Semua anak masih kebingungan dengan usul Albert tersebut. Untuk apa mereka harus mencari markas?
"Tenanglah kawan. Sini, aku bisikan suatu rencana. Berkumpullah kalian semua teman-temanku " Jawab Albert yang mengerti pikiran teman-temannya. Anggota CAPAS pun menurut dan membentuk formasi lingkaran sambil berangkulan. Albert membisikkan rencananya dengan serius kepada teman-temannya.
Cheryl, Alycia, Steven, dan Pingkan mendengar dengar jantung berdebar.
Mendengarkan dengan sangat serius dan sesekali mengangguk mengerti.
"Baiklah. Kalian sudah mengerti?" Tanya Albert memandang serius kepada semua sahabatnya (anggota CAPAS) di situ.
"Tapi, apakah itu tidak berbahaya?" Cheryl malah balik melemparkan pertanyaan. Semua anak langsung memandang kepada Albert.
"Tidak. Aku merasa kalau misi kita di dunia ini adalah itu. Misi yang harus kita capai bersama" Jawab Albert tegas. "Bisa saja nama kita akan tercantum di buku 'Once Upon A Time' yang kamu temukan Alyc. Hehe"
"Iya juga sih. Ya udah, daripada berlama-lama, mending kita langsung aja cari tempat yang cocok. Yang pasti, tempat yang juga tidak diketahui oleh Carol dan Lauditta" Usul Pingkan. Semuanya mengangguk.
Setelahnya, mereka kembali berjalan. Menerobos keramaian orang-orang yang lalu lalang di sana. Wajah ketakutan-seperti yang diceritakan di buku OUAT[1], semua orang menunjukkannya. Namun, ada juga anak kecil yang mungkin balita tidak menunjukan wajah ketakutan.
Sekarang, matahari telah berada tepat di atas kepala. Menunjukan bahwa waktu telah beranjak kepada siang hari sekitar pukul dua belas siang. Matahari yang terik, membuat peluh cepat keluar. Namun, karena pohon yang rindang dan hijau, udara sejuk-pun menyambut mereka di setiap langkah mereka.
Seakan-akan mengerti teman-temannya, Albert memutuskan untuk berhenti sebentar. Meminta agar teman-temannya beristirahat sebentar. Karena, mereka sudah berjalan sekitar dua puluh menit. Minuman mereka cukup untuk sementara. Paling tidak, udara yang sejuk dan pemandangan yang indah akan melupakan kecapaian mereka di saat perjalanan.
Perjalanan kembali berlanjut. Semua anggota CAPAS kembali berjalan dan ransel masih ada di punggung mereka. Setiap dari mereka menengok sana sini. Siapa tau ada sebuah ruangan yang pantas untuk dijadikan tempat tinggal sementara dan markas.
"Hmm, kurasa, tempat itu cocok. Ayo kita ke sana!" Seru Alycia sambil menunjuk bangunan dengan pintu besi bersih, warnanya masih abu-abu dan tidak ada warna pilox[2] di sana.
Semua anggota CAPAS segera menurut dan berjalan mendekati rumah tanpa gerbang itu. Setelah sampai di tempat itu, mereka melihat-lihat dari depannya. Cukup sederhana namun terlihat cukup kuat untuk menahan dari benda tajam, misalnya pisau.
Paling tidak, itu bukan kandang sapi ataupun babi, pikir masing-masing dari mereka. Dengan berani, Pingkan mengetuk pelan pintu besi itu. Suaranya saja sudah menggema di dalam ruangan itu.
Namun, yang keluar malah orang dari rumah yang ada di sebelah ruangan berpintu besi itu. Seorang kakek yang sudah terlihat tua. Dengan jenggot putihnya yang panjang dan uban yang sudah tampak banyak tumbuh di kepala sang kakek.
