Chapter 13

123 31 12
                                    

13 April 2020

 
 
"Ugh," kudengar desahan seseorang di sampingku, kubuka mataku laun-laun dan aku menemukan Bëlla masih tertidur di sampingku.

 
 
Kulihat ponselku yang tergeletak di lantai dan saat itu juga aku sadar bahwa aku masih tanpa busana, kulihat tanggal hari ini dan ini sudah berganti hari. Dan ini sudah pukul 10 pagi.

 
 
Kulirik Bëlla yang bertelanjang punggung membelakangiku, aku yakin kalau diapun sama sepertiku; masih tanpa busana.

 
 
Jika aku membangunkannya, dia pasti akan marah padaku karena dia tidak mengikuti pelajaran pertama. Tapi, jika aku tidak membangunkannya, itu akan menjadi lebih parah. Dilema. Pun aku segera mengambil bajuku di lemarinya—well, kau tahu 'kan kalau kami bersahabat? Everything can happens in friendship—dan segera mengambil pakaianku, dan pergi ke toilet untuk bersih-bersih.

 
 
Setelah aku selesai mandi, Bëlla baru bangun dan sedang mengucek matanya, belahan dadanya terekspos dan tiba-tiba saja aku merasakan hal semalam. Ya Tuhan.

 
 
"Kau sudah bangun, Bëls?" tanyaku meyakinkan, bisa saja dia sedang mengigau, 'kan?

 
 
"Hm, yeah. Ugh," lenguhnya saat ingin mengubah posisinya menjadi duduk.

 
 
"Kau baik-baik saja?" tanyaku seraya menghampirinya. Duduk di sampingnya.

 
 
"Ya. Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lemas,"

 
 
"Kau bisa bolos kuliah,"

 
 
"Tidak. Pukul berapa sekarang?" tanyanya. Sial.

 
 
"10 lebih 25," jawabku singkat dan dia mulai terbelalak.

 
 
"Aku meninggalkan dua kelas!"

 
 
***

 
 
"Zayn Malik?" panggil seseorang saat aku sedang sendirian di taman kampus. Dan aku tahu betul suara itu.

 
 
Louis Tomlinson.

 
 
"Ada apa?" tanyaku jengkel.

 
 
"Bëlla sedang berada di kelas mana? Aku ingin menemuinya hanya untuk meminta maaf karena sudah mengatainya jahat saat itu," jelasnya bodoh.

 
 
"Sudah kubilang, dia tidak mau bertemu denganmu lagi dan sebagainya. Jika kau meminta maaf dan menemuinya, itu sama saja percuma. Dia tidak akan mendengarkanmu. Lebih baik kau pergi saja. Jangan ganggu hubunganku dengan Bëlla lagi, jangan merusaknya, Louis," ucapku panjang lebar sementara Louis dengan bodohnya hanya diam.

 
 
"Kalian mempunyai hubungan? Kukira kalian hanya teman? Atau mungkin sahabat?"

 
 
"Awalnya memang seperti itu, tapi kami sudah resmi beberapa hari lalu. Sudahlah, kau menggangguku,"

 
 
"Baiklah. Semoga kau dan Bëlla langgeng," katanya yang bisa kusaring ada nada perih di sana.

 
 
Louis menyedihkan.

 
 
Tidak lama, Bëlla datang dengan langsung mengecup pipiku. Dia duduk di sampingku dan kepalanya ia jatuhkan di pundakku, tangannya melingkar di pinggangku. Ini adalah posisi ternyaman yang pernah ada.

 
 
"Sedang apa, Sayang?" tanya Bëlla.

 
 
Dan ini adalah pertama kalinya dia memanggilku; Sayang.

 
 
"Mendengarkan musik dan membaca komik. Bagaimana kelasmu? Apa Mrs. Orange dan Mr. Brown memarahimu karena kau tidak masuk?" tanyaku mencoba perhatian.

 
 
"Kelasku baik-baik saja. Dan kedua Dosen itu tidak memarahiku, mereka masih mentolerirku karena aku adalah murid teladan mereka," ceritanya yang membuatku gemas.

 
 
Pun aku mengacak sedikit rambutnya. Agar romantis.

 
 
"Pacarku memang yang terbaik. Tapi, aku sudah lapar,"

 
 
Sesampainya di kantin, beberapa pasang mata mungkin agak aneh melihatku dan Bëlla sedikit lebih dekat hari ini, dan aku tidak begitu peduli itu. Kecuali Bëlla.

 
 
"Banyak gadis yang menyukaimu, mengagumimu. Mereka hanya tahu kalau aku adalah sahabatku dan sekarang mereka tahu kalau aku adalah pacarmu. Mereka akan benci padaku dan mereka pasti akan menghujat dan menghakimiku, Zayn. Kau tahu? Seseorang mengirimiku pesan di Twitter seperti ini; Dasar tidak tahu diri. Kau ini hanya sebatas teman dengan Zayn, dan sekarang kau berani sekali untuk memacarinya. Seharusnya kau bercermin dan lihatlah dirimu. Kau sangatlah tidak pantas dan sebaiknya kau enyah dari kehidupan Zayn. Itu sangat menyakitkan, Zayn," katanya kemudian menutup kembali ponsel dengan mika bergambar Doraemon itu.

 
 
"Bëlla Sayang, syarat ke tiga belas ini cukup unik. Kau mau menerimanya?"

 
 
"Apa itu? Tentu, aku mau,"

 
 
"Syaratnya adalah; berjanjilah untuk tidak pernah mendengarkan kritikan mereka tentang kau dan aku. Ini adalah kita. Kau dan aku. Bukan mereka. Dengar, kau adalah segalanya bagiku saat ini dan nanti dan selamanya. Kumohon, jangan berubah karena orang lain, jadilah dirimu, jadilah kita. Kita yang menjalankan, mereka tidak tahu apa-apa tentang betapa istimewanya kau di mataku, betapa berharganya hubungan kau dan aku sekarang. Aku menyayangimu, Bëlla,"

 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

***

 
 
Cie, sweet. Cie.

 Cie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Fifteen ≠ zjmWhere stories live. Discover now