16

19.2K 1.9K 154
                                    

16; He Already Knews

Setelah Devin merapihkan rambutnya di depan cermin kamarnya, ia memandang dirinya untuk beberapa saat di hadapan kaca.

Hari ini ia menata rambut panjangnya dengan gaya kepang panjang, jarang-jarang tentunya Devin menggunakan gaya rambut seperti ini. Biasanya paling hanya dikuncir satu ke belakang atau digerai seperti biasa.

Entahlah, kenapa tumben saja Devin pagi-pagi sekali ingin menata rambutnya untuk ke sekolah. Walau diam-diam di dalam hati, ia ingin Suri menyadari ada yang berbeda sedikit dari Devin, dan ia ingin tahu apa Suri akan berkomentar saja atau tidak. Devin merapihkan poni rambutnya sejenak, kemudian ia tersenyum di hadapan kaca.

"Aaah, nggak-nggak." Devin menggelengkan kepalanya, lalu ia melepaskan ikatan rambutnya dan mengacak-acak rambutnya menjadi cukup berantakan.

Devin mendengus miris, sembari kembali menyisir rambutnya dengan sisir yang tadi tergeletak di meja riasnya; Ia melirik dirinya sedikit, lalu ia menatap lagi ke lantai. Dalam hati, ia masih penasaran, apa Suri akan menyadari ada sesuatu yang berbeda darinya, jika Devin mengubah sesuatu dari dirinya sendiri.

Ia mengambil satu jepitan putih, dan ia selipkan ke poninya yang kini ia tata ke samping. Devin mengangguk sendiri ke cermin di hadapannya, dan ia segera bergegas mengambil tas ransel juga kunci motor, kemudian berjalan keluar kamar untuk menuruni tangga.

Devin sempat mendengar sebuah pembicaraan kedua orang yang ia sangat kenal suaranya, saat kakinya tiba di lantai bawah, ia menoleh ke samping. Menemukan ayahnya sedang berbincang dengan serius di ruang tamu dengan seorang wanita-
"..Mama." Gumam Devin, dengan kedua mata membulat.

Wanita tersebut menengok ke posisi di mana Devin berdiri. Sena dan Aldy, ayah Devin, segera berdiri dari sofa secara bersamaan.

Sena, ibu kandung dari Devin perlahan tersenyum dengan matanya yang sayu melihat putrinya yangsekarang tengah memandangnya kaget. Sena berjalan mendekati Devin; Membuat bulu kuduk Devin berdiri, dan segera memundurkan langkahnya.

"Jangan." Tekan Devin, dan Sena langsung berhenti melangkah.

Sedangkan Aldy sudah mengalihkan pandangannya, tak tega melihat adegan satu ini. Air di mata Sena kian menggenang, mengetahui kalau putrinya yang selama ini selalu mengejar-ngejarnya dahulu, kini telah takut dengan dirinya sendiri.

Setitik air mata terjatuh di sebelah pipi Sena, "..Mama cuman mau ketemu kamu, Devin sayang."

Devin menggelengkan kepalanya keras; Lalu berjalan melewati Sena, sempat bahunya terbentur dengan bahu Sena sendiri. Ia lalu berhenti di hadapan Ayahnya, menengok dengan wajah kesal.

"Mestinya Papa ngelarang dia masuk ke sini."

Dengan sepatah kalimat itu, tanpa aba-aba lagi, Devin segera keluar dari rumah dan cepat-cepat berangkat sekolah dengan kendaraannya.

Meninggalkan kedua pasangan yang kini telah berpisah itu tengah berdiri di ruang tamu dengan jarak. Aldy mengusap belakang tengkuknya, "..Saya udah bilang, Devin bener-bener nggak mau ketemu sama kamu."

Sena membalas omongan Aldy dengan bisu, kemudian ia mengangguk singkat. Ia berbalik badan dan menatap Aldy dengan air mata yang sudah jatuh bercucuran, bibirnya ia katupkan untuk menahan isakan tangis.

Dumb DumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang