Teman SMA

74 3 1
                                    

Berada dalam mobil yang sama, dalam jarak yang tak seberapa, dan juga dalam kesenyapan yang mencekam, nyatanya tak mampu memecah keheningan diantara kami. Aku tahu aku benar-benar ceroboh karena membiarkan Radit masuk ke dalam ruangan dan mengikuti acara dari awal hingga akhir. Aku juga salah, karena benar-benar membuka cerita yang selalu kusimpan rapat sejak dulu. Tapi aku tak tahan melihat sorot mata penuh harap dari para audiens yabg kebanyakan duduk diatas kursi roda dan menumpukan beban tubuhnya pada kruk. Aku yang salah. Aku yang salah. Kuhela napas berat. Lelah.

"Udah nggak usah sok diem," Radit tertawa pelan, membuatku menatapnya heran. "Silahkan aja kalo mau marah gara-gara aku nyusup ke acaramu,"

Aku membuang pandang keluar kaca. Aku ngga marah, Dodol! Aku ngerasa salah!

"Kalo mau diemin aku juga nggak apa. Toh ntar aku lapor Bundamu kalo aku yang antar kamu pulang. Jadi semarah apapun kamu sama aku, Bunda juga tetep belain aku,"

Aku menghela napas panjang lagi. Kesaaaaallll

"Kok kamu enteng banget sih? Ngga mikir perasaanku gimana?"

"Iya, aku udah tahu perasaanmu ke aku," ia nyengir lebar.

"Aku juga udah tahu," jawabku tak mau kalah.

"Tapi aku tahu sejak kapan kamu suka aku, berapa lama kamu suka aku, sampai gimana perasaanmu ps awal dulu. Aku tahu semuaaaanyaaa,"

Aku menatapnya kesal. Ia menatapku dengan pongah. Huh. Percuma aja sama-sama tahu perasaan tapi nembak pun enggak. Aku mengernyit. Kok gini? Kedengerannya kaya aku pengen ditembak. Damn! Gara-gara Radiiittt.

"Pantesan Dandi masih ngejar kamu sampe sekarang. Lah kamu udah dua kali mutusin dia. Pantesan dia merasa tertantang buat dapetin kamu," mobil berhenti beberapa meter dari gerbang rumahku. Kami sama-sama menajamkan pandangan pada mobil jip kuning diantara keremangan jalan. Mobil Bang Dandi.

"Tuh, baru aja diomongin orangnya uda nongol di depan rumahmu. Cepet turun deh,"

Aku mengernyit mendengar perintahnya.

"Kamu nyuruh aku turun disini? Terus kamu pulang gitu aja?"

"Nah, ngomong juga akhirnya," ia tergelak. "Yaaa kamu turun dulu. Nanti kalau dia uda pulang, aku baru masuk. Pamit Bunda, terus pulang,"

Aku melongo. "Kamu lebay amat. Ayo ikut masuk,"

Kemudian kami tercengang melihat Bang Dandi keluar rumah dan berjalan kearah mobil kami.

*

Halo. Bisa comment kalo ada typo? Mulai bingung ngga sama arah cerita setelah acaranya Naf?

Angin Pujaan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang