13; Question Tag
~
Sebenarnya berjalan-jalan di Mall bukan gaya Devin sendiri. Dengan pemandangan penuh butik-butik ternama sepanjang jalan, banyak restoran di mana-mana, ada tempat bioskop juga permainan, dan sebagainya—Dengan kata lain, tentu memiliki para pengunjung yang terus-terusan berlalu-lalang dari Mall itu dibuka sampai ditutup.
Merda mengatakan pada Devin; Kalau berjalan-jalan ke dalam Mall sendiri adalah hal yang paling menyenangkan. Dapat berbelanja sesuka hati dengan uang sendiri, ingin ke mana saja tanpa diatur, atau makan apapun, dan berlama-lama di salah satu Kafe di Mall sesuka hati.
Tapi bagi Devin, tak begitu nyaman. Mengingat Devin tak bisa menghadapi begitu banyak kerumunan orang, apalagi pasti ada banyak lelaki—Kalau kesenggol atau tak sengaja menyentuhnya bagaimana?
Tidak, ini pilihan Devin. Selama ini, ia tidak pernah berjalan-jalan ke Mall sendiri. Kalau tidak dengan Ayahnya, ya pasti dengan teman-temannya. Tapi ia ingin mencoba hal baru, dengan pilihan pertama dari saran Merda.
Pijakan pertama adalah toko sepatu, tetapi tak lama kemudian Devin segera keluar dari sana karena tak ada sepatu yang sama sekali menarik perhatiannya. Kedua adalah parfum juga kosmetik—Sayang, Devin sama sekali tak bisa berdandan, toh bagaimana ia ingin membeli kosmetik kalau ia sendiri tak bisa berdandan juga. Terakhir adalah Kafe, yang kini ia pijaki.
Devin terlihat duduk di meja dekat jendela sendirian dengan sepotong fruitcake juga air putih. Benar-benar miris mungkin kelihatannya; Tapi Devin sendiri terlihat masa bodoh dan sibuk melahap kuenya dengan beberapa pandangan pasangan yang ada di dalam Kafe melihat ke arah Devin sesekali.
Tiba-tiba seseorang menarik kursi di hadapannya, membuat Devin yang sedang melahap kue-nya itu berhenti mengunyah, dan segera menatap ke depan.
Anggun.
Perempuan dengan gaya modisnya itu mengambil duduk di depan Devin dengan senyuman lebar, "Hai, Kak Devin! Sendirian kan?"
"Kok tau?" Tanya Devin, polos—Melanjutkan kunyahan di dalam mulutnya. "Sama siapa?"
"Mmn, aku jalan sendiri." Gelengnya pelan, lalu seorang pelayan datang dengan mengantarkan kue stroberi di atas meja itu dengan satu cangkir latte pula.
Devin hanya memandangi hidangan milik Anggun sejenak; Saat pandangannya ke atas dan tepat pada wajah Anggun, ternyata perempuan itu sudah memandanginya duluan dengan senyuman yang terpatri di bibir ceri-nya.
"Aku nggak tau kalo kaka suka jalan sendiri ke Mall? Seru kan? Bisa belanja sama jalan-jalan sesuka Kakak!" Ujar Anggun semangat, dan Devin hanya tersenyum miris.
"Nggak, ini pertama kalinya aku jalan sendiri—Biasanya ya, aku jalan sama temen-temen aku, ato nggak ya sama Ayah." Jawab Devin, seadanya.
Kemudian Anggun memotong kue miliknya, "Gak apa-apa, percobaan buat Kakak, menurut Kakak gimana? Kagok ya?"
"Iya sih.." Kekeh Devin, diikuti oleh tawa kecil dari Anggun.
"Aku tuh nyari sepatu buat sekolah, cuman mager banget jadi aku jalan-jalan aja main sendiri terus pas ngeliat Kakak masuk ke sini, aku ngikut deh!" Jelas Anggun, dan Devin pun masih melanjutkan acara makannya hanya manggut-manggut.
Anggun mengunyah lahapan pertamanya sembari menatap Devin; Dan ia pelan-pelan mengalihkan perhatiannya, "Kakak kenal sama Merda Inastasia nggak?"
Dan Devin segera mengangkat kepalanya, memandang Anggun heran. Gadis di hadapan Devin itu segera mengibaskan sebelahnya tangannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Dumb Dumb
Teen FictionDevin Kurniawan; Seorang cewek biasa yang punya trauma lekat sama yang namanya cowok. Dia berusaha menghindari apapun itu yang berhubungan dengan 'cowok', sampai-sampai ia punya alergi kalau ia bersentuhan sama lawan jenis. Ardianto Suri; Cowok pre...