Bab Dua Belas

9.4K 735 73
                                    

Perasaan Yoshi kacau! Benar-benar kacau sekarang setelah menerima telpon dari Amel.

Yoshi sekarang berada di sebuah angkutan umum dengan gundah.

"Bang! Cepat sedikit!" omel Yoshi kepada pak sopir.

"Iya, dek. Ini sudah cepat!" balas sopir itu. Yoshi hanya mengumpat dalam hati.

Jantung Yoshi seakan berdetak lebih cepat ketika ia tiba di depan rumah sakit.

"Bang! Kiri, bang!" teriak Yoshi. Kemudian ia segera turun dan membayar ongkosnya pada pak sopir.

Yoshi langsung melesatkan kakinya ke dalam gedung rumah sakit, langsung ke kamar ICU tanpa bertanya lagi ke resepsionis.

Pundaknya beberapa kali berbenturan dengan beberapa orang dan petugas rumah sakit. Hingga akhirnya kaki Yoshi berhenti ketika tiba di ujung lorong ruang ICU. Tampak dari jauh beberapa orang mahasiswa sedang duduk-duduk, ada juga yang mondar-mandir dengan gelisah.

Dan salah satunya adalah Amel. Yoshi segera menghampiri Amel secepat yang ia bisa.

"Mel, apa yang terjadi pada Zen? Bagaimana keadaannya?!" seru Yoshi agak keras tanpa mempedulikan beberapa orang mahasiswa yang menatapnya.

"Dia sedang diperiksa dokter. Tadi dia kecelakaan, jatuh dari motornya. Dia kehilangan banyak sekali darah," ucap Amel sedikit terbata ketika menjelaskan.

Mendengar hal itu, secara seketika jantung Yoshi terasa luar biasa nyeri seperti dihujam ribuan jarum. Astaga! Yoshi memejamkan matanya erat-erat mencoba menahan rasa sakitnya.

Tapi-tiba-tiba saja dokter keluar dari ruang ICU dan langsung diserbu oleh Yoshi, Amel dan teman-teman Zen yang menunggu di sana.

"Dokter! Bagaimana keadaan Zen, Dok? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Yoshi sambil mengguncang-guncang lengan kanan pria berpakaian serba putih itu.

"Syukurlah. Saudara Gizain tidak apa-apa. Tapi dia masih belum sadar. Dia kehilangan banyak darah, tapi sekarang kondisinya sekarang sudah stabil dan masih ditangani oleh suster. Bisa saya bicara dengan anggota keluarga saudara Gizain?" tanya Pak Dokter.

Sepertinya orang tua Zen belum tahu kejadian ini. Ketika Yoshi akan membuka mulut untuk menjawab, tiba-tiba salah seorang teman Zen bersuara lebih dulu.

"Zen yatim piatu, Dok."

Yoshi terbelalak. Napasnya tercekat ketika mendengar kalimat teman Zen barusan.

Zen yatim piatu? Kenapa ia bisa tidak tahu hal ini?

Ya Tuhan!

"Oh, begitu. Baiklah. Saudara Zen akan segera dipindahkan ke ruang rawat inap. Sekarang Zen sudah bisa dijenguk. Tapi satu persatu saja."

Tak berselang lama, dokter itu pergi dan Yoshi segera masuk lebih dulu.

Setelah ia menutup pintu, tampak tubuh Zen yang tengah berbaring tak berdaya di atas kasur rumah sakit dengan seorang suster di sampingnya yang masih memeriksa beberapa luka di tubuh Zen.

Kepalanya diperban, lengan kanannya diperban, kedua kakinya diperban. Astaga! Dada Yoshi sakit sekali. Ia hampir menangis tapi ia berusaha menahannya. Yoshi mendekati Zen dan sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Dan airmatanya pun tak bisa dibendung lagi. Ia menangis dalam diam. Tak peduli ada suster di sana yang melihat tangisannya.

***

Hari sudah semakin malam. Amel berjalan memasuki area rumah sakit. Namun ia tidak sendiri. Ia bersama Kak Raino.

Strawberry (boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang