Suasana kafe semakin malam semakin ramai. Tampak beberapa orang baru masuk ke dalam kafe.
Sementara itu Yoshi, Zen dan Kak Raino baru saja selesai makan. Walaupun sebenarnya Yoshi juga agak risih ketika melihat Wahyu yang memandanginya terus dari meja jauh di seberang ketika ia makan. Tapi ia senang. Paling tidak ia bisa menunjukkan pada Wahyu kalau ia bisa move-on dan tidak berpikiran sempit.
Tak lama, mereka bertiga beranjak dari mejanya. Yoshi dan Zen duluan berjalan keluar sedangkan Kak Raino mengurus pembayaran di kasir.
Begitu tiba di luar kafe, Yoshi menghirup napas dalam-dalam. Malam ini sungguh menyenangkan karena bisa menikmati makan malam bersama Zen dan Kak Raino. Walaupun ada beberapa hal yang sempat mengganggu, tapi baginya itu bukan masalah.
"Apa itu tadi temanmu?" tanya Zen tiba-tiba.
"Apa?"
"Orang di kamar mandi itu. Apa mereka tadi itu temanmu?" tanya Zen mengulangi pertanyaannya.
"Mungkin bisa dibilang begitu. Tapi aku tidak menyangka bisa bertemu mereka berdua disini," jawab Yoshi sambil kemudian berpikir sejenak.
Baginya, Wahyu dan Deva sudah tidak mungkin bisa dibilang sebagai teman. Bahkan kalau bisa ia tidak ingin lagi bertemu dengan mereka berdua.
Tapi jika Yoshi menjawab kalau mereka berdua bukan temannya pada waktu tadi, pasti Zen juga tidak akan percaya. Lagipula juga Yoshi sudah memperkenalkan kedua orang itu pada Zen dan Kak Raino.
"Mereka aneh!" cela Zen tiba-tiba.
"Aneh? Aneh kenapa?" tanya Yoshi.
"Ya aneh. Mereka berdua bertingkah seperti orang yang sedang pacaran. Kamu lihat temanmu yang bertubuh kecil tadi, lengannya bergelayut ke lengan temanmu yang satunya," jawab Zen, yang sepertinya sudah tidak ingat lagi nama mereka berdua.
Yoshi menarik napas.
Iya. Kamu benar sekali. Mereka memang berpacaran. Dan sekarang aku tidak berurusan lagi dengan mereka. Tidak akan pernah mau berurusan lagi, batin Yoshi.
"Kenapa kamu jadi lesu begitu? Kamu sakit? Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Zen sambil memegang pundak Yoshi. Yoshi menoleh memandang Zen lalu tersenyum samar.
"Aku baik-baik saja. Mungkin cuman kekenyangan tadi," jawab Yoshi berbohong. Ia kembali merasakan perih di hatinya. Seperti kembali merasakan penghianatan yang di lakukan Wahyu beberapa bulan yang lalu.
Tak lama, Kak Raino pun keluar dan menghampiri Zen dan Yoshi.
"Ayo kita pulang."
***
Zen menyetir motornya di belakang motor Kak Raino. Dilihatnya Yoshi yang duduk di boncengan Kak Raino sambil memandangi kondisi jalanan dengan pandangan kosong.
Sejak pulang dari kafe, ia bisa melihat perubahan mood anak itu. Ia ingin tahu apa yang sedang berkecamuk di benak anak itu hingga membuat tatapannya kosong.
Begitu berhenti di lampu merah, Zen memposisikan motornya di samping kanan motor Kak Raino. Ia memandang wajah Yoshi dengan jelas. Mata mereka berpapasan.
Namun Zen agak terperanjat ketika melihat linangan airmata di wajah Yoshi.
Ada apa sebenarnya dengan anak ini?
***
Yoshi berbaring dengan mata berkunang-kunang di atas tempat tidur Amel.
Siang ini Yoshi memutuskan untuk berkunjung ke rumah Amel untuk menceritakan kejadian kemarin malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry (boyslove)
Storie d'amoreYoshi suka sekali dengan rasa masam buah stroberi. Karena rasa masam itulah buah warna merah menggoda ini menjadi buah favoritnya karena bisa menjadi mood-booster saat dia lagi bete. Tapi akhirnya, setelah beberapa peristiwa terlewati, ia sadar bahw...