Seorang gadis yang sedang berjalan di sebuah koridor menuju ruangan yang di tujunya dengan gerutuan tak jelas menghiasi bibirnya.
Semua mata yang melihatnya pun serentak mengangkat bahu atas keanehan dan ketidak tahuan nya pada gadis tersebut."Dinda di panggil ke ruangan pak Rizky!" Seru salah satu karyawan di sana.
Baru saja Dinda mendudukan bokong nya dengan manis di atas sofa singgasanya harus merelekan rasa nyaman yang di hasilkan sofa tersebut hilang seketika karena ia harus beranjak pergi ke ruangan Rizky yang sangat saat ini di hindarinya.
Tok..tok..tok.
Suara ketukan berasal dari tangan nya yang di ketukan ke sebuah kayu yang menutupi ruangan.
"Masuk!" Suara dari dalam membuat Dinda membuka kenop pintu nya kemudian masuk kedalam ruangan.
"Ada apa bos memanggil saya" tanya Dinda acuh tak acuh.
"Kenapa sarapan yang ku minta bukan kamu yang mengantar,dan darimana saja kau?" Suara Rizky berseru dengan gusar nya.
"Aku mohon Rizky jangan mempermasalahkan hal kecil lalu di besar-besarkan,Aku lelah ku mohon mengertilah" sahut Dinda pada akhir kata nadanya seperti rintihan.
Dinda pun duduk dan membenamkan kepalanya di meja yang berada di depan Rizky tanpa memikirkan rasa ke formalitasan nya.
Melihat tingkah Dinda,Rizky menjadi merasa bersalah.Dia pun mendekat ke arah Dinda dan mengelus puncak kepalanya.
"Ada apa Dinda,jika ada masalah bilang padaku" Rizky mencoba meluluhkan hati gadis yang lama ia lindungi.
Dinda langsung berdiri dari tempat nya kemudian tangan nya ia lingkarkan ke leher Rizky.Dinda memeluk Rizky.
Dengan lembut Rizky mengelus-elus punggung Dinda berusaha menyalurkan kenyamanan bagi sang gadis nya."Hiks...hiks..."
Tangis Dinda pecah di pelukan Rizky,seperti memecahkan semua beban yang selama ini ia pendam,ada rasa kelegaan di sana.
"Cup..cup.. udah jangan nangis kalo gak mau cerita sekarang gak apa-apa" Rizky melepas pelukan Dinda dan menghapus air mata dengan ibu jarinya.
"Oh ya bagaimana kita ke pantai,bagus kan bagi orang yang sedang galau seperti mu" ucap Rizky mengalihkan pembicaraan.
"Tidak!" Ketus Dinda kembali duduk di mana tempat sebelum nya.
"Ayolah! Kau bisa berenang atau berjemur di sana!" Bujuk Rizky seperti anak kecil yang sedang meminta lolipop.
"Berjemur saja sendiri sampai hangus,Aku tak tertarik" Dinda mulai beranjak dari kursi nya kemudian berlalu meninggalkan Rizky.
"Terserah kalo kau tidak mau ikut aku bisa pergi dengan Anisa" teriak Rizky yang terdengar samar oleh Dinda.
Nama Anisa seperti menohok ke jantung nya,Sakit sekali.
Dinda sadar wanita yang di butuhkan nya bukan dirinya lagi tapi wanita lain yang sekarang status nya lebih penting di hati Rizky."Ayo Dinda jangan pernah mencintai nya,dia layak mendapatkan yang terbaik bukan dirimu" batin Dinda.
Tiba-Tiba dia dikagetkan karena pundak nya menyenggol seseorang karena sepanjang jalan ia selalu menunduk menutupi air matanya yang meluncur bebas dari mata indahnya.
"Maaf!" Dinda membantu memungut buku-buku yang berjatuhan milik seorang yang di senggol nya.
Namun ketika ia melihat wajah nya seketika ia menjatuhkan kembali buku-buku yang berhasil di pungutnya.
"Hey.. ini buku penting jangan di banting" bentak orang tersebut.
"Aku tidak peduli kau sudah membuat ku kesal jadi kau berhak menerimanya" ketus Dinda.
"Ada apa ini?" Suara Rizky menghentikan keributan.
Setelah Rizky menyadari siapa yang bergulat dengan Dinda ia langsung meminta maaf dan berjabat tangan,Dinda yang melihat nya pun bingung seperti orang yang tidak tahu apa-apa.
Tanpa Dinda jelaskan Rizky sudah tahu apa yang ingin gadis itu tanyakan.
"Dia bernama David dan seorang photographer yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita,dia juga yang akan menangani artis kita untuk pemotretan" jelas Rizky membuat Dinda membelakakan matanya tak percaya.
"Maafkan Dinda atas exident kecil ini,dia seorang karyawan perusahaan kami yang nantinya akan membantu kerja Anda" jelas Rizky pada lelaki yang bernama David tersebut.
Rizky langsung menarik Dinda ke dalam ruangan nya di susul dengan David di belakang nya.
"Jadi di mana kita mulai pemotretan nya pak" ucap David setelah tiba di ruangan Rizky dan duduk di sofa tamu.
"Saya ingin pemotretan tersebut di sebuah pantai" jawab Rizky bersemangat.
'Ouh.. jadi ini tujuan Rizky mengajak nya ke sebuah pantai' pikir Dinda.
"Pantai? menarik,kalo begitu saya akan pikirkan Ide tema selanjut nya" ucap David.
"Baiklah,Saya tunggu secepat nya!" Ucap Rizky kemudian menjabat tangan David lagi.
Setelah plan tersusun akhirnya David pun pamit untuk pergi.
Dinda pun menghembuskan napas kelegaan di hatinya karena ia tak susah payah melihat wajah David yang mengingatkan nya kepada kejadian memalukan di taman beberapa jam yang lalu."Ada apa? Apa kau kenal pada nya?" Tanya Rizky kemudian pada Dinda.
"Ti-tidak,Me-memangnya kenapa?" Dinda berbalik bertanya.
"Entah kenapa wajah mu terlihat tertekan saat berhadapan nya" kata Rizky.
"Wajahku terlihat tertekan?" Dinda sungguh tak mengerti gaya bahasa yang di gunakan Rizky.
"Emh.. Seperti menahan kesal atau semacam nya" jawab Rizky.
Benarkah Dinda terlihat seperti menahan kesal nya pada David? Jangan sampai Rizky mengetahui kejadian memalukan yang telah menimpanya.
Tbc
***
A/N : haduh akhirnya chapter ini selesai juga,maaf yah ceritanya semakin absurd gak tahu kenapa ide nya mengalir begitu aja di otak ku,jadi maaf mengecewakan!
Please Vote,Kritik & saran nya di tunggu selalu,yah walaupun cerita aku jauh dari layak untuk kalian berikan Vomen nya tapi hargailah perjuangan bagaimana aku menulis cerita ini! *Curhat #Aduhditimbukinsamaparareaders
*kabur... *hahaha ...Trim's
*kecupan manis dari susi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Short StoryKetika harus Memilih Cinta, Diantara gadis yang sudah lama menemaninya dan sangat di sayanginya Atau Memilih gadis yang Baru di kenal namun dicintainya. Only You -Rizky -Dinda -Anisa