Kesan pertama dari anggota CAPAS tentang kakek itu adalah, ramah senyum. Sejak pertama kali bertemu dengan seorang tua itu, mereka selalu melihatnya tersenyum. Menampakkan deretan giginya walaupun sudah ada yang lubang. Dan yang pasti, sudah terlihat ompong.
"Selamat siang kek" Sapa Cheryl kepada kakek itu.
"Selamat siang. Kalian muda-muda mau apa ke sini?" Tanya kakek itu ramah. Dari nada bicaranya, tampak jelas bahwa ia bukan orang jahat walaupun anggota CAPAS pun masih teringat dengan kejadian yang baru saja mereka alami.
"Kami mau mencari tempat tinggal sementara. Kami tersesat di sini." Jawab Albert kepada sang kakek. Orang tua itu mengangguk dan tersenyum, namun kali ini tak menunjukan rentetan giginya. Hanya bibir merah muda yang membentuk sebuah senyuman.
"Oh begitu. Namun, tampaknya kalian bukan dari daerah ini. Sebenarnya kalian berasal dari mana" Kata kakek sembari memandang baju dari mereka satu persatu. Baju yang melekat di tubuh anggota CAPAS masih kotor terkena air got. Tentunya, mereka tidak malu dengan hal itu*mereka diam-diam tidak punya rasa malu*.
"Sebenarnya, iya. Jadi kami bukan berasal dari kota ini maupun dunia ini" Jelas Albert. Kakek itu mengangguk tersenyum sambil memegang jenggot putihnya.
"Sepertinya dugaanku betul" Gumam sang kakek.
"Baiklah, kalian bisa menempati ruangan berpintu besi itu secara gratis. Manfaatkanlah secara baik-baik ya" Lanjut sang kakek kepada semua anggota CAPAS. Dengan mata berbinar-binar, semua anggota CAPAS membungkuk kepada sang kakek dan mengucapkan ' terima kasih' secara berkali-kali.
"Ya baiklah. Temui aku sore nanti. Di dalam rumah itu, sudah ada banyak keperluan kalian. Dan semuanya lengkap" Jelas sang kakek sambil menuntun mereka dan membuka pintu besi itu. Lalu, kunci berwarna emas itu diserahkan kepada genggaman Albert.
Setelahnya, kakek itu kembali masuk ke dalam rumah nya yang ditempatinya.
Rumah berpintu besi itu lumayan mewah. Ada kursi yang paling tidak sudah disebut mewah di jaman itu. Ada pintu-pintu yang ada di tembok 'sayap' kiri dan kanan.
Rumah itu terlihat mewah. Bukan mewah di jaman sekarang, namun mewah di jaman dahulu.
" Ini kamar!" Seru Albert sambil membuka salah satu pintu "Kasusnya pas buat yang perempuan. Ada tiga"
"Yang ini, kasusnya ada empat! Sekaligus ada cerminnya. Dan ada kamar mandi dalam!" Cheryl berseru semangat lalu menyambar ruangan itu. Para laki-laki tampak lesu karena mereka tidak mendapat kamar mandi dalam.
Beberapa menit kemudian, setelah mereka beres-beres, para anggota CAPAS berkumpul di ruang tengah.
"Tempat ini memang cocok untuk jadi markas kita"
--------------
A.N.: Tralala. Btw cerita ini gw hapus aja ya karena bikin baper :'( :'( :'(
[1] OUAT: Seperti yang kalian tahu, OUAT adalah singkatan untuk judul buku yang Alycia temukan.
[2] Pilox: Uhmm, sebenarnya kata ini author tau karena dulu pernah ada temen yang bawa pilox ke sekolah. Jadi, menurut author, arti pilox itu cat warna semprot untuk banyak hal.
---------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time
FantasyKisah lima orang sahabat yang menemukan sebuah buku tua bersampul coklat yang kira-kira berumur ratusan tahun. Mereka penasaran dengan dongeng yang ada di dalam buku itu lalu membacanya. Apakah yang akan terjadi setelahnya? Apakah mereka tersesat...