Bab Sembilan

5.6K 559 36
                                    

"Aku di rumah teman. Ada apa Zen?" tanya Yoshi.

"Dimana? Biar aku jemput kamu kesana!"

Yoshi mengernyitkan dahi.

"Tunggu dulu, Zen! Ada apa sebenarnya? Apa ada masalah penting hingga kamu harus menjemputku segala?" tanya Yoshi.

"Tidak ada yang penting. Hanya saja, ada sesuatu yang harus ku bicarakan denganmu," jawab Zen. Benak Yoshi langsung diserbu ribuan pertanyaan.

"Soal apa, Zen?"

Jeda sesaat sebelum Zen membuka suara di seberang telepon.

"Mengenai.... mengenai Cherryz," jawab Zen dengan suara agak serak.

***

Bus kota itu penuh dan menyesakkan. Hingga beberapa orang yang tidak mendapatkan kursi harus rela berdiri. Tak lain halnya dengan Yoshi. Beberapa kali ia menengok jam tangan.

Tak berselang lama Yoshi berteriak pada supir bus supaya menepi. Tampak beberapa orang menatap Yoshi yang berjalan ke kursi supir bus lalu memberikan ongkos dan segera turun dari bus yang sesak itu.

Walaupun di luar lebih panas, setidaknya tidak sepengap di dalam bus.

Sekarang tepat di depan matanya, tampak sebuah rumah sakit yang dari luar banyak orang berlalu-lalang. Yoshi berlari untuk segera masuk kedalam rumah sakit.

Begitu setibanya di depan resepsionis rumah sakit, tiba-tiba sebuah suara yang sangat familiar.

"Yos! Yoshi!" teriaknya. Yoshi menoleh ke arah asal suara dan menemukan sosok Zen yang sedang berlari ke arahnya dengan mata sembab.

Zen segera memeluk erat tubuh Yoshi sambil menangis sesenggukan dalam diam.

Yoshi agak bingung. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Zen tidak menjelaskannya lewat telepon.

"Apa yang sedang terjadi, Zen? Ada apa dengan Cherryz?" tanya Yoshi sambil mengelus-elus punggung Zen dengan hangat, mencoba untuk menenangkan.

Zen melepas rangkulannya sambil mengusap sendiri airmata dipipinya.

"Cherryz bunuh diri. Arul meninggalkannya. Arul mencampakkannya. Cherryz dan bayinya... meninggal dunia," jawab Zen dengan ekspresi datar berusaha untuk tegar.

Astaga!

Napas Yoshi tercekat begitu mendengar penjelasan dari Zen. Bunuh diri? Sampai segitunya?

"Meninggalkan? Apa maksudmu dengan meninggalkan? Bukankah mereka berdua sudah menikah?" tanya Yoshi.

"Aku tidak tahu. Aku masih belum tahu. Sekarang kita coba ke rumahnya saja. Soalnya setibanya disini aku diberitahu kalau jenazah Cherryz sudah dibawa pulang ke rumah."

Yoshi hanya mengangguk setuju. Hati Yoshi merasa tidak enak. Kenapa Zen menangis? Bukankah dia membenci gadis itu melebihi segalanya?

Sepertinya otak Yoshi lambat sekali untuk mencerna segala perkataan Zen.

Begitu tiba di luar dan berbelok tiba-tiba saja sebuah baskom berisi kocokan adonan telur, air dan udang ebi pun terguyur ke arah Yoshi dan membasahi seluruh kepala dan badan Yoshi. Ia menutup wajahnya dengan tangan.

Pada saat yang sama, terdengar suara nyanyian di sekitar Yoshi.

"Happy Birthday, Yoshi!!! Happy Birthday, Yoshi!!"

Yoshi membuka wajahnya dan melihat beberapa teman kampusnya yang sedang menggerombol di depannya. Juga ada Amel yang sedang membawa kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka 20.

Strawberry (boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang