Yoshi menahan napasnya. Ia memandang Zen tanpa berkedip sedikitpun. Hingga akhirnya Zen melepaskan pinggang Yoshi.
Yoshi seperti baru tersadar dari lamunan tanpa akhir.
"Umm... ada apa memanggil namaku?" tanya Yoshi berusaha untuk bersikap biasa. Tapi suaranya malah terdengar bergetar seperti orang yang gugup. Yoshi misuh-misuh dalam hati.
"Kamu cuci bajuku sekarang juga. Kalau tidak, nanti nodanya sulit hilang," suruh Zen. Yoshi menyipitkan mata. Rasa kagumnya kepada Zen yang sempat ia rasakan sesaat tadi mendadak menghilang tanpa sisa.
"Iya! Iya! Cerewet amat!" ucap Yoshi dengan nada malas.
"Ya sudah kalau begitu."
Zen hendak berjalan pergi ketika tiba-tiba Yoshi teringat sesuatu.
"Eh! Tunggu! Ponselmu mana? Aku mau pinjam," pinta Yoshi.
"Buat apa?"
"Mengirim foto-foto yang kemarin."
***
Langit sudah kelam sedari tadi. Tapi belum ada tanda-tanda bakal turun hujan.
Yoshi jadi bingung. Ia sedang berada di kamarnya sekarang setelah selesai mencuci kaos Zen beberapa saat yang lalu. Yoshi mengirim beberapa foto yang diambilnya kemarin dari ponsel Zen yang sekarang ada di tangannya.
Selain mengirim foto-fotonya dengan pose sendirian, ia juga mengirim beberapa fotonya bersama Zen.
Ia melirik jam dinding kamarnya sekilas. Pukul 04.45 sore. Ia kembali konsentrasi pada ponsel Zen. Tiba-tiba terlintas rasa penasaran yang muncul dari dalam hatinya. Ia ingin tahu isi ponsel Zen mumpung sekarang sedang dia pegang.
Yoshi membuka semua folder yang ada di ponsel Zen. Tapi isinya hanya ada lagu-lagu yang tidak jelas. Juga beberapa foto-foto dan video musik grup band Avanged Sevenfold.
Ia membuka kotak masuk pesan singkat. Kosong. Tidak ada sms sama sekali. Mungkin tadi sudah dihapus oleh Zen sebelum Yoshi meminjamnya.
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba terdengar pintu kamar Yoshi diketuk dari luar.
"Yos! Kamu ada di dalam?" tanya seseorang dari luar. Sepertinya itu suara Kak Raino. Kok tumben jam segini sudah pulang.
"Masuk saja. Pintunya tidak dikunci kok, Kak!" teriak Yoshi.
Pintu pun langsung terbuka. Dan benar, Kak Raino masuk ke dalam kamar Yoshi masih dengan pakaian kerjanya.
"Eh, Kak Raino. Kok jam segini sudah pulang?" tanya Yoshi. Kak Raino langsung duduk di tepi tempat tidur, di sisi kanan Yoshi.
"Iya, Yos. Hari ini memang jadwalnya pulang sore. Besok libur. Oh iya, kamu udah makan?" tanya Kak Raino. Yoshi menggeleng pelan.
"Kebetulan aku juga belum makan. Ya sudah, nanti kita makan diluar ya? Aku yang traktir deh," ajak Raino.
"Boleh juga, kak. Apalagi aku paling seneng kalau ditraktir. Tapi memangnya Zen dan Ekhie tidak diajak?"tanya Yoshi.
"Ekhie katanya hari ini menginap di rumah temennya. Kalau Zen mungkin tidak mau. Ia lebih suka makan di kosan. Nanti aku bungkusin saja buat Zen. Ya sudah kalau begitu aku mau mandi dulu. Sudah bau asem nih," kata Kak Raino sambil menciumi kedua pundaknya sendiri lalu mengerutkan hidung.
"Tidak kok. Kak Raino masih harum. Masih tetep keren," puji Yoshi. Mendengarnya, Kak Raino jadi tersenyum kecil sambil mengelus kasar kepala Yoshi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry (boyslove)
Storie d'amoreYoshi suka sekali dengan rasa masam buah stroberi. Karena rasa masam itulah buah warna merah menggoda ini menjadi buah favoritnya karena bisa menjadi mood-booster saat dia lagi bete. Tapi akhirnya, setelah beberapa peristiwa terlewati, ia sadar bahw...