ?"

"Tuan Robert dan Nyonya Margareth pergi menghadiri acara perjamuan kerajaan setelah selesai sarapan tadi. Mungkin mereka akan kembali besok pagi nona. Tuan Justin juga pergi menghadiri acara amal. Dan tuan Zac sepertinya ada ruangannya" tutur Emma panjang lebar.

Aku mengangguk mengerti, dia tersenyum dan pergi meninggalkan ku. Aku merasa sangat bosan sekarang tidak ada orang yang bisa diajak bercerita, tentu Zac bukan pilihan yang bagus. Walaupun ia tak sedingin Justin tapi bukan berarti ia juga seramah Christian. Zac berada ditengah-tengahnya. Aku memutuskan untuk ke taman, melihat ratusan bunga warna merah sepertinya akan mengurangi kebosananku. Setidaknya sampai malam tiba.
Aku menghirup dalam-dalam aroma yang di keluarkan bunga ini. Senyumku melengkung ketika aku mengingat peristiwa itu, peristiwa aku dan Justin.

---------

Aku berlari kencang, tanpa arah. Sesekali ku seka kasar air mata yang merembes di pipiku. Sial! Aku menangis. Hingga aku merasa lelah berlari dan menjatuhkan diri tanpa memerdulikan gaun coklat muda ini kotor terkena tanah. Aku memandang ke sekelilingku, ternyata hatiku membawa ku kesini. Tempat dimana aku dan Rowena selalu menghabiskan waktu.

"Ini"

Aku mengambil sapu tangan merah yang berada di depanku. Mengelapkannya pada pipi ku yang basah, sapu tangan ini mengeluarkan aroma parfum yang ku kenali. Aku mendongkak, lalu menelan ludah ku kasar ketika menyadari lelaki ini berdiri disampingku yang terduduk. Ia mengulurkan tangannya, dengan ragu aku mengamitnya.

"Bersihkan gaunmu, kau sudah sangat berantakan" katanya. Nadanya kali ini tak dingin tak jug lembut. Entahlah.

Aku mengangguk dan berjalan menjauhinya. Lalu berhenti dan berbalik, mengulurkan sapu tangannya yang hampir terbawa olehku.

"Ambil saja"

Aku mengangguk dan mulai berjalan pelan.

"Lena ?"

Aku berhenti dan berbalik.

"Jangan menangis, itu membuatmu tak indah"

Aku tersenyum tipis mendengar ucapan lelaki ini. Memang tanpa nada dan terkesan dingin, tapi menurut ku ini manis.

"Jangan terlalu lama di luar, angin disini dingin" kataku.

Ia tersenyum kecil bahkan nyaris tak terlihat lalu mengangguk.

------

"Hai Lena"

Aku berbalik dan mendapati Zac telah berdiri di hadapanku. Aku tersenyum.

"Sepertinya kau sangat suka melihat taman bunga ini"

Aku mengangguk pelan. Tentu saja! Wanita manapun akan senang melihat taman bunga yang ada disini.

"Kau tidak sibuk ? Maksudku, kau bahkan nyaris tak pernah keluar rumah. Hanya di dalam ruanganmu mengurus pekerjaan kerajaan yang membosankan" tuturku.

Lena LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang