Perang Dimulai

5.5K 321 9
                                    

Bising dan riuh terdengar keras dari lantai bawah, mengusik segala ketenangan yang sempat tercipta. Aku membuka mata perlahan, lalu mengendarkan pandanganku keseluruh ruangan. Ini kamarku atau dapat ku bilang kamarku dan Justin. Aku melirik sekilas ke arah balkon, langit masih gelap dengan sedikit taburan kelap-kelip dari bintang.

Suara bising semakin terdengar jelas, bukan hanya suara bising karena sebuah percakapan tapi juga terdengar sesekali suara gesekan pedang. Dengan langkah gontai kakiku menuruni tangga, mataku melotot saat melihat apa yang tengah terjadi dilantai bawah. Puluhan vampire terlihat sibuk menyiapkan diri dengan baju perang mereka. Dan dapat ku pastikan akan lebih banyak vampire diberanda tersirat dari suara kebisingan diluar. Aku melangkah pelan melewati sekumpulan vampire yang menatapku aneh, seperti tatapan tak percaya dan mencemooh.

"Hai Lena!"

Aku berbalik, diambang pintu utama masuklah seorang lelaki yang amat ku kenali ; Gorgon Pevensie. Ia berjalan mendekatiku, mata hijaunya memandang ku aneh. Sama anehnya dengan cara pandang semua pasang mata disini.

"Ada apa ?" Tanyaku saat lelaki itu memberhentikan langkahnya tepat didepanku. Pandangan matanya kembali menyusuriku dari ujung kaki sampai ujung kepala membuat ku tersenyum kikuk saat mata kami bertemu.

"Pakaianmu."

Alisku mengerenyit, "Ada yang salah ?"

Gorgon memandangku tak percaya mendengar jawaban polos terlontar begitu saja dari bibirku.

"Kau tak tahu kita akan menyerang saat subuh ?" Sahutnya. Aku tersentak, lalu bergegas meninggalkan Gorgon tanpa permisi. Berlari kencang ke salah satu ruangan disudut rumah. Aku berhenti diambang pintu dan benar dugaanku, mereka bertiga disini lengkap dengan pakaian perang dan senjata mereka. Aku memasuki ruangan itu perlahan memandang satu persatu orang atau lebih tepatnya vampire diruangan ini. Di sisi ranjang, berdirilah sepasang kekasih itu dengan baju perang dari kulit berwarna birugelap yang senada. Disisi pinggang Rowena bergantungan dua pisau perak yang terlihat mengkilat berbeda dengan Christian yang lebih memilih anak panah sebagai senjatanya. Pandanganku beralih ke lelaki di depan mereka, lelaki yang menggunakan baju perang kulit yang berwarna hitam sangat kontras dengan warna kulitnya, dipunggungnya bertenggerlah pedang yang besar nan runcing membuat para vampire manapun akan berpikir dua kali untuk menyerang lelaki itu.

"Pakai bajumu." Ucap lelaki yang menggunakan baju perang berwarna hitam itu. Aku sempat tak percaya nada bicaranya begitu dingin, sedingin saat pertama kali kami bertemu tapi aku tak punya pilihan lain ini bukan lagi saat yang tepat untuk bertanya ada apa dengannya. Terlalu membuang waktu karena aku tahu pasti ujung dari percakapan kami nanti, sebuah pertengkaran. Dengan canggung aku mengambil baju yang berada ditangannya itu lalu beranjak dari sana berjalan pelan menuju kamar mandi tanpa sepatah katapun.

Sosok wanita anggun dicermin itu membuatku terpana, baju perang yang cukup ketat terbuat dari kulit itu berhasil mengekspos lekulan tubuhku secara sempurna. Rambut coklat keemasanku yang panjang menjuntai hingga pinggang ku buat terikat, sangat tidak lucu bukan jika berperang dengan rambut yang menghalangi pandanganmu ?. Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Perang ini berhasil membuatku gila. Ramalan tentang kematian pasangan sang penerus berhasil membuat susunan sarafku kacau. Aku harus mematahkan ramalan itu. Harus.

"Lena, kau sudah siap ?" Suara lembut Rowena terdengar dari balik pintu. Aku menghembuskan nafas lagi, menatap wajahku dicermin dan tersenyum manis. Kita bisa melakukan ini, Lena. Demi Alice. Demi Justin. Batinku menyemangati diriku sendiri.
Saat kenop pintu kamar mandi itu terbuka, Rowena tiba-tiba saja memelukku membuatku mundur beberapa langkah dari tempatku semula. Aku mendesah lalu membalas pelukannya, mengusap punggungnya lembut. Tak lama pelukan kami terlepas, terlihatlah mata birunya yang sedikit berair. Apakah wanita ini baru-baru saja menangis dalam pelukanku ?

Lena LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang