15; I can't, I love him either
~
Parkiran motor di samping bangunan sekolah Pasopati kian lama mulai terlihat cukup penuh. Bel pelajaran pertama akan di mulai pada jam 6.45, tak heran di jam setengah tujuh seperti ini sudah agak penuh di parkiran motor maupun mobil.
Untungnya, Suri mendapatkan parkir motornya, walau pada akhirnya ia harus memarkirkan motornya paling belakang sekaligus paling ujung.
Setelah ia turun dari motornya, Suri memasukkan kunci motornya ke dalam saku jaket. Lalu ia berjalan menjauhi lokasi tempat motornya itu. Perhatiannya tertarik akan seseorang yang ia kenal.
Seorang perempuan yang kini baru turun dari motor dengan satu tangan membawa buku-buku banyak. Ia terlihat kehilangan keseimbangan, kemudian buku-buku dari satu lengannya segera jatuh semua ke tanah.
Tanpa pikir panjang, Suri langsung berjalan cepat mendekati perempuan itu. Dan berjongkok di hadapannya, mengambil buku-buku yang berjatuhan tersebut, membuat perempuan yang di hadapannya memandangnya kaget sembari masih berdiri.
Suri pun berdiri setelah mengambil semua buku tersebut, tepat di hadapannya.
"Berasa bawa gembolan lo, Gun." Komentar Suri, sinis.
Anggun mengerjapkan kedua matanya; Lama-kelamaan semburat merah muncul di kedua pipinya, ia tersenyum lebar. "Maaf kak, ngerepotin.."
Kedua tangan Anggun baru saja ingin mengambil buku-buku miliknya dari tangan Suri. Tetapi pria itu malah memundurkan langkahnya ke belakang, menghindari raihan tangan dari Anggun.
"Siapa bilang lo boleh ngambil?" Tanya Suri, Anggun pun mengangkat alisnya.
"I—Itu buku biologi berat-berat loh Kak!" Kata Anggun, masih tetap terlihat seperti salah tingkah.
Suri memutarkan kedua bola matanya, "Mau buku apapun juga, ngeliat elo bawa gembolan segede gaban begini keliatan ga nyaman tau ga."
Perempuan di hadapannya pun mengalihkan pandangannya, tak beranie menatap Suri karena ia terlalu senang. Sekaligus debaran jantungnya yang tadi sempat tenang-tenang saja dari rumah juga sepanjang jalan ke sekolah, segera berdegup kencang berhadapan dengan Suri.
"Ini mesti dibawa ke ruang guru apa gimana?" Suri memiringkan kepalanya sedikit, lalu disambut oleh gelengan pelan dari Anggun.
"..Kelas Kak.." Lirih Anggun, merasa menyesal karena tadi pagi ia tidak berdandan seperti biasanya.
Dan Suri pun mengedikkan bahunya singkat, "Yaudah, tunjukkin kelas lo di mana."
"Ih Kak! Aku nggak enak sama Kakak!" Bantah Anggun, "Kan nggak enak juga diliat sama orang lain juga temen-temen kakak, nanti pada salah paham loh!"
Suri mengernyitkan keningnya, "Maksudnya?"
Tiba-tiba Anggun menutup mulut, dan wajahnya segera memperlihatkan merah padamnya. Ia menggeleng keras, dan langsung memimpin jalan di depan Suri.
Karena Suri tak begitu peduli dengan jawaban yang tak dibicarakan oleh Anggun barusan; Jadi ia hanya mengekori perempuan tersebut sembari membawa buku-buku di tangannya.
Benar saja apa kata Anggun barusan, dominan siswa-siswi di sana segera memasangkan perhatiannya ke mereka berdua, yang sekarang berjalan bersebelahan.
Bisa dilihat Anggun sedang diam-diam tersenyum sendiri, sedangkan Suri memasang wajah datarnya sembari membawa buku-buku tersebut.
"Pelajarannya Bu Neng ya?" Tanya Suri seketika, membuat Anggun menoleh agak kaget.
"Iya Kak—Gitu deh, rempong." Kekeh Anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dumb Dumb
Teen FictionDevin Kurniawan; Seorang cewek biasa yang punya trauma lekat sama yang namanya cowok. Dia berusaha menghindari apapun itu yang berhubungan dengan 'cowok', sampai-sampai ia punya alergi kalau ia bersentuhan sama lawan jenis. Ardianto Suri; Cowok pre...