Bab Empat

7.4K 726 15
                                    

Tubuh Zen panas. Apa karena kehujanan tadi sore?

"Kamu sudah minum obat kan?" tanya Yoshi masih dengan nada suara yang terdengar ketus. Sepertinya Yoshi masih agak marah dengan Zen.

Zen tidak menjawab. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lemah. Yoshi menghela napas.

"Kenapa tidak segera minum obat?" tanya Yoshi.

"Tidak perlu. Nanti panasnya juga turun sendiri. Aku hanya perlu istirahat saja sekarang," jawab Zen dengan suara yang semakin serak. Yoshi jadi merasa kasihan.

"Ya sudah kalau begitu," kata Yoshi sambil berlalu meninggalkan Zen di kamarnya dan menuju ruang tamu.

"Mana Zen?" tanya Kak Raino begitu Yoshi duduk di samping Ekhie yang sedang menikmati nasi goreng.

"Dia tidak enak badan, Kak. Tubuhnya panas."

***

Pagi hari ini, matahari bersinar cerah. Membawa semangat baru.

Yoshi baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan celana pendek hitam serta kaos putih tipis sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia merasa sangat ringan hari ini. Tidak ada jam kuliah, cuacanya cerah, pokaknya pagi ini benar-benar pagi yang menyegarkan untuk Yoshi.

Ia berjalan ke kamar dengan mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk sambil memikirkan hal apa yang akan ia lakukan di hari libur ini. Mungkin menyenangkan kalau bisa hang-out dengan Ekhie dan Raino. Tapi kenyataannya lain. Ekhie hari ini ada kuliah pagi. Sedangkan Raino juga harus berkerja lagi.

Ketika ia sampai di depan pintu kamarnya, Yoshi melirik pintu kamar Zen di seberang yang tertutup. Apakah anak itu sudah bangun? Apakah anak itu sudah baikan atau masih panas seperti kemarin malam?
Rasa penasaran di dalam hati Yoshi meluap-luap seperti air panas yang mendidih. Tapi ia juga masih agak marah dengan Zen. Apalagi ponselnya juga sedang direparasi dan baru bisa diambil besok.

Akhirnya setelah setelah melalui perdebatan yang sengit dengan hati kecilnya, Yoshi sudah memutuskan.

Dengan memantapkan hati, Yoshi berjalan mengendap-endap menuju pintu kamar Zen. Begitu sampai, Yoshi menempelkan telinga kirinya ke daun pintu kamar Zen yang tertutup. Tidak terdengar apa-apa. Apa dia masih tidur?

Yoshi menolehkan kepala dan ganti menempelkan telinga kanannya ke pintu. Masih tidak terdengar apapun.

Sepertinya anak itu masih terlelap. Yoshi pun beranjak dari tempatnya dan berjalan ke kamarnya sendiri. Namun ketika tangannya memegang gagang pintu kamarnya, terdengar pintu kamar Zen terbuka.

Yoshi segera memutar badannya ke belakang dan menemukan Zen yang sedang berdiri di ambang pintu kamar dengan wajah kumal.

"Kamu tidak kuliah?" tanya Zen pada Yoshi sambil menguap sekali. Sepertinya Zen sudah mendingan daripada kemarin.

"Aku tidak ada jadwal kuliah hari ini," jawab Yoshi lalu masuk kedalam kamar.

***

Jam dinding ruang tamu menunjukkan pukul 09.12 pagi. Yoshi sedang duduk santai di atas sofa sambil menonton televisi.

Huh! Tidak ada acara televisi yang menarik bagi Yoshi pagi ini.

Ketika Yoshi berniat untuk mematikan televisi, tiba-tiba Zen datang dan langsung duduk di samping kiri Yoshi lalu mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya.

Zen mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Asap rokok langsung mengepul dari mulut Zen. Dalam hati, Yoshi misuh-misuh. Ia sangat tidak suka dengan asap rokok.

Strawberry (boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang