10

23K 2.1K 39
                                    

10; Love Really Never Felt So Good

~

Seisi rumah Devin terasa begitu hampa tanpa Ayahnya. Ayahnya memang sedang pergi ke luar kota untuk pekerjaannya selama dua hari semalam, dengan kata lain, Ayah Devin akan pulang besok. Tadi pagi-pagi sekali, Ayah Devin sudah langsung berangkat dengan menempelkan secarik kertas berisikan pesannya di kulkas.

Devin kini duduk berselonjoran di atas kasur dengan sebelah tangannya yang bermain handphone-nya; Tak lain dari chatting dengan teman-teman se-grupnya di LINE, Sani, Musa, dan Harun. Grup itu bernamakan 3 Karet, setelah Devin mulai akrab dengan mereka, ia masuk ke sana, dan Harun mengubah namanya menjadi 4 Karet.

Karet? Tidak ada artinya, atau singkatan apapun—Yang mengawali nama seperti itu tentu saja Musa.

Musa: gabut

Sani Zhulaikha: berisik

Harun: bacot

Musa: jir.

Devin Kurniawan: jalan-jalan aja, Saa

Harun: emang lo nggak jalan, Vin?

Musa: paling jalan ke kamar doang, tidur

Sani Zhulaikha: ngga usah diladenin vin

Devin Kurniawan: nggaa, ayah lagi ke luar kota sampe besok, jadi aku sendirian di rumaah

Sani Zhulaikha: AKU KE RUMAH KAMU SEKARANG

Sani Zhulaikha: *gue elo

Harun: apaansih San

Musa: IKUT

Harun: gabut bet sa

Sani Zhulaikha: apaansih run : (

Devin Kurniawan: Sini Sannn

Musa: LAH GUE NGGAK DIAJAK

Harun: gue ngga?

Devin Kurniawan: iya semuanyaa, main aja ke sinii

Musa: NGINEP YUK DI RUMAH DEVIN

Sani Zhulaikha: leh ugha

Harun: nggak enak peleh ama depin

Devin Kurniawan: bolehhh, nggak apa-apa kook

Musa: tuh run bahaya ugha kalo depin ditinggal sendirian di rumah malem-malem cin

Sani Zhulaikha: gue brgkt skrg

Musa: BARENG.

Sani Zhulaikha: otw

Harun: otw

Musa: tai

Handphone-nya ia taruh di atas kasur seraya tertawa kecil. Devin turun dari kasurnya, dan berjalan menuju dapur, ingin menyiapkan sirup untuk para temannya nanti ketika datang sebentar lagi.

Sudah sebulan setelah hari-hari acara Olahraga terlewati; Sukses besar. Benar saja kata Merda, memang panitia setiap kelasnya dominan pasti para pria. Bayangkan saja, dari masing-masing kelas 10, 11 dan 12, yang perempuan hanyalah Devin dan satu lagi dari anak kelas 10. Tetapi benar pula kata Harun, Devin dapat menambah teman di sana, dan makin terbuka satu sama lain.

Hal lainnya, Musa, Sani juga Harun sudah mengenali benar arah rumah Devin—Karena belakangan ini, memang mereka bertiga sering ke rumah Devin untuk sekedar mengobrol, bermain dan bercanda. Sungguh, hari pertama mereka bertiga datang ke rumahnya, Devin menangis karena senang. Ia tak pernah memiliki teman yang begitu baik selama ini, juga menerima kekurangannya yang memiliki alergi aneh.

Dumb DumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang