Langit Malang siang ini mendung lagi. Hal seperti ini memang sangat sudah biasa. Apalagi di musim hujan seperti ini.
Yoshi dan Amel sedang berjalan melewati depan gedung rektorat, menuju ke ruang perpustakaan.
"Oh, jadi ponselmu rusak? Pantas saja aku telpon kemarin kok tidak aktif. Memang kenapa kok bisa rusak?" tanya Amel sambil mengigit kue lumpia kacang hijau yang ia beli tadi pagi bersama Yoshi di toko dekat kampus.
"Ada salah satu teman kosku yang menyebalkan. Namanya Zen. Gara-gara dia tuh ponselku rusak. Dia ngambil ponselku, terus aku rebut. Tapi dia tidak mau mengembalikan. Akhirnya ponselku jatuh ke lantai dan pecah kemana-mana," jawab Yoshi dengan agak emosi.
"Terus sekarang kamu tidak pegang ponsel?" tanya Amel dengan mulut yang penuh.
"Di telan dulu kek sebelum bicara," ledek Yoshi. Amel tersenyum kecil dan segera menelan kue yang sudah berada di mulutnya.
"Sudah nih! Sekarang jawab, kamu tidak pegang ponsel? Terus bagaimana kalau aku mau menghubungimu?" tanya Amel.
"Aku memang sedang tidak pegang ponsel. Lagi diservis. Mungkin lusa sudah bisa diambil. Jadi untuk sementara kalau ada apa-apa, kamu telpon saja ke nomor ponselnya salah satu teman kosku. Namanya Ekhie. Orangnya baik kok. Dia juga sudah mengerti kalau ponselku rusak. Tapi ini untuk kamu saja. Aku takut nanti malah merepotkan Ekhie," jawab Yoshi lalu memberitahu nomor ponsel Ekhie pada Amel.
Tak lama mereka pun tiba di gedung perpustakaan. Begitu hendak melangkah masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba terdengar suara seseorang jauh dari belakang.
"Yos! Yoshi!" teriak orang itu dari belakang. Amel dan Yoshi segera menoleh ke arah dimana suara berasal dan mendapati sosok pria tinggi berkacamata yang berjalan cepat menghampiri mereka berdua. Itu Wahyu.
Yoshi melirik Amel yang berdiri di sisi kanannya. Dia sedang mengernyitkan alisnya, seperti mengajak Yoshi menjauh dari tempat itu.
Tapi terlambat. Wahyu sekarang sudah berdiri di depan mereka berdua dengan memamerkan senyum manis yang ia miliki, yang dulu sempat membuat Yoshi tergila-gila padanya. Tapi sekarang keadaannya sudah lain. Sudah berbeda dengan dulu.
"Apa kabar kalian?" tanya Wahyu.
"Kabar kami baik. Apa kabar Deva?" tanya Amel dengan nada meledek. Wahyu menggaruki tengkuknya.
"Oh, dia baik-baik saja," jawab Wahyu.
"Kau masih bersama anak itu?" tanya Yoshi.
"Masih. Hubungan kami masih tetap baik. Ngomong-ngomong, kenapa kemarin kamu tidak menjawab telpon dariku? Terus tiba-tiba saja nomor kamu tidak aktif," kata Wahyu.
"Ponselku rusak. Lagi diservis," jawab Yoshi singkat.
Sungguh pertanyaan yang benar-benar tidak penting! Kamu pikir kamu siapa?, gerutu Yoshi dalam hati.
"Begitu ya? Oh ya. Apa setelah ini kalian masih ada jam kuliah?" tanya Wahyu. Yoshi memandang Amel seperti meminta pendapat. Amel hanya mengangkat kedua bahunya.
Namun belum sempat Yoshi menjawab tawaran Wahyu, tiba-tiba seorang laki-laki datang dari arah belakang Wahyu dan memeluk lengan kiri Wahyu dengan manja. Itu si Deva.
"Kamu kemana saja sih? Aku cari dari tadi juga. Aku pengen makan siang berdua di kantin sekarang!" kata Deva, lalu memandang Yoshi dan Amel seolah-olah baru menyadari keberadaan mereka berdua.
"Oh... ada Yoshi dan Amel juga disini? Bagaimana kabar kalian berdua? Lama sudah tidak bertemu kalian," ujar Deva.
Energi di tubuh Yoshi seakan menguap tak berbekas. Ia ingin pergi saja dari tempat itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry (boyslove)
RomanceYoshi suka sekali dengan rasa masam buah stroberi. Karena rasa masam itulah buah warna merah menggoda ini menjadi buah favoritnya karena bisa menjadi mood-booster saat dia lagi bete. Tapi akhirnya, setelah beberapa peristiwa terlewati, ia sadar bahw...