08

26.9K 2.2K 71
                                    

                 

08; Black or White

~

"Mengingat acara olahraga sekolah akan segera diadakan sebentar lagi, jadi OSIS mencari perwakilan dari masing-masing kelas untuk menjadi panitia."

Devin masih menatap ke arah papan tulis hitam di hitam di depan dengan pandangan kosong. Bisa dibilang ia memang sedang melamun sembari menopang dagunya, entah apa yang ia lamunkan. Bukannya memperhatikan ketiga OSIS yang ada di depan, malah memberi perhatian pada sesuatu yang tak penting.

Seketika semua menoleh ke arah Devin, dengan tatapan penasaran.

Membuat Devin segera menyadari sesuatu karena seluruh perhatian jatuh padanya. Ia pun melepaskan satu tangannya dari dagu tadi, lalu menoleh ke pada ketiga OSIS itu yang kini sedang berdiskusi, dan kembali menoleh pada seseorang yang sepertinya duduk di barisan belakang.

"Baik, perwakilan kelas berarti Fanaza Harun sama Devin Kurniawan ya."

Mata Devin melebar, lalu ia langsung menengok ke barisan paling belakang. Mendapatkan Harun yang telah kembali duduk, sepertinya ia baru saja berdiri dan mengajukan suatu usulan; Yang jelas Devin terlibat.

Ketika ketiga OSIS itu pamit keluar kelas, seisi siswa-siswi di dalam kelas 11-1 segera ricuh riuh kembali. Dan Sani pun langsung berdiri dari tempatnya dan menghampiri Devin dengan semangat, ia mencubit sebelah pipi Devin.

"Cieeeee, jadi panitia!" Iseng Sani sembari memainkan pipi Devin, walau Devin sendiri masih tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Musa yang tiba-tiba muncul di depan meja Devin pun menepuk-nepuk kepala Devin, "Makan dah tuh, kerjaan."

Sani langsung menepis tangan Musa, kesal. "Ih! Itu liat Devin-nya!"

Saat Musa melihat Devin lebih jelas, seluruh tubuh Devin sudah menimbulkan bintik-bintik. Musa pun mengangkat alisnya, kemudian melipat tangannya di dada, "Eheh, kelepasan."

"Palalu gendut." Pukul Sani ke lengan Musa, dan mereka berdua pun adu fisik dengan saling cubit-mencubit lengan.

Devin masih tak tahu apa yang terjadi, bahkan ia tak memperdulikan kondisinya yang sekarang terlihat seperti campak.

"Accept grup panitia di LINE."

Perintah itu membuat Devin menoleh ke samping, dan menemukan Harun yang sudah membawa handphone-nya di satu tangan, juga tangan satunya memegang saputanga. Harun sepertinya memang sedang pilek, apalagi suaranya yang terdengar cukup bindeng.

"Panitia apa?" Tanya Devin, walau pada akhirnya ia mengeluarkan handphone-nya.

"Panita acara olahraga—Udah gue invite lo." Jawab Harun, menarik kursi yang menganggur untuk ia duduki di sebelah Devin.

Devin pun mengernyit, dan membuka invitation group di LINE. Menemukan grup yang bernamakan PANITIA OLGA.

"Olga?" Devin memiringkan kepalanya sedikit.

"Olahraga." Kedik Harun, lalu hanya disambut anggukan singkat dari Devin—Dan meng-accept grup itu sesuai permintaan Harun.

Lalu Devin menoleh pada Harun; Yang direspon oleh tawa kecil dari Harun. "Eh elu campak lagi tuh."

"Aku panitia, Har?" Devin malah bertanya, membuat Harun mengulum senyumannya—Menahan tawa.

"Tuhkan, lo tadi bengong." Ledek Harun, "Tadi pas diminta siapa-siapanya yang mau jadi panitia, gue ngajuin buat gue sama elo aja, terus lo diem gitu, dan mereka diskusiin dulu, eh diterima deh ajuan gue."

Dumb DumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang