Chapter 1

518 95 28
                                    

–15 Maret 2020

Seperti biasa, Zayn membonceng sahabatnya, Bëlla Fox, menuju kampus dengan sepedanya. Jam masih menunjukkan pukul 7, itu pertanda masih pagi, dan biasanya pula, Zayn dan Bëlla menghabiskan waktu sampai masuk mata kuliah pertama adalah, bernyanyi di taman depan kampus.

I have loved you since we were fifteen,” lantun Zayn seraya memetik gitar milik Bëlla asal.

Long before we both thought—umh, aku lupa liriknya, Zayn,” ucap Bëlla seraya mencari buku coretannya yang berisi lirik lagu tersebut.

The same thing, Bëls,” ucap Zayn sembari menahan tangan Bëlla yang tengah mencari buku coretannya, “sekarang tanggal berapa, eh?” lanjutnya, Bëllapun berhenti dengan kegiatannya yang tadinya ingin mencari buku coretannya.

“15, ada apa lagi? Beri tahu aku, Zayn, untuk kali ini saja,” Bëlla memelas kali ini.

“Aku harus pergi, Bëlla,” ucap Zayn, sejurus dengan iapun bangkit dari duduknya, pun Bëlla ikut berdiri dengannya.

“Boleh aku ikut?” Zayn tampak berpikir, “sekali ini saja,” pinta Bëlla, iapun menggenggam lengan Zayn erat-erat.

“Tidak,”

Bahunya merosot kala mendengar jawaban yang sama dari mulut Zayn jika ia ingin ikut, “kenapa?”

“Aku takut kau—” Zayn sedikit maju dan mendekatkan wajahnya dengan telinga Bëlla, “—menangis,” bisik Zayn nakal.

“Aku serius, Malik,” Bëllapun menegang dan paranoid, sementara Zayn tertawa melihat ekspresi darinya.

“Oke, oke,” Bëlla mengembangkan senyumannya, “tidak bisa,” lanjut Zayn, senyuman lebar itupun ambruk dalam waktu satu sepersekian detik, “hey, kau tidak perlu tahu, Bëlla, ini sama sekali tak ada kaitannya denganmu. So, kau tidak perlu begitu terobsesi untuk mengetahuinya, oke?”

“Zayn, ini masih pagi, dan kau sudah ingin pergi? Kau gila?” tanya Bëlla mengalihkan pembicaraan.

Zayn tersenyum, “aku tidak akan lama, mata kuliah selanjutnya, aku pasti kembali, kita satu kelas lagi ‘kan nanti?” Bëlla mengangguk, “oke, sekarang aku harus pergi,”

“Jangan,” rupanya, Bëlla masih tidak bisa Zayn tinggalkan.

“Hm,” Zayn bergumam, tampak berpikir, lagi, “begini, karena kau menyebalkan, jadi, kau akan mengetahui aku kemana dengan beberapa syarat—maksudku, lima belas syarat, bagaimana? Kau setuju?” tantang Zayn, dibalasnya oleh Bëlla dengan anggukan yakin, “oke, kita mulai bulan depan, yes or nah? Itupun jika kau benar-benar ingin tahu,”

Bëlla mendengus, “itu terlalu lama, Zayn,”

“Tanggal 1 April maksudku, bagaimana?”

“Bagaimana jika pada tanggal 1 kau memberi syarat pertama, tapi, itu ternyata hanyalah sebuah April Mop?”

“Tidak, tidak akan, aku berjanji,”

“Oke,”

Zayn memeluknya erat, “kau menyebalkan,” seraya mengecup puncak kepala Bëlla, gadis itupun memukul lengan kanan Zayn sembari terkekeh.

×××

01 April 2014

Selama perjalanan menuju kampus, Bëlla terus mengoceh, karena ia senang, Zayn akan memberinya syarat pertama, setelah menunggu lebih dari dua minggu.

Ugh, kau semakin menyebalkan dan—berisik, Bëls,’ batin Zayn yang benar-benar terganggu dengan pekikan-pekikan Bëlla.

Sesampainya di Kampus, seperti biasa, Zayn dan Bëlla selalu bernyanyi ria di taman.

“Zayn!” pekik Bëlla dengan senyuman menjijikkan yang melebar dari telinga ke telinga, sungguh memekakan telinga Zayn disana, “syarat pertamaku, eh? Kau tidak lupa, ‘kan?”

Zayn mengangguk, Bëlla bertingkah layak Anna saat kecil dalam film Frozen yang begitu antusias ketika mendengar Elsa berkenan bermain salju dengannya.

“Syarat pertamanya, kau—,” Zayn menggantungkan ucapannya, membuat Bëlla sedikit menautkan kedua alisnya, “nanti, ah,” goda Zayn disertai seringaiannya.

Ih,” desis Bëlla, membuat Zayn semakin menyeringai, “katakan, Zayn Javadd Malik,”

“Ini masih pagi, Bëls, kau terlalu berantusias,”

“Tentu, karena aku benar-benar ingin tahu, jadi, apa syarat pertamanya?”

“Bagaimana jika kita bernyanyi?”

Bëlla menganga, “itu? Hanya itu syarat pertamanya? Syarat macam apa itu?”

“Eh? Siapa bilang itu syarat? Aku hanya mengajakmu bernyanyi, bukan mengatakan itu syarat pertamanya, Bodoh,”

“Oke, oke, kita bernyanyi, lagu apa? Aku ingin Nobody Compares, bagaimana?” Zayn mengangguk.

Youre so pretty, when you cry, when you cry

Wasnt ready, to hear you, say goodbye

Now you tearing me apart, tearing me apart

You tearing me apart

Youre so London, your own style, your own style

And together, were so good, so, Girl why are you tearing me apart, tearing me apart

You tearing me apart

Tak terasa, matahari sudah mulai terbenam, dan Bëlla belum juga mendapatkan syarat pertamanya, iapun terus merengek dan memekik pada Zayn tanpa henti.

“Berhenti meneriaki namaku, Bëls, itu mengganggu,” ucap Zayn kerisihan.

“Makanya, apa syarat pertama untukku?”

“Berhenti memanggilku—meneriaki namaku, berhenti menjerit, berhenti merengek, berhenti memekik, berhenti untuk menanyakan syarat, karena aku pasti akan memberitahukannya padamu. Kau mengerti? Itu syarat pertamamu, mudah, bukan? Tapi ingat, itu baru syarat pertama, masih ada empat belas syarat lainnya,”

Bëlla menelan ludahnya, sepanjang inikah Zayn berbicara? Rasanya, baru kali ini Zayn mengoceh padanya sepanjang itu selama mereka bersahabat bertahun-tahun. Iapun mengangguk, membuat Zayn ikut mengangguk.

“Oke,” ucap Bëlla seraya mengangkat tangannya dan mendekatkan itu pada sudut kanan mulutnya, menarik tangan itu ke arah kiri, seolah tengah menarik resluiting koper berniat untuk menutupnya.

 

 
 

×××

Mudahbgt astoge, tapi inget, itu baru syarat pertama, oke? Vote sama komen gila boleh kali.

Dan, gue mimpi ketemu zayn trs pelukan anjir:"._.

Fifteen ≠ zjmWhere stories live. Discover now