Kapal di Kebun

55 6 2
                                    

"Senang ya bisa bertemu teman Sora rame-rame begini. Yuk diminum tehnya,"

Bunda, sama sepertiku. Berusaha keras mencairkan suasana yang tegang di ruang tamu. Aku duduk di sofa, diantara Radit dan Dandi yang duduk saling berhadapan dengan rikuh. Radit, dengan gayanya yang cool berterimakasih pada Bunda. Dandi, yang merasa kalah start, ikut mengangguk sopan dan berterimakasih. Bunda mengangkat alis, menatapku keheranan sebelum kembali ke dapur.

"Maaf aku datang terlalu larut. Mengganggu?" tanya Dandi memecah keheningan diantara kami.

"Nggak, sih. Tadi abis ada acara di cafe sama Naf. Ingat Naf kan? Temanku sama Radit juga, sih,"

"Lanjut S2 dimana Dan?" tanya Radit to the point.

Aduh! Radit benar-benar merusak suasana. Dandi tipe orang yang anti ditanyai mengenai pencapaian dan rencananya. Kulirik Dandi dengan takut. Takut Ia marah dan terjadi perang di ruang tamuku. Nyatanya, Ia tersenyum sambil berdeham.

"Dapat beasiswa di Jerman. Tapi ditunda tahun depan,"

"Emang bisa ya? Kenapa ditunda?"

Stop it Dittt! Rasanya ingin kututup mulutnya dengan kudapan Bunda. Namun Dandi tampaknya akan menjawab kembali.

"Ada target yang belum tercapai, yang harus diselesaikan sebelum pergi dari Indonesia,"

"Nikah?"

Radit benar-benar keterlaluan!

"Try this guys! Bunda paling jago bikin peanut cookies!" ujarku, malah terdengar seperti teriakan saking gugupnya aku.

Tahu apa yang mereka lakukan? Mereka berdua menoleh kearahku dan kembali menatap satu sama lain dengan tatapan tajam seolah ingin menguliti. Aku mengusap telapak tangan menutupi wajahku. Aku harus ngapaiin?

"Kamu sendiri, cukup S1 dan ngurus perkebunan atau mau lanjut S2?" tanya Dandi tak mau kalah.

"Kalau urusan perkebunan, sepertinya harus ada penerapan. Jadi perkebunan di Lembang butuh diurusin. S2 bisa nanti deh,"

Dandi mengangguk-angguk paham.

"Bagus, deh. Cewek-cewek Lembang kan geulis tuh," Dandi tertawa kecil.

"Buat apa jauh-jauh kalau di kota Bandung sudah ada?"

"Kabar Patriot gimana? Masih lanjut?"

Aku berdeham. Topik mengenai Patriot, organisasi sosialis yang didirikan Radit dan runtuh setahun lalu benar-benar topik paling buruk untuk dibicarakan dengannya. Keduanya menoleh kearahku. Benar-benar memusatkan perhatiannya padaku.

"Sudah malam. Aku capek. Kalian pulang sekarang,"

Lalu mataku tertuju pada kotak berisi brownies cokelat di nakas. Brownies asal Surabaya. Dari siapa lagi kalau bukan dari Dandi. Yang baru pulang dari Surabaya menjadi dosen tamu dalam kuliah di institut besar disana. Menyadari arah mataku, Dandi tersenyum.

"Dari dulu kamu suka Brownies Amanda kan? Katamu, amanda lebih enak dari pumpkin cake di Tangerang,"

"Aku jadi bikin kamu repot. Makasih Dan,"

"Sekalian buat Bunda, kok," jeda sebentar selama Ia memandangku, lalu Ia tersenyum. "Tadinya aku kesini mau pamit. Besok aku berangkat ke Jepang. Penelitian sistem kapal yang diajukan sama timku. Mohon doanya, Sora,"

"Wuah, keren. Moga sukses. Jangan lupa oleh-olehnya Dann,"

Bego! Aku meninju lengan Dandi yang membuatnya menyentuh pergelangan tanganku dan mengusapnya pelan. Ia berterimakasih dengan sangat lembut. Lalu Radit beranjak. Wajahnya merah padam.

"Sudah malam. Lo nggak pulang? Gue mau pulang. Abis gini Ayahnya Sora keluar kamar dan nyuruh kita pulang,"

Dandi menyadarinya dan beranjak. Aku mengantar mereka hingga ke mobil masing-masing dan melambaikan tangan. Tepat saat itu aku mendapati mereka berdua saling menatap dengan tajam. Berusaha melupakannya, aku berbalik dan menemukan Bunda sedang memandanku penuh tanya

"Ada masalah antara insinyur perkebunan dan insinyur kapal?" tanya Bunda, dengan istilah yang merajuk pada Radit dan Dandi.

"Tauk deh, Bun. Nggak ada yang cerita ke Sora. Dandi juga tiba-tiba datang ke rumah kan,"

Ponselku berbunyi. Dua pesan masuk. Dari Radit dan Dandi. Isinya sama.

"Selamat tidur. Maaf aku mengganggu. Uhibbukum,"

Yeah, uhibbukum. Seolah-olah aku terlilit benang tipis yang kembali membawaku pada helai benang yang saling menyatu dan harus dipisahkan tanpa tahu dengan cara apa. Rumit. Padahal hanya dengan satu kata. Cinta.

*

Dear readers.
Lama ngga update. Masih ada yang penasaran sama cerita Radit dan Sora? Atau pengen tahu siapa Dandi setelah lama nggak berhubungan lagi sama Sora? Atau pada lupa sama cerita mereka?
Need vomment sebelum lanjut part
Makasii :)

Angin Pujaan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